Sepak terjang Jokowi memberantas korupsi semakin nyata. Tanggal 21 Mei 2015 presiden yang dulunya tinggal di pinggiran kota Solo itu mengumumkan nama-nama Panitia Seleksi (Pansel) calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); ada sembilan orang dan semuanya perempuan. Tapi bukan karena hanya sekadar perempuan, mereka semua pada umumnya dikenal sebagai sosok anti korupsi yang bisa berpikir jernih dan bersikap jujur.
Walaupun seperti dijelaskan Mensesneg Pratikno bahwa pemilihan sembilan perempuan itu kebetulan karena diseleksi sendiri oleh Jokowi dari 40 nama yang masuk, namun peilihan sosok yang dikenal masyarakat sebagai pribadi yang bersih dan "tidak bisa dibeli" itu semakin menunjukkan kelebihan mantan walikota Solo itu.
Tempat penumumannya pun bukan di tempat yang lazim seperti di istana, tapi dilakukan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur sesaat sebelum dirinya bertolak ke Malang, Jawa Timur untuk melakukan kunjungan kerja. Ini pun dapat menggambarkan bahwa mantan gubernur Jakarta itu senang bekerja. Namun lebih menarik lagi, sarjana kehutanan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) itu tetap konsisten dengan penampilan sederhananya saat mengumumkan kesembilan nama Pansel itu yakni tetap pakai kemeja putih yang tidak dimasukkan ke dalam celana.
Ketika sang presiden yang menurut pewawancara CNN tersohor Cristiane Amanpour sebagai presiden pertama yang naik sepeda, menegaskan komitmennya tentang pemberantasan korupsi bahwa dia yakin semua berkepentingan melawan korupsi, untuk rakyat Indonesia dan bisa bangkit jadi bangsa yang besar kalau sudah bebas korupsi.
Masyarakat tentu sangat percaya kepada presiden yang tidak senang dengan pakaian bagus atau mewah itu, dan yang makanan kesukaannya bukan di restoran mewah, tapi di pinggir jalan, bahwa dia sungguh-sungguh ingin menjadikan Indonesia bebas dari korupsi.
Nama-nama yang disebut Presiden Jokowi terdiri dari:
1. Destry Damayanti, M.Sc., seorang  ahli ekonomi, keuangan dan moneter yang juga  sebagai Chief Executive Director, dan meupakan Ketua Pansel yang merangkap anggota.
2. Dr Enny Nurbaningsih, S.H., merupakan pakar hukum tata negara dan Ketua Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN): sebagai Wakil Ketua sekaligus merangkap anggota Pansel KPK.
3. Prof. Dr. Harkristuti Haskrisnowo, SH, LL.M. yang merupakan pakar hukum pidana dan HAM serta Ketua Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkumham: sebagai anggota Pansel KPK.
4. Ir. Betti S Alisjabana, MBA: Â ahli IT dan manajemen yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur IBM pada tahun 2000: sebagai anggota Pansel KPK.
5. Supra Wimbarti, M.SC, Ph.D. seorang ahli psikologi SDM dan pendidikan dan Dekan Fakultas Psikologi UGM: sebagai anggota Pansel KPK.
6. Natalia Subagyo, M.Sc. yakni seorang ahli tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi yang pernah menjabat sebagai anggota Tim 9 PSSI: Â sebagai anggota Pansel KPK.
7. Dr. Diani Sadiawati, SH, LL.M. ahli hukum yang jugaDirektur Analisa Peraturan Perundang-undangan Bappenas: sebagai anggota Pansel KPK.
8. Meuthia Ganie Rochman, Ph.D ahli sosiologi korupsi dan modal sosial, yang merupakan dosen Fisip Universitas Indonesia: sebagai anggota Pansel KPK.
9. Dr. Yenti Garnasih.Anggota, lahir: Sukabumi, 11 Januari 1959, Dosen Hukum Pidana Bidang Ekonomi dan Tindak Pidana Khusus Fakultas Hukum, Universitas Trisakti, Jakarta dan merupakan Fakultas Hukum, Universitas Pakuan.
Harapan presiden yang penggemar musik metal bahwa Panitia Seleksi KPK segera bekerja untuk menyeleksi dan menentukan nama calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya diserahkan pada Presiden, kiranya merupakan harapan masyarakat Indonesia juga. Pilihan yang tepat kiranya dapat menghasilkan nama-nama calon pimpinan KPK yang tepat yang mampu membawa Indonesia tidak lagi sebagai negara yang pejabatnya gemar korupsi, tapi menjadi negeri yang anti korupsi.
Hebat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H