Mungkin di antara keluarga kita ada yang senang pergi ke luar negeri walau tidak punya banyak uang, tapi ada juga yang tidak mau ke luar negeri walaupun punya banyak uang. Penduduk negara maju pada umumnya lebih banyak bepergian ke luar negeri dari pada penduduk negara bekembang atau negara miskin. Pertanyaannya apakah suatu negara akan lebih maju jika penduduk negara itu lebih sering ke luar negeri? Ketika kita pertama ke luar negeri pasti ada sesuatu yang kita pelajari, walaupun mungkin dalam buku atau intenet sudah kita coba baca. Ketika kita di Aceh, Jakarta, hingga Papua, tentu sudah terbiasa bagi kita saat pukul enam sore hari sudah gelap, dan pukul tujuh mungkin kita tidak melihat mata hari lagi. Mungkin kita pernah baca bahwa di negara empat musim saat musim panas mata hari masih terlihat di atas pukul enam sore. Namun kita akan merasa heran ketika pertama kali mengalami di luar negeri, bahkan pukul sembilan malam pun masih terang dan matahari masih terlihat. Seorang rekan yang sangat taat menjalankan ajaran agama Islam suatu saat harus bekerja di Norwegia dan pada bulan musim panas kebetulan bulan puasa. Pukul 01.00 dini hari matahari sudah terbit dan pukul 23.00 baru mata hari terbenam. Wah sudah bisa dibayangkan betapa lamanya dia harus berpuasa. Tapi kemudian dia bisa lebih bijaksana dan bisa memahami arti hidup ini. Pemandangan tengah malam yang masih terang di kota  Tromsø, Norwegia Utara yang berpenduduk 70.000 jiwa (Sumber: J.S Marcus/Wall Street Journal). Pada bulan Juni-Juli kota Tromsø hampir 24 jam masih terang sehingga Taman Botani Arctic-Alpine (Tromso Arctic-Alpine Botanic Garden) buka selama 24 jam setiap hari. Kemudian di daerah kutub, enam bulan matahari terlihat terus dan tidak pernah terbenam, dan enam bulan gelap karena mata hari tidak muncul. Kalau pas bulan puasa di musim panas di daerah kutub itu tentu akan lebih menarik jika orang mengalaminya sendiri. Jika kita tidak bepergian ke sana maka kita tidak akan pernah bisa merasakan atau mengalaminya. Jadi mungkin itulah yang menyebabkan orang dari negara maju lebih banyak bepergian dari pada penduduk negara bekembang. Mereka tidak ada rumah, tidak punya tabungan yang banyak, dan tidak memiliki mobil, namun mereka sering bepergian ke luar negeri. Mereka menganggap itu lebih penting karena bagian dari belajar yang membuat mereka lebih mengerti hidup ini. Kita di Indonesia ada yang senang bepergian ke luar negeri walau tidak punya banyak harta, tapi ada yang menganggap ke luar negeri itu dilakukan setelah mapan dulu atau punya rumah, mobil, dan tabungan yang cukup. Dua-duanya tentu tidak salah, tergantung pada masing-masing. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan kita ke luar negeri banyak hal yang kita pelajari yang membuat kita lebih memahami hidup ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H