Kita baru merdeka sebagai negara tahun 1945, walaupun sebelumnya kita sudah lama ada yakni 350 tahun dikuasai dan ditindas Belanda dan Jepang, dan sebelumya sebagai kerajaan di Nusantara. Jadi baru sedikit kepala negara yang ada yakni Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Bu Mega, Pak SBY, dan kini Jokowi.
Namun dari tujuh presiden itu ada kesamaan yang mereka miliki yakni godaan atau penyakit menular yang lumrah diidap para kepala negara atau pemerintahan yakni penyakit "arogansi kekuasaan" atau "kesewenang-wenangan." Pengacara terkenal asal Surabaya yang sudah berusia 76 tahun Trimoelja D Soerjadi mengatakan seharusnya kita tidak boleh enggan melawan "penyakit" itu walaupun resikonya kehilangan nyawa.
Apa itu arogansi kekuasaan atau kesewenang-wenangan tentu kita semua tahu yakni praktik penguasa melakukan atau tidak melakukan sesuatu hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri tanpa peduli nasib rakyat. Bagaimana penyakit itu muncul, mungkin itulah yang lebih penting kita bahas.
Pada awalnya ketujuh presiden itu bagus-bags saja. Bung Karno bahkan tidak perlu dipilih oleh rakyat, dia diminta atau didesak rakyat untuk menjadi presiden. Apakah dia mengidap penyakit itu? Mungkin Bung Karno mengidapnya, terutama di akhir masa jabatannya. Bisa saja karena pengaruh orang lain, tapi seniman terkenal Pramoedia Ananta Toer merupakan gambaran pelaksanaan penyakt itu di mana para seniman lain yang tidak mendukung Bung Karno akan "habis." Akhirnya mahasiswa turun ke jalan menuntut Bung Karno mundur.
Bagaimana dengan Pak Harto? Tentu karena masih relatif baru tidak perlu dbahas. Kekuatan Orde Baru selama 32 tahun merupakan penanda penyakit arogansi kekuasaan dan kesewenang-wenangan yang diidap Pak Harto. Kembali mahasiswa menjadi penentu mundurnya Pak Harto.
Bagaimana dengan Pak Habibie, Gus Dur, Bu Mega, dan Pak SBY? Mungkin mereka sudah lebih baik, dibandingkan dengan zaman Bung Karno dan Pak Harto karena Indonesia sudah lebih baik dan masa pemerintahan mereka juga lebih singkat. Apakah mereka mengidap penyakit itu? Mungkin lebih baik menyimpulkan mereka juga tidak kebal terhadap penyakit dimaksud, namun masa waktu yang tudak terlalu lama menolong mereka.
Bagaimana dengan Jokowi yang kini memerintah? Tentu secara jujur harus diakui masa pemerintahannya masih singkat dan banyak hal positif yang sudah dilakukan. Tujuan tlsan ini hanyalah agar penyakt menular itu tidak sampai mengenainya.
Pelajaran yang kita petik dari para penguasa sebelumnya penyakit itu tidak datang secara tiba-tiba, dan awalnya mereka tidak langsung mengidapnya, pada mulanya mereka semua baik dan punya idealisme yang diharapkan masyarakat.
Apakah Jokowi yang merupakan "anak rakyat" punya keberanian untuk melawan penyakit itu sebagaimana diharapkan pengacara Trimoelja D. Soerjadi? Mari kita saksikan bersama dan semoga tidak ada orang Indonesia yang tega menawarkan atau membiarkan Jokowi mengidap penyakit yang dibenci rakyat itu.
Salah satu yang bisa dijadikan pelajaran oleh Jokowi, Bung Karno yang pada awalnya sangat diminati rakyat dan sangat hebat pun bisa tertular penyakit itu. Oleh karena itu Jokowi harus selalu berhati-hati setiap mendengar nasehat atau bisikan dari orang lain dalam menjalankan pemerintahannya; jangan sampai ketularan penyakit itu.
Semoga Presiden Jokowi dapat menciptakan sejarah dengan berhasil menjadi kepala negara dan pemerinatahan RI yang tidak mengidap penyakit "arogansi kekuasaan" dan "kesewenang-wenangan!"