Mereka harus jeli dan teliti memeriksa rancangan acara yang telah dipersiapkan panitia. Dengan demikian, jika memang Gubernur DKI Jakarta tak ada dalam daftar yang disertakan untuk mendampingi Presiden tadi malam --- terlepas disengaja ataupun tidak oleh panitianya, --- mereka seharusnya dapat menyampaikan masukan, bahkan permintaan yang perlu.
Tentu sangat disayangkan jika Protokoler Kepresidenan sampai tak memiliki kejelian dan kepekaan terhadap hal tersebut. Sebab --- seperti yang dijelaskan pada bagian awal tentang kebiasaan jamak yang kita pahami setiap kali Presiden berkegiatan di wiayah kepala daerah yang menjadi mitra kerjanya --- memang demikianlah kepatutan semestinya.
***
Insiden yang terjadi di penghujung acara Piala Presiden kemarin memang sangat patut disayangkan. Semua kesejukan yang tergambar lewat suasana akrab Jokowi dan Anies --- sesuatu yang sesungguhnya dinantikan oleh rakyat Indonesia yang ingin bangsanya segera bergegas ke depan; bukan terus disandera pertikaian diametral 'kampungan' yang memecah belah dan tak perlu itu --- pada akhirnya tercoreng bahkan tercederai lagi. Sama sekali bukan karena keinginan pribadi Jokowi maupun Anies. Tapi karena Panitia Penyelenggara yang menjadi tuan rumah, dan Penanggung Jawab Protokoler Presiden yang 'kurang bijak', seperti yang disuarakan PDIP lewat Sekretaris Jenderal-nya, Hasto Kristiyanto.
Saya tak bosan untuk memgingatkan bahwa Jokowi bukan Superman.
Janganlah kita menyia-nyiakannya.
Jilal Mardhani, 18-2-2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H