Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Surat Terbuka untuk Menteri Kesehatan RI

27 November 2019   08:33 Diperbarui: 2 Desember 2019   20:39 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Pasang Ring | Dok.Pri

Kepada :
Bapak Menteri Kesehatan RI Yang Terhormat
Di Jakarta

Dengan Hormat

Assalammualaikum Wr. Wb.

Mendengar pernyataan Bapak di Media tentang cara menekan defisit anggaran BPJS yaitu dengan menargetkan pengurangan 50% biaya yang dikeluarkan BPJS untuk penyakit jantung, saya sebagai salah satu penderita penyakit jantung cukup terkejut.

Bagaimana tidak? Orang-orang berpenyakit jantung seperti saya ini tidak pernah minta kepada para Dokter yang merawat kami agar jantung kami dipasangi ring (stent) yang konon harganya mencapai Rp. 80 juta/ring. Semua itu pasti atas rekomendasi Dokter dengan mempertimbangkan resume medis dan hasil proses kateterisasi.

Dan yang paling penting adalah sejatinya kami-kami ini tidak ingin punya penyakit jantung yang Bapak sebut berharga mahal itu tetapi pada kenyataannya kami memang mengidap penyakit jantung yang dewasa ini tidak lagi didominasi oleh orang tua. Bahkan ada artis yang masih berumur 30 tahunan pun meninggal karena penyakit jantung.

Bapak Menteri Yang Terhormat

Sekilas tentang diri saya, pertama kali saya kena serangan jantung pada tahun 2017 diusia 51 tahun. Sangat mengejutkan bagi saya karena saya tidak punya riwayat penyakit jantung sebelumnya tetapi Dokter menyatakan bahwa saya kena penyakit jantung koroner. Saat itu biaya Rumah Sakit ditanggung oleh asuransi swasta.

Tetapi saat Dokter menyarankan pasang ring untuk menanggulangi penyempitan pembuluh darah di jantung, saya berpikir untuk menggunakan BPJS untuk menghindari excess claim asuransi swasta yang sangat besar. Alhamdulillah proses katerisasi dan pasang ring jantung sukses dilaksanakan pada tahun 2017 itu. Dan saya pun diberi obat-obatan yang harus dikonsumsi setiap hari seumur hidup.  

Tahun 2018 tidak disangka-sangka saya kena serangan jantung lagi, kali ini saya dilarikan ke RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (RSPJNHK). Dokter pun segera bertindak untuk pasang ring lagi. Dan setelah itu saya introspeksi diri kenapa bisa kena serangan jantung untuk kedua kalinya. Semua nasehat Dokter pun saya laksanakan, tidak saja konsumsi obat-obatan, kontrol makanan, tensi, olahraga dan lain-lain saya jalankan. Juga rutin check up ke Dokter Spesialis Jantung sebulan sekali.

Tahun 2019 ini, RSPJNHK meminta saya untuk memeriksakan diri ke RSPJNHK dalam rangka kontrol kondisi ring jantung setelah satu tahun. Saya optimis jantung saya baik-baik saja karena tidak pernah ada keluhan dan semua saran Dokter sudah saya jalani. Tetapi kenyataannya? Dokter meminta saya untuk pasang ring lagi karena dari hasil proses kateterisasi ternyata ada sumbatan di pembuluh darah jantung yang berpotensi menyebabkan serangan jantung lagi.

Hasil Pasang Ring | Dok.Pri
Hasil Pasang Ring | Dok.Pri
Bapak Menteri Yang Terhormat

Jika orang nomor satu di Kementerian Kesehatan sudah memberi perintah untuk mengurangi 50% layanan pemasangan ring kepada pasien jantung BPJS tentu perintah ini akan dilaksanakan oleh para Dokter yang bertugas di Rumah Sakit.

Dokter akan memilih pasien mana yang perlu pasang ring, mana yang tidak. Jika Dokter harus memilih antara saya dengan orang tua yang berusia 70 tahun, tentu Dokter akan memilih orang tua tersebut sebagai prioritas pasang ring dengan pertimbangan kemanusiaan.
Jika Dokter harus memilih antara saya dengan anak muda yang berusia 30 tahun, tentu Dokter akan memilih anak muda tersebut karena memiliki masa depan yang lebih panjang.

Surat ini bukan bentuk "ketersinggungan" seperti yang pernah Bapak sampaikan ke Media tetapi surat ini hanya curahan hati seorang penderita penyakit jantung pengguna BPJS yang hanya menyerahkan nasib ke Allah SWT. BPJS telah berjasa memperpanjang hidup saya, tidak mungkin saya melupakan jasa BPJS.

Saya berusaha untuk menghindari serangan jantung lagi tetapi yang tidak bisa kami hindari adalah faktor turunan orang tua, karena ayah saya memiliki riwayat penyakit jantung dan faktor stress yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan di jaman milenial ini. Tentu Bapak paham bahwa kedua faktor itu juga dapat mencetus serangan jantung.

Satu saran saya adalah sebaiknya Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi kepada masyarakat  bagaimana mencegah penyakit jantung, dari mulai gaya hidup, kebiasaan olah raga, menghindari stress sampai pada konsumsi makanan. Kalau perlu setiap rumah makan diwajibkan mencantumkan nilai kalori pada makanannya sebagai alat kontrol masyarakat agar tidak berlebihan mengkonsumsi kalori. Kewajiban mencantumkan logo Halal saja bisa melalui UU No.33/2014, masa mencantumkan nilai kalori tidak bisa? Mencegah lebih baik daripada mengobati bukan?

Seandainya tahun depan saya meninggal karena serangan jantung (lagi)... percayalah itu bukan karena program "cost down" Bapak melainkan bentuk sumbangsih saya kepada negara untuk menekan defisit anggaran BPJS.

Wassalammualaikum Wr.Wb.

Hormat saya,

Andri Setiawan
Pengguna BPJS 0001517627485

**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun