Dari begitu banyak informasi tentang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) 2015-2017 karena Gubernur Joko Widodo menjadi presiden RI 2014-2019, terkuak rahasia siapa sesungguhnya Ahok yang disampaikannya sendiri saat rapat staf Pemprov DKI selama dua setengah jam pada bulan Maret 2015 dan kemudian ada yang menyiarkannya secara terbuka lewat media sosial. Anak Belitung kelahiran 29 Juni 1966 itu ternyata memang unik. Bukan saja dia dilahirkan dari seorang ayah keturunan China, tetapi ayahnya pun sudah dikenal berani menyatakan kebenaran dengan ketulusan serta kepedulian yang sangat tinggi terhadap sesama walaupun harus menghadapi resiko kematian. Tetapi kalau rela mati saja, mungkin banyak orang yang bisa, namun rela memberikan seluruh hidupnya agar seluruh rakyat Indonesia bisa lebih baik (tanpa peduli apakah nanti dimusuhi partai politik, polisi, jaksa, hakim, pejabat) itu yang membuat Ahok berbeda.
Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa dia tidak akan melakukan korupsi dan akan menjalankan tugasnya sebaik mungkin pada 19 November 2014. Para penyelenggara negara, temasuk para anggota DPRD DKI, sebenarnya juga melakukan sumpah yang sama (Sumber Foto: Bay Ismoyo/AFP).
Sikap Ahok itu ternyata tidak muncul tiba-tiba saat dia menjadi Gubernur DKI pada tahun 2015; bukan pula saat terpilih sebagai wakil gubernur DKI tahun 2012. Walaupun sebagai Wakil Gubernur DKI (15 Oktober 2012-16 Oktober 2014) sudah mulai muncul sikap yang tidak biasa karena tidak mau berkompromi dengan praktek curang yang sudah lazim terjadi. Bukan pula saat menjadi anggota DPR-RI (1 Oktober 2009-26 April 2012) walaupun dia sudah kelihatan tidak mau mengikuti para anggota DPR lainnya untuk menggunakan kekuatan parlemen demi kepentingan pribadi. Bahkan bukan muncul saat dia menjadi bupati pertama Kabupaten Belitung (3 Agustus 2005-22 Desember 2006). Mungkin saat dia menjadi anggota DPRD Belitung (2004-2005) di situlah muncul sikap keberpihakan pada rakyat mengemuka dengan tidak mau mengikuti perjalanan ke luar negeri karena menganggap anggaran yang sangat besar ke luar negeri itu lebih baik digunakan untuk masyarakat Indonesia yang masih lebih membutuhkan itu. Tapi bagaimana mungkin itu muncul, apa rahasianya? Mungkin jawabannya terlihat ketika dia tidak sependapat dengan ibu kandungnya yang melahirkannya saat berbicara di telepon pada bulan Maret 2015. Saat itu ibunya menelepon dan meminta Ahok untuk berkompromi sedikit dengan DPRD DKI mengenai APBD DKI 2015.
