Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peluang Bekerja Di Jepang Perlu Dimanfaatkan Pemerintah dan Masyarakat?

22 Januari 2014   05:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idealnya negara Indonesia harus mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi seluruh penduduk Indonesia berusia 15-64 tahun sesuai semangat UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Namun menyediakan lapangan pekerjaan itu tidak mudah antara lain karena meningkatnya jumlah penduduk yang masih cukup pesat. Dalam keadaan seperti ini peluang bekerja di negara lain menjadi salah satu pilihan. Namun agar dapat membuat dampak yang baik dan menyenangkan, pemerintah sebaiknya melakukan langkah kongkret untuk membantu calon peketja di luar negeri. Media Jepang misalnya memberitakan bahwa Pemerintah Jepang tanggal 21 Januari 2014 telah menyetujui membantu mempermudah  perusahaan-perusahaan Jepang mendatangkan pekerja sangat profesional dan juga pekerja magang (trainees) asing guna mengatasi menurunnya jumlah tenaga kerja di Jepang sementara pertumbuhan ekonomi meningkat. Wow, ini kesempatan baik yang seharusnya dimanfaatkan. Jangan setelah orang Filipina (mungkin sekitar 500 ribu orang sekarang di Jepang) memenuhi Jepang baru orang Indonesia (katanya sekarang ini hanya sekitar piluhan ribu orang) datang. Kalau anak-anak muda Indonesia yang cerdas dan bekerja di negara lain tapi kurang dihargai lebih baik pindah ke Jepang saja. Menurut ceritera orang-orang Indonesia yang sukses di Jepang seperti Khoirul Anwar penemu 4G dan raja tempe Rustono, serta pengusaha muda Mahmudi, sebenarnya orang Indonesia itu sangat diminati di Jepang karena dianggap cepat menyesuaikan diri temasuk dalam hal kejujuran, kesetiaan, dan disiplin kerja. Kata mereka dalam beberapa tahun saja sudah "cas cis cus ces cos" bahasa Jepangnya dan disiplin kerja serta kebersihannya juga sudah seperti orang Jepang. Foto pekerja dengan pakaian seragamnya yang bergerak di bidang konstruksi di Jepang (Sumber; © KASEYAMA CO). Konon banyak perusahaan Jepang yang tutup karena kurangnya pekerja, dan karena kemajuan teknologi dan kesehatan penduduk usia lanjut semakin banyak, pada hal mereka sudah tidak bisa lagi bekerja. Sebenarnya Pemerintah Indonesia, terutama Mennaker dan Kepala BNP2TKI yang ramai diberitakan mengunjungi TKI yang disiksa di Hongkong dan sekarang dirawat di Ngawi, lebih baik menangkap peluang ini. Siapkan sekarang diklat tiga atau empat tahun agar setiap tahun ada pekerja profesional yang siap dikirim ke Jepang. Latih mereka berbahasa Jepang dan Inggris sekaligus sehingga mereka akan menjadi tenaga profesional yang bagus. Yusron Ihza Mahendra datang ke Jepang dengan pengetahuan bahasa Jepang yang nol sama sekali. Tapi akhirnya dia bisa menulis disertasi dalam bahasa Jepang. Artinya orang Indonesia bisa dilatih dalam berbagai bidang, termasuk bahasa agar menjadi tenaga profesional yang handal. Cari tahu juga bidang apa yang dibutuhkan. Jangan cepat puas diri dan merasa sudah melakukan yang terbaik! Ah tapi siapa yang peduli ya Pak Menteri dan Kepala Badan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun