Dunia perkeretaapian di Indonesia, khususnya Kereta Listrik Commuter Line Jabodetabek menunjukkan perkembangan yang pesat dibanding 10 tahun yang lalu.
Walaupun ramai dan padat oleh penumpang tapi dari segi jadwal, tarif, pelayanan dan kebersihan, sudah mirip dengan dunia perkeretaapian di Jepang.
Tapi taukah Anda, kenapa jalur kereta listrik yang terintegrasi ini diberi nama Commuter Line?
Konon, alkisah ketika Dewan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (PT KAI) melakukan restrukturisasi sistem, manajemen tata kelola, hingga budaya yang ada pada PT KAI untuk mencapai perubahan-perubahan yang positif, mereka kerap mengadakan diskusi internal.
Saat mendiskusikan jalur-jalur Kereta yang telah dirancang, mereka sempat berdiskusi untuk mendapatkan nama yang tepat untuk jalur kereta Jabodetabek yang keren dan mudah diingat siapapun. Tapi belum satupun nama yang diusulkan Direksi, disepakati oleh Dewan Direksi.
Sampai menjelang akhir diskusi, tiba-tiba Direktur Keuangan masuk ke ruangan.
"Maaf saya terlambat..", katanya. "Mana rancangan jalur keretanya? Saya mau lihat untuk perkiraan biaya".
Segera saja gambar rancangan jalur kereta Jabodetabek disodorkan ke Beliau.
"Lho.. kok muter-muter begini jalurnya?", seru sang Direktur Keuangan dengan nada seperti kecewa.
Sontak, satu ruangan terdiam!
Sebab.. jika Direktur Keuangan tidak setuju, pasti dana pembangunan susah cair!
"A haa!!", tiba-tiba pak Direktur Utama PT KAI berteriak girang. "Kalau begitu... kita kasih nama aja jalurnya: kokmuter!... Ya.. di-Inggris-kan saja, jadi Commuter Line!!.. Setuju??"
"Setujuuuuuu... ", seru para Dewan Direksi kompak.
Sejak saat itulah jalur kereta terintegrasi Jabodetabek dan kota-kota lain disebut: Commuter Line.
~ TAMAT ~
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H