Putra Belitung keturunan China Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur DKI 2015-2017 yang unik dan menjadi sahabat Kompasiana dengan menjadi narasumber pada Kompasianival tanggal 22 November 2014 (Sumber: Hendra Wardhana/Kompasiana). Dengan sikap hormat dan rasa cinta yang sangat mendalam, Ahok menjelaskan dengan sopan kepada ibu tercintanya bahwa berkompromi berarti akan membiarkan para anggota DPRD menikmati fasilitas di atas penderitaan rakyat miskin. Bahkan kalau mau, dia pun akan menikmati fasilitas itu juga. Tapi itu tidak mungkin dan tidak akan pernah dilakukannya! Lalu Ahok membuka rahasianya sendiri dalam rapat staf yang disiarkan secara luas itu: keputusannya bergabung dengan penyelenggara negara dan meninggalkan dunia bisnis (yang menghasilkan lebih banyak uang) karena dia tidak ingin Indonesia terus menerus disalahgunakan oleh oknum-oknum negara yang tega menikmati fasilitas sementara banyak rakyat miskin yang tidak bisa menyekolahkan anaknya, saat sakit tidak bisa berobat karena tidak punya uang, tidak punya rumah, serta tidak bisa menikmati fasilitas lainnya. Dia bertekad untuk mengakhiri praktek curang itu dengan menjadi anggota DPRD hingga sekarang menjadi gubernur! Rupanya itu dilatarbelakangi sikap sederhana, rendah hati serta peduli, namun sangat keras dalam sikap pendirian yang telah dimilikinya sejak muda. Ketika Ahok kecil memberitahukan prestasi cemerlangnya di sekolahnya dan berharap ayahnya memberikan pujian sebagaimana lazimnya, tetapi yang didapat Ahok bukan pujian melainkan nasehat agar memiliki sikap rendah hati dan peduli pada orang lain. Ayahnya mengatakan Ahok seharusnya salut pada anak-anak kampung yang miskin yang tidak bisa makan enak dan minum susu tetapi berprestasi. Sejak saat itu Ahok tidak pernah membanggakan prestasinya lagi, bahkan lebih senang mengajak anak-anak sekolah yang miskin untuk sekadar menikmati makanan dan minuman yang ada di rumahnya. Orang tua Ahok senang dengan sikap anaknya yang peduli itu walaupun akibatnya mereka sendiri sering menjadi makan seadanya.
Ahok Kecil bersama adiknya. (ahok.org)
Mungkin Ahok kecil ini (dalam lingkaran) tidak tahu bahwa suatu saat nanti akan menjadi anggota DPRD, Bupati, anggota DPR RI dan Gubenur DKI yang unik karena tidak mau berkompromi sedikit pun untuk menyalahgunakan anggaran negara demi kepentingan pribadi   (Sumber: Benny Rhamdani/kompasiana/Ahok.org). Kalau kepada ibunya sendiri saja Ahok tidak mau mundur dari sikap pengabdiannya yang sangat peduli kepada rakyat dan negara Indonesia, maka jangan harap Ahok akan mau berkompromi sesuai anjuran Wakil Presiden, Menteri, Dirjen, anggota DPR atau anggota DPRD lainnya. Ahok melanjutkan rahasianya bahwa dia sudah membuktikan kepada rakyat bahwa sejak bergabung dalam jabatan negara mulai anggota DPRD, Bupati, anggota DPR, wakil gubenur, dan sekarang gubernur, dia tetap konsisten untuk memberikan seluruh hidupnya bagi perbaikan nasib rakyat Indonesia dan untuk itu dia berani menghadapi keadaan apa pun. Ironisnya, kadang-kadang rakyat Indonesia yang sesungguhnya dilayani Ahok dengan segenap hati tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan Ahok. Kadang-kadang masyarakat menganggapnya terlalu keras dan kasar, pada hal dia bersikap begitu karena sangat kesal terhadap perbuatan para penyelenggara negara yang masih tega berbuat sesuatu yang sesungguhnya sangat menyakiti hati rakyat. Namun ketika Ahok mengungkap perbuatan DPRD di DKI tentang APBD 2015 ternyata karena dia tahu itu masih terjadi hampir di seluruh daerah dan dia juga paham bagaimana para anggota DPRD itu melakukannya saat dia masih anggota DPRD Belitung. Jika APBD DKI bisa dibersihkan, maka Ahok yakin APBD seluruh provinsi dan APBN juga akan dapat dilakukan benar-benar untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Para LSM yang peduli tentang anggaran, seperti FITRA, seharusnya menjadikan Ahok (yang sudah menerima banyak penghargaan anti korupsi) sebagai pahlawan. Rakyat Indonesia sebenarnya patut berterima kasih kepada Gubernur Ahok karena dia tidak mau mengikuti sikap para pendahulunya yang senang menikmati kekuasaan dan fasilitas, tetapi justeru mengambil sikap berani dan jujur serta terus berpihak pada rakyat walaupun dengan resiko besar demi Indonesia yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Politik Selengkapnya