Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pelajaran Politik dari Jokowi

4 Maret 2024   08:22 Diperbarui: 4 Maret 2024   08:58 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kompas on X  by Thomdean Jr.

Setelah kita mendapatkan Pelajaran Politik Chantique dari AHY (pada tulisan saya sebelumnya) maka kini kita coba memetik Pelajaran Politik Smart dari Jokowi.

Politik Jokowi setahun terakhir ini telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia. Tapi bagaimanapun inilah yang namanya Politik, ngga' seru jika tidak ada sesuatu yang mengejutkan.

Bahkan seorang rekan yang 9 tahun selalu memuja Jokowi, setahun terakhir ini malah jadi banyak menghujat Jokowi sebab dia melihat semua ini menggunakan hati nurani bukan menggunakan ilmu Politik.

Sebagai catatan, tulisan ini boleh dibilang informasi F6, jauh dari informasi A1.

*

Skenario Politik 1

Jauh sebelum hari-H Pemilu 2024, Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sudah intens melakukan diskusi untuk membahas siapa calon pengganti Presiden Jokowi. Rupanya diskusi ini tidak menemukan titik temu.

Megawati sebagai Ketua Umum Partai penguasa DPR tetap mempertahankan tradisi lama untuk mengajukan calon Presiden dari Partainya sendiri karena PDI-P telah memenuhi aturan Presidential Threshold 20%. Nama Capres yang disodorkan adalah Ganjar Pranowo.

Sedangkan Jokowi berpendapat bahwa untuk mempertahankan Pemerintahan saat ini, diperlukan koalisi gemuk Partai-Partai pendukung yang telah eksis. Dan Jokowi tau persis bahwa Prabowo berambisi untuk menjadi Presiden sehingga tidak mungkin Prabowo jadi Cawapresnya Ganjar, begitu pula sebaliknya.

Karena tidak ada titik temu sampai batas waktu yang telah mereka sepakati maka Jokowi pun bergabung dengan Prabowo beserta koalisi Partai-Partai pendukung yang berisi banyak Menteri-Menterinya yang juga para Ketua Partai.

*

Skenario Politik 2

Megawati dan Jokowi sepakat untuk membentuk 2 kubu pencalonan Presiden untuk menjegal koalisi Partai pengusung Perubahan dan sekaligus mempertahankan Pemerintahan saat ini. Sebab jika koalisi Perubahan menang maka pembangunan Indonesia akan kembali ke titik 0 (nol) karena segala sesuatunya akan dirubah. Apalagi Megawati juga ogah jadi oposisi lagi seperti jaman Orba.

Karena itu diaturlah agar Megawati tetap mengajukan Capres sendiri dan Jokowi bergabung dengan Prabowo untuk menjinakkan koalisi gemuk ini. Setelah koalisi Perubahan tersingkir maka kedua kubu ini akan bersatu kembali.

*

Skenario mana yang benar.. itu hanya Jokowi, Megawati dan Tuhan yang tahu.

*

Untuk menjinakkan koalisi gemuk ini ternyata susah-susah gampang karena faktor banyaknya Ketua Umum Partai di sana yang juga menginginkan jatah Cawapres.

Sumber gambar: Jawa Pos Sunday Cartoon by Pramono
Sumber gambar: Jawa Pos Sunday Cartoon by Pramono

Sampai pada suatu titik dimana MK membuka peluang Gibran Rakabuming Raka untuk bisa menjadi Cawapres maka Jokowi pun menyodorkan nama Gibran sebagai win-win solution. Para Ketua Partai yang notabene Menteri-Menterinya Jokowi pada akhirnya setuju dengan keputusan ini, dan jadilah Paslon Prabowo -- Gibran.

Disisi lain Pemerintahan Jokowi sempat diserang oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang notabene berisi kaum milenial. Lalu apa langkah Politik Smart Jokowi?

Jokowi berpikir bahwa suara kaum milenial sangat bermanfaat untuk masa depan dan dengan menempatkan Kaesang Pangarep disana maka PSI dapat dikendalikan dan koalisi gemuk tidak akan diganggu lagi.

*

Setelah Pemilu 2024 terlaksana maka kita tinggal menunggu kapan kedua kubu tersebut akan bersatu kembali karena koalisi Perubahan sudah pasti tersingkir. Tanda-tanda itu sudah mulai terlihat ketika ada berita bahwa JK dan Megawati akan segera ngopi bareng.

Partai mana saja yang menjadi oposisi? ... tidak akan banyak perubahan seperti saat ini. Partai-Partai yang tadinya berupaya mengusung Capresnya sendiri, cepat atau lambat akan bergabung kembali.

*

Pada akhirnya, kita (dan terutama para mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) telah mendapatkan pelajaran Politik Smart dari Jokowi di Pemilu 2024 ini.

Terserah bagaimana memandangnya apakah ini positif atau negatif, yang jelas Politik sering menimbulkan konflik karena memang tujuan utamanya adalah mencapai keuntungan dan sudah pasti akan ada yang dirugikan.

**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun