Sosok seperti Joko Widodo yang jujur, bersahaja, merakyat, dan sepenuh hati memimpin Indonesia, sesungguhnya amat langka. Kita harus mengakui, 6 Presiden yang pernah memimpin bangsa ini sebelumnya, tak ada yang memiliki kualitas keempat hal tersebut, seperti dirinya. Semua kelebihan yang mereka miliki masing-masing, pada akhirnya bernoda ketika harus memasukkan keempat variabel sifat dasar paripurna Joko Widodo yang disebutkan tadi.
Kesempatan yang terbatas dan singkat ini, sebaiknya kita gunakan untuk mengutamakan rekonsiliasi Indonesia. Semacam moratorium menyeluruh untuk melupakan semua kelancungan dan dosa-dosa masa lalu. Sesuatu yang secara sadar, jujur, dan terbuka, disesali bersama demi tekad untuk memulai lembaran baru yang beralaskan kesepakatan untuk tak mengulanginya lagi.
Membangun kembali pondasi harapan setiap insan Indonesia, bahwa kita mampu dan bisa hidup berdampingan dan saling bahu-membahu, demi persatuan dan kesatuan, meskipun beragam. Dan yang paling penting, menyingkirkan paham dan ketentuan apapun yang menyuburkan hegemoni mayoritas, termasuk agama. Kepentingan keutuhan bangsa dan Negara harus pafa tempat pertama. Bukan agama atau apapun yang bermakna sempit dan terbatas lainnya.
Untuk itu, kelihatannya kita memang harus membongkar dan menata kembali dasar-dasar konstitusional. Sebab yang ada hari ini telah berulang kali dibuktikan rentan 'dipermainkan', bahkan 'diperkosa', oleh sekelompok pecundang yang licik dan lihai memanfaatkan kelemahan dan kekurangannya.
Termasuk oleh sekelompok legislator yang sedang memperjuangkan imunitas berlebih, meskipun mereka berkinerja payah. Bahkan sesungguhnya, sejumlah diantara mereka telah berulang kali terbukti khianat.
Akuilah.
Sesungguhnya Indonesia sedang dalam keadaan bahaya dan darurat!
Jilal Mardhani, 16-2-2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H