Richard Sukarno...
Nama ini mendadak terkenal di media massa dan media sosial ketika mengadakan jumpa pers di Kafe Dua Nyonya, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, 22 Juni 2016 untuk membongkar praktek kecurangan yang dilakukan oleh Teman Ahok dalam pengumpulan 1 juta KTP dukungan. Richard bersama 4 mantan Teman Ahok adalah penanggung jawab pengumpulan KTP dibeberapa Kelurahan di Jakarta, istilah yang dipakai Richard adalah petugas lapangan.
Ini tentu saja menarik karena ditengah serangan kepada Teman Ahok yang makin hari makin meningkat, masyarakat jadi penasaran seperti apa cara kerja Teman Ahok dalam hal menggalang pengumpulan KTP maupun masalah keuangan karena Richard juga melempar isu mark down keuangan Teman Ahok. Ibaratnya Richard ini adalah the right man in the right place at the right time.
Sore itu radio Sindotrijaya FM Jakarta berhasil melakukan wawancara udara dengan Richard Sukarno. Sang penyiar Lia Christie berusaha mengorek keterangan dari Richard tentang latar belakang dan tujuan Richard dan kawan-kawannya melakukan jumpa pers siang tadi.
Jawaban yang diberikan Richard berputar-putar, tidak langsung pada inti pertanyaan yang membuat saya sebagai pendengar kesal juga. Misalnya ketika Lia menanyakan status Richard, apakah dipecat dari Teman Ahok? Richard tidak merasa dipecat tapi malah mengistilahkannya dengan kata ditutup dan ketika ditanya lagi apa yang dimaksud dengan ditutup? Akhirnya dia bilang, “... ya bahasa kasarnya; dipecat”. Lho?
Maksud hati ingin tahu cara kerja Teman Ahok tapi malah dibikin bingung.
Saya langsung kirim pesan lewat whatsapp kepada penyiar Lia untuk menanyakan tentang apa yang dimaksud Richard tentang kebohongan Teman Ahok dan modusnya seperti apa?
Lia meneruskan pertanyaan saya kepada Richard, tapi apa jawabnya? Belum menjelaskan, beliau malah pamitan karena sudah dijemput oleh sebuah stasiun televisi untuk melakukan wawancara, katanya. Lha?!
Masih penasaran, setelah buka puasa saya cari-cari channel TV yang menyiarkan wawancara dengan bapak Richard ini. Yang saya cari adalah stasiun TV yang kritis terhadap Ahok, dugaan pertama adalah TV One.
Ternyata bukan... setelah saya ingat-ingat, TV One memang agak meredakan serangannya kepada Ahok sejak DPP Partai Golkar DKI mengumumkan wacana untuk mendukung Ahok di Pilkada DKI 2017.
Bergeser ke TV satu lagi yang kritis terhadap Ahok dan masuk dalam grup MNC, iNewsTV, ternyata benar. Acara iTalk yang dipandu Hardy Hermawan menampilkan narasumbar bapak Richard Sukarno dan pendiri Cyrus Network bapak Hasan Nasbi.
Sebetulnya, radio Sindotrijaya FM juga termasuk dalam grup MNC milik taipan Harry Tanoesudibyo tapi para penyiar Sindotrijaya FM seperti Lia Christie, Doddy Jon Tatipang, Ita Kusuma dan lainnya serta dua anchor iNewsTV yang kadang-kadang ikut jadi penyiar tamu, Hardy Hermawan dan Latief Siregar, mau tidak mau harus bersikap netral jika tidak mau dibombardir kritikan oleh profesional muda pendengar setia radio Sindotrijaya FM.
Dengan kepiawaian Hardy Hermawan dalam menggali informasi dari para narasumber alhasil pada akhirnya pemirsa bisa mengambil kesimpulan mana narasumber yang berkompeten dan mana narasumber yang bodong.
Ini memang blunder bagi Richard dan blunder juga bagi iNews TV.
Blunder Richard adalah dengan membuka aib dirinya dan kawan-kawannya dalam mengumpulkan KTP bodong di DKI untuk kepentingan uang.
Sedangkan blunder iNews TV adalah dengan menghadirkan narasumber yang dapat dikategorikan kriminal (pemalsuan data KTP) untuk tampil di acara sehebat iTalk walaupun blunder ini akhirnya dapat membuka wawasan pemirsa terhadap suatu masalah.
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H