***
Nah, anak ketiga ini mempunyai pikiran yang anti mainstream. Kaget juga ketika dia memutuskan untuk memilih SMK Negeri jurusan Pariwisata setelah lulus SMPN. Dia hanya tersenyum ketika saya tanya, "Mau jadi apa kamu?"
Entah apa yang ada dalam pikirannya, yang jelas saya baru menyadari beberapa tahun kemudian ternyata pilihan anak saya itu adalah pilihan yang bijak.
Di SMK ada yang namanya praktek kerja. Dia memanfaatkan praktek kerja tersebut untuk membina relasi dengan para pengusaha pariwisata. Alhasil ketika dia lulus SMK, dia dapat langsung diterima bekerja di salah satu perusahaan pariwisata tersebut.
Pikiran saya waktu itu, ya sudah pasrahlah anak ini tidak menjadi Sarjana seperti kakak-kakaknya. Tapi saya salah!
Setahun kemudian ternyata dia mendaftarkan diri ke sebuah PTS untuk Kelas Karyawan yang kuliahnya seminggu sekali. Dan dia menanggung sendiri SPP-nya dari gaji bulanannya tanpa minta ke orang tua.
Barulah saya sadar bahwa ini adalah trik anak millennial untuk menyiasati biaya SPP/UKT agar tidak membebani orang tuanya.Â
Tentunya saya sangat bersyukur memiliki anak yang berpikiran dewasa seperti ini untuk mengurangi beban orang tuanya tapi tetap berkeinginan mewujudkan cita-cita orang tuanya agar menjadi Sarjana.
***
Langkah ini diikuti oleh anak keempat walaupun dia butuh perjuangan yang lebih dibanding anak ketiga. Lulus SMK Negeri jurusan Digital Marketing, dia sempat menganggur karena menolak disalurkan bekerja di Minimarket oleh SMK-nya. Dia lebih mengikuti kata hatinya untuk bekerja sebagai Barista di sebuah Cafe. Dan dia juga mendaftarkan dirinya ke PTS untuk Kelas Karyawan saat ini.
Dan saya berharap anak kelima mengikuti jejak kakak-kakaknya, apalagi saat ini dia sekolah di SMK jurusan Digital Communication Visual yang dapat memanfaatkan ilmunya untuk mendapatkan cuan saat dia masih bersekolah dan tidak perlu menunggu lulus dulu.