Menurut Badan Pariwisata Dunia (UN Tourism Organization-UN WTO), tahun 2015 akan terjadi peningkatan turis dunia sekitar 4,7%. Sekjen UNWTO Taleb Rifai mengatakan tanggal 27 Januari 2015 bahwa dalam beberapa tahun terakhir sektor pariwisata telah membuktikan peningkatan kegiatan ekonomi yang mengejutkan dan penting yang menyebabkan meningkatnya ekspor bernilai ribuan miliar dolar (puluhan triliun rupiah) serta jutaan lapangan kerja. Indonesia mengakui bahwa sektor pariwisata akan meningkatkan penerimaan negara. Menteri Indonesai pernah mengatakan dengan satu turis asing yang datang ke Indonesia maka sedikitnya $ 1.200 atau sekitar Rp. 12 juta yang masuk ke kas negara. Deengan demikian kalau 10 juta turis masuk Indonesia diharapkan sekitar $ 12 miliar atau sekitar Rp. 120 triliun penerimaan negara. Bagaimana caranya agar turis meningkat ke Indonesia dan pada akhirnya meningkatkan penerimaan negara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat? Menurut pengalaman berbagai negara keadaan geografis, profesionalisme para pelaku sektor pariwisata, dan sikap masyarakat yang menyambut hangat turis asing merupakan faktor penentu meningkatnya jumlah turis ke negara tersebut. Menurut catatan UNWTO turis yang paling banyak melakukan belanja atau pengeluaran jika bepergian sebagai turis ke negara lain adalah orang China. Tahun 2013 pengeluaran orang China mencapai $129 miliar atau sekitar Rp. 1.290 triliun, tentu angka yang sangat fantastis. Orang China yang bepergian sebagai turis ke luar negeri tahun 2014 mencapai 109 juta orang. Secara berguarau orang China sering mengatakan sepuluh persen saja turis asal China bisa didatangkan ke Indonesia, maka target penerimaan turis Indonesia sudah tercapai. Bagaimana dengan Indonesia? Kalau faktor di atas dibahas, maka secara geografis, lokasi Indonesia yang berada di tengah dunia seharusnya sangat menguntungkan sehingga orang Barat dari AS dan Eropa, China, Jepang, Korea dan Australia dapat membanjiri Indonesia untuk melihat keindahan Bali, keunikan binatang komodo, pemandangan alam danau-danau seperti Singkarak, Danau Toba, Poso, Sentani, dll atau sungai-sungai seeprti Asahan, Musi, Mahakam, dll maupun gunung-gunung cantik seperti Bromo, Kerinci, dll. Danau Toba yang indah di Sumatra Utara merupakan salah satu objek wisata yang menjanjikan jika ditata dan dikelola dengan baik (Sumber: Benardo Sinambela/Kompasiana). Barang kali yang menjadi tantangan adalah profesionalisme para pelaku sektor pariwisata. Harus diakui bahwa profesionalisme di bidang ini masih perlu ditingkatkan. Para pelayan di hotel perlu melayani para tamu dengan baik tanpa harus "menjajakan diri." Di sektor perhubungan semua juga harus lebih baik lagi baik dalam bidang penerbangan, transportasi darat dan laut. Demikian juga sikap masyarakat untuk menyambut hangat turis asing masih perlu diperbaiki agar turis asing bukan saja tertarik tetapi "ketagihan" untuk mengunjungi Indonesia karena keramahan orang Indonesia. Pemerintah perlu menggalakkan lagi agar masyarakat Indonesia kembali dikenal karena keramahannya seperti terjadi di awal-awal kemerdekaan Indonesia.
Komodo, yang sesungguhnya sangat potensial menarik turis dunia ke Indonesia (Sumber: Tukang Minggat).
Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Pemerintahan Jokowi khususnya Menteri Pariwisata Arief Yahya. Ketika Joop Ave menjadi menteri pariwisata tahun 1993-1998 masyarakat Indonesia sangat faham dengan pariwisata karena gencarnya dia mempromosikan sektor itu baik di dalam maupun ke luar negeri. Kalau bisa, Menteri Arief Yahya bisa lebih giat lagi dengan terobosan kongkret yang digulirkan Menteri Susi Pudjiastuti. Bila perlu para pejabat kita bisa bertindak seperti Presdir Garuda Emir Satar yang katanya sering ikut membersihkan pesawat Garuda. Harus diakui Menteri Pariwisata kita belum begitu dikenal masyarakat. Ayo kerja, kerja, kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H