Sarosa Ratam dinilai sosok yang profesional dan jujur sehingga masih tetap dipertahankan didalam jajaran Direksi IRMC. Kejujuran dan anti korupsi inilah yang diajarkan oleh pamannya Hoegeng Imam Santoso mantan Kapolri.
Kepercayaan yang diberikan pemegang saham, tidak disia-siakan Sarosa. Bersama jajaran Direksi lainnya, strategi baru untuk menghidupkan kembali Ford di Indonesia pun dilakukan. IRMC, melalui ISC, merakit mobil Ford rasa Jepang Ford Laser dan Ford Telstar yang merupakan saudara kembar Mazda 323 dan Mazda 626. Hal ini bisa dilakukan karena Ford Motor Company pusat telah memiliki saham di Mazda Jepang.
Ford pun kembali menjadi pemain otomotif yang disegani di Indonesia melalui varian Ford Laser TX3 dan Ford Telstar TX5. Ford Laser TX3 bahkan beberapa kali menjuarai rally tingkat nasional.
Ford kembali ke masa jayanya apa lagi setelah IRMC “merelakan” Ford Laser versi sedan untuk dijadikan Taksi di Jakarta. Sebagian besar operator Taksi di Jakarta menggunakan Ford Laser yang tangguh dan irit bahan bakar.
**
Ford kalah bersaing di Indonesia bukanlah hal yang baru. Ford (IRMC) pernah mengalaminya di tahun 1980. Dan pada tahun 2016, Ford (FMI) kembali kalah bersaing dengan mobil Jepang. Bedanya, pada krisis tahun 1980 Ford kembali bangkit akan tetapi tahun 2016 ini Ford memilih hengkang dari Indonesia.
Kenapa? Salah satunya menurut saya adalah IRMC berorientasi pada industri mobil sedangkan FMI lebih kepada bisnis mobil dimana mobil yang dijual di Indonesia adalah hasil impor CBU (Complete Build Up) dari mancanegara utamanya Thailand. Alhasil, sebagai penjual tentu FMI akan menanggung kerugian besar jika mobilnya tidak terjual. Berbeda dengan industri, sebangkrut apapun IRMC masih ada aset yang bisa dilirik oleh investor baru.
Hal ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang membuka kembali keran impor mobil ke Indonesia sehingga industri otomotif di Indonesia pun pelan-pelan menuju kepunahannya.
**
Disisi lain, menarik untuk menengok sosok H. Sarosa Ratam yang dibawah kepemimpinannya, berjuang untuk menghindari IRMC dari kebangkrutan bahkan berhasil mengangkat kembali pamor IRMC sebagai Agen Tunggal Pemegang Merk Ford di Indonesia.
Sarosa tidak ingin mengorbankan eksistensi Ford di Indonesia sehingga lebih memilih melakukan PHK kepada seluruh karyawannya untuk kemudian mencari investor baru. Ini memang pilihan pahit tetapi hasilnya Ford tetap ada dan tetap berkibar di Indonesia. Inilah salah satu bentuk kecintaan Sarosa kepada Ford.