Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memetik Hikmah dari Film "Sully"

15 Oktober 2017   18:21 Diperbarui: 15 Oktober 2017   18:26 2157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sully, karya Clint Eastwood, produksi 2016 (wheretowatch.com)

Hollywood memang piawai menyajikan drama yang diangkat dari kisah nyata.

Sabtu malam kemarin (14-10-2017), HBO (HD) menyuguhkan tayangan perdana 'Sully'. Sebuah film tentang pesawat USAirways Flight 1549yang harus mendarat darurat karena kedua mesinnya tak berfungsi setelah menabrak segerombolan burung yang terbang berlawanan. Chesley 'Sully' Sullenberger, pilot pesawat yang diperankan Tom Hanks  memutuskan 'pendaratan' di sungai Hudson, New York.

Ya, pendaratan (landing), bukan jatuh (crash)!

Kata itu ditegaskannya saat Badan Keselamatan Transportasi Nasional (National Transportation Safety Board) melakukan penyidikan pendahuluan dan mewawancarainya. Sully dengan tegas menolak penggunaan 'kata' crash.

'We were landing on the river, not crashed', demikian tukasnya.

Bersama co-piliot Jeff Skiles  yang diperankan Aaron Eckhart, serta seluruh awak kabin yang bertugas saat itu, mereka berhasil menyelamatkan 155 penumpang dan crew pesawat, termasuk 2 orang bayi.

Ya, mereka!

Sully memang tegas menolak sanjungan yang disampaikan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional sebelum menutup dengar pendapat terbuka yang akhirnya mengakui, sekaligus menyetujui, tindakan heroik yang telah mereka lakukan.

'Bukan saya, tapi oleh kami.'

Lalu ia menyebut co-pilot Jeff, nama para awak kabin (saya lupa mencatat siapa saja - red), seluruh penumpang, serta petugas tanggap darurat dan penyelamat (search and rescue) New York, petugas penyelam, dan kapal-kapal yang berada di sekitar lokasi kejadian. Semua yang terlibat dan memiliki andil terhadap 'kesuksesan', pendaratan di sungai Hudson itu.

+++

Kisah utama film ini adalah tentang dugaan National Transportation Safety Board(Badan Keselamatan Transportasi Nasional) Amerika terhadap faktor kesalahan manusia -- dalam hal ini Sully dan Jeff selaku pilot dan co-pilot-- sebagai penyebab kecelakaan. Mereka bersikukuh bahwa pesawat masih dapat dikendalikan hingga mendarat pada salah satu dari 2 bandara yang ada di sisi sungai Hudson itu. Dengan kata lain, mereka meragukan keputusan Sully yang mendaratkan pesawatnya di sungai. Menurut mereka, mesin kedua masih bekerja dan memiliki daya untuk membantu pesawat mendarat selamat pada salah satu bandara yang ada di sekitarnya.

Untuk membuktikan kebenaran hipotesa mereka, digunakan simulasi komputeryang algoritmanyadijalankan menggunakan variabel teknis yang sama dengan keadaan ketika musibah terjadi. Berdasarkan simulasi yang disiarkan langsung bagi seluruh hadirin di ruang sidang, para pejabat Keselamatan Transportasi Nasional itu menganggap pesawat 1549tersebut masih mungkin mendarat dengan selamat pada salah satu dari 2 bandara yang ada di sisi sungai itu.

Baik Sully maupun Jeff telah berupaya menjelaskan hal yang sesungguhnya terjadi sebelum  mereka memutuskan pendaratan di sungai tersebut. Mulai dari kondisi kedua mesin yang telah berhenti berfungsi hingga berbagai upaya yang dilakukan sesuai standar prosedur dan 42 tahun pengalamannya sebagai pilot.  

Tapi ketiga pejabat Badan Keselamatan Transportasi Nasional yang memeriksa mereka tetap pada pendiriannya.

Ketