Besok, 10 November 2023, Indonesia membuka lembaran sejarah baru dengan menyelenggarakan dan menjadi salah satu peserta Piala Dunia Sepakbola U-17.
Walaupun keikutsertaan Timnas U-17 Indonesia di Piala Dunia ini, boleh dibilang, penuh kontroversi. Terutama dari pandangan negara-negara tetangga di Asia Tenggara yang banyak berkomentar negatif atas keikutsertaan Timnas Indonesia.
Bagaimana tidak, mereka menilai keikutsertaan Timnas Indonesia adalah sesuatu yang diluar nalar karena Timnas Indonesia sejatinya tidak lolos kualifikasi zona Asia AFC U-17 tahun lalu. Bahkan tidak masuk kedalam 6 tim runner up terbaik yang lolos ke babak 16 besar karena posisi Timnas saat itu dibawah Laos yang menduduki posisi ke-6 alias juru kunci runner up terbaik.
Tapi Tuhan berhendak lain, status tuan rumah Piala Dunia U-17 yang tadinya dipegang Peru, melalui tangan FIFA, dipindahkan ke Indonesia. Otomatis tuan rumah mendapat jatah satu tempat. Rejeki!
***
Pepatah bijak menyebut, pengalaman adalah guru yang baik.
Ada baiknya official Timnas mempelajari kembali kegagalan di AFC U-17 apalagi mengingat Timnas ini ditangani pelatih yang sama yaitu Bima Sakti.
Hasil AFC U-17 2022:
- Indonesia - Guam: 14 - 0
- Indonesia - Uni Emirat Arab: 3 - 2
- Indonesia - Palestina : 2 - 0
- Indonesia - Malaysia : 1 - 5
Hasil bagus di 3 pertandingan awal tapi kemudian lenyap begitu saja di pertandingan terakhir melawan Malaysia.
Media menyebutnya sebagai "Petaka 26 Menit" dimana saat itu Timnas Indonesia kebobolan 4 gol dalam waktu 26 menit awal, bahkan tertinggal 5 gol di babak pertama.
Kebobolan 4 gol dalam waktu singkat tentunya membuat mental pemain muda Timnas Indonesia anjlok, apalagi sang pelatih sepertinya tidak mampu memperbaiki mental pemain dengan strategi atau rotasi yang baik.
"Bisa jadi kelelahan dan kesalahan saya juga lawan Guam harusnya pasang lapis dua, terpikir di babak pertama apa kami ubah satu jam sebelum bertanding karena itu pertandingan pertama buat kami," kata Bima dalam konferensi pers.
Bima Sakti mengakui salah strategi dalam melakukan rotasi pemain. Para pemain utama diturunkan secara rutin sebagai starter sejak laga pertama melawan Guam.
Pada laga berikutnya melawan Uni Emirat Arab dan Palestina, Bima Sakti tetap menurunkan sebagian besar pemain inti yang akhirnya berbuntut para pemain Timnas U-17 tampak kelelahan meladeni Malaysia yang lebih siap.
*
Pelatih sudah mengakui dan menyadari kesalahannya. Dan seharusnya pelatih tidak mengulang kesalahan yang sama, apalagi sebagian besar pemain Timnas Piala Dunia U-17 didominasi oleh pemain Timnas AFC U-17.
Lihat tabel dibawah ini:
Perlu dicatat bahwa pemain Piala Dunia U-17 hanya berisi 21 pemain sedangkan pada AFC U-17 berisi 23 pemain. Artinya, kesempatan melakukan rotasi pemain berkurang. Ini yang perlu diperhatikan Bima Sakti jika ingin menerapkan rotasi pemain.
Dan, apakah rotasi perlu dilakukan?
Mengingat perbedaan berikutnya adalah jeda pertandingan AFC U-17 hanya 1 hari sedangkan di Piala Dunia ada jeda 2 hari. Jadi ada tambahan waktu 1 hari untuk pemain memulihkan staminanya.
Dan perbedaan paling krusial adalah Tim-Tim yang dihadapi Timnas Indonesia adalah Tim yang berhasil lolos kualifikasi di zonanya masing-masing, artinya Tim-Tim yang sudah berpengalaman dan sudah masuk level Dunia untuk ukuran U-17!
Strategi, sekali lagi strategi harus diperkaya oleh Bima Sakti sehingga permainan Timnas tidak monoton. Peranan pelatih adalah menerapkan strategi yang berbeda-beda pada saat pertandingan sedang berlangsung disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Â
*
Semoga masukan-masukan dari Direktur Teknik Frank Wormuth dan mantan Direktur Teknik Indra Sjafri dapat membuat Bima Sakti mempunyai wawasan yang lebih.
Dan pastinya doa seluruh penggemar sepakbola tanah air juga mengiringi perjalanan Timnas U-17 ini.
Do the Best!!
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H