Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi, Antara Fakta dan Ilusi

24 September 2018   13:29 Diperbarui: 27 September 2018   16:58 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi adalah sosok langka yang sangat baik bagi Indonesia. Tapi jangan biarkan beliau terjerumus lebih dalam pada sejumlah penyesatan indikator-indikator yg selalu disajikan.

"The devil in the detail". Saya percaya laporan keuangan yg berbentuk Neraca dan Laba-Rugi selalu menjadi sesuatu untuk #katakanyangsebenarnya.

Oh ya, ulasan saya di atas berdasarkan laporan kinerja Direktorat Jenderal Pajak tahun 2016 dan 2017.

Saya sedang membedah LKPP ( Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, audited) 2004-2017 utk memahami lebih jauh soal postur keuangan kita. Diantaranya untuk menelisik keterkaitkannya dengan absurditas program BPJS Kesehatan yang sekarang banyak mengorbankan rumah sakit dan tenaga medis di seantero Nusantara.

Jangan sebut saya baru nyinyir sekarang. Sebab sejak awal pemerintahan Joko Widodo --- melalui sejumlah rekan yg ada di sekitar kekuasaannya --- saya telah berulang kali mengingatkan perlunya "helicopter view" untuk menyikapi semua kerjanya secara menyeluruh (comprehensive) dan terpadu (integrated).

Ingat,

PERTAMA, Indonesia harus tetap tegak berdiri siapapun presidennya. Bagi saya Indonesia Raya adalah segala-galanya.

KEDUA, apa yang dikerjakan oleh pemerintahan Joko Widodo kemarin --- terutama dalam hal pembangunan berbagai infrastruktur --- adalah penting dan harus. Bagi yang memahami keuangan, beliau sesungguhnya sedang mempersiapkan asset. Tapi dalam "neraca" tentunya sebagian masih dicatatkan sebagai "work in progress" alias "pekerjaan yang dalam penyelesaian". Sementara sebagian yang lain dicatat sebagai "biaya yang dibayar dimuka". Efektifitas kedua pos pencatatan tersebut tentu belum bisa diukur. Sebab belum tuntas diselesaikan sehingga dapat dimanfaatkan.

Seharusnya, berbagai pembantu beliau yang menangani berbagai bidang terkait --- mulai dari Perindustrian, Perdagangan, Perhubungan, BUMN, hingga Pendidikan dan Tenaga Kerja --- bahu membahu mempersiapkan berbagai hal yang pelu agar ketika "asset-asset" tersebut selesai dapat betul-betul dimanfaatkan secara optimal.

Disinilah sebetulnya "persoalan yang menjerat bahkan menjegal" Joko Widodo selama ini. Sebab, beliau selalu disandera berbagai kepentingan picik, sempit, dan busuk banyak pihak yang memiliki posisi tawar politik terhadapnya.

KETIGA, situasi kritis yang kita hadapi saat ini --- termasuk pengaruh lingkungan global yang terus dguncang oleh kebijakan Trump yang penuh kejutan sekaligus merepotkan; juga berbagai disrupsi yang dihadirkan pesatnya perkembangan teknologi digital pada berbagai aspek kehidupan klasik kita --- harus ditangani secara berkelanjutan dan gotong-royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun