Di tengah perayaan Imlek hari ini muncul pemikiran untuk membangun kota-kota di Indonesia agar lebih manusiawi. Misalnya bagaimana kota Jakarta yang ideal, dan mungkinkah itu diwujudkan? Dengan segala keterbatasan yang dimiliki dan banyaknya persoalan rumit yang dihadapi, tidak mustahil kota Jakarta dapat diubah menjadi tempat yang layak dihuni dan menyenangkan bagi warganya kalau mau melakukan langkah berani dan kreatif. Bahkan keberhasilan pembangunan kota Jakarta bisa menjadi contoh bagi pembangunan kota di daerah lain di Indonesia, bahkan mungkin di negara lain. Ide ini berdasarkan apa yang terjadi di kota lain yang sudah berhasil mengubah kota dengan persoaln berat tanpa harus mengeluarkan anggaran yang besar. Langkah pertama yang harus ada adalah kemauan. Kalau Gubernur Ahok atau pemimpin kota lain memiliki kemauan untuk membangun kota yang baik, maka jalan keluar untuk mewujudkannya akan datang. Presiden Lee Myung-bak dari Korea Selatan ketika masih menjabat wali kota Seoul tahun 2002 pernah dianggap "gila" karena proyeknya untuk menghidupkan kembali sungai yang sudah hilang (Cheonggyecheon) dan hutan Seoul. Saat itu sungai dan hutan kota Seoul itu sudah hilang dan diganti dengan gedung-gedung tinggi. Namun wali kota Lee Myung-bak memiliki kemauan keras untuk menghidupkannya kembali dan merubuhkan semua gedung-gedung tinggi itu. Apa yang terjadi kemudian? Bulan Mei 2004, walikota Lee berhasil melakukan pembukaan taman yang nyaman untuk bercengkerama bagi warga Seoul dengan sungai yang indah padahal sebelumnya taman itu merupakan pusat kemacetan kota Seoul. Tahun 2007, saat dia sudah menjadi Presiden Korsel, majalah Time memberinya penghargaan pahlawan lingkungan hidup. Dengan kata lain masyarakat Korea Selatan saat ini sudah lupa dengan "kegilaan" wali kotanya dan tinggal menikmati kota Seoul yang dihiasi dengan sungai dan hutan kota yang indah. Kalau Gubernur Ahok mau membuat ide "gila" dengan menjadikan pantai Jakarta sebagai tempat yang nyaman bagi pejalan kaki, maka kota Jakarta akan jauh lebih menarik. Kemacetan kota pun bisa berkurang. Misalnya pantai Ancol dan pantai Jakarta lainnya bisa dijadikan tempat terbuka bagi masyarakat dan setiap pagi atau sore warga boleh berlari-lari di sepanjang pantai karena dibangun trotoar luas (mungkin sekitar 10 meter lebarnya) sepanjang pantai dan warga boleh masuk tanpa perlu membayar. Ini mungkin akan dianggap ide "gila" oleh sebagaian orang karena pantai itu sudah dimiliki oleh perusahaan tertentu. Tapi sama halnya dengan walikota Seoul yang berhasil "menciptakan" kembali sungai dan hutan yang sudah hilang, bukan mustahil pula pantai Jakarta menjadi tempat menarik bagi sepuluh juta penduduk kota Jakarta. Itu baru satu ide menjadikan kota Jakarta atau kota lain di Indonesia menjadi tempat nyaman bagi pejalan kaki dengan menyediakan tempat yang aman dan nyaman bagi mereka. Penyediaan taman dan trotoar luas merupakan salah satu ide "gila" yang dapat mengurangi penggunaan kendaraan yang terlalu banyak yang menimbulkan kemacetan. Semoga Gubernur Ahok bisa menciptakan pantai Jakarta (termasuk Ancol) sebagai tempat nyaman bagi warga Jakarta. Demikian juga para kepala daerah lainnya (terutama para wali kota) sambil merayakan Imlek hari ini semoga berlomba-lomba membuat tempat yang nyaman bagi para pejalan kaki, bukan hanya nyaman bagi pengguna kendaraan saja. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kota Seoul dengan sungai Cheonggyecheon yang mengalir di tengah kota Seoul setelah diubah wali kota "][/caption]
[caption id="" align="aligncenter" width="394" caption="Penampakan kota Seoul yang lama dengan jalan tol "]
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Untuk menjadi catatan sejarah, dengan sengaja sebagian tonggak bekas jalan tol "]
(Sumber foto: http://www.preservenet.com). __________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H