***
Tapi mengapa kesigapan seperti menghadapi penjahat atau teroris itu, tak terlihat padanannya, justru di saat kehadirannya sangat dan lebih diharapkan, dalam menghadapi virus yang misterius ini?
Tentu saja yang dimaksud bukan aparat kepolisian. Tapi justru kekuasaan dan kewenangan yang jauh lebih tinggi dibanding petugas-petugas yang diizinkan menyandang -- dan bila perlu menggunakan -- senjata api tersebut.
Sebab, penyergapan dan pemberantasan penjahat maupun teroris yang kini kerap dapat disaksikan masyarakat luas melalui tayangan langsung televisi itu, sejatinya merupakan bagian kecil kesuksesan kepemimpinan puncak yang jauh di atasnya. Kehebatan satuan yang menangani merupakan kepiawaian pemimpin tertinggi korps tersebut.
Dalam mengelola dan mengembangkan jajaran sumberdayanya. Pemimpin tertinggi yang piawai itu adalah wujud kejelian -- mungkin juga kecerdasan -- pemimpin lebih tinggi yang mengangkatnya. Yakni, Presiden.
Tapi di mana dan ke mana semua kegagahan dan kehebatan itu, saat masyarakat ketakutan hidup di tengah ketidak pastian, menghadapi teror virus yang misterius tersebut?
***
Posisi pertama dan utama pastilah hanya diduduki oleh manusia terpilih. Karena berbagai keistimewaan yang dimiliki dan keluar-biasaan kemampuannya.
Saat seperti ini, masyarakat luas yang memilih dan mempercayai dirinya untuk berada dan memimpin di puncak kekuasaan itu, berharap dan sangat menantikan demonstrasi segala keistimewaan dan keluar-biasaan tersebut.
Sebab, untuk dan karena hal itulah, segala kemewahan dan keistimewaan pemimpin, diserahkan rakyat kepadanya.
Sangat mengherankan dan tak masuk akal, ketika telunjuk kekacauan maupun ketidak mampuan mengatasi, justru diarahkan kepada yang lain -- bahkan masyarakat luas -- yang dulu justru diminta menyerahkan amanah padanya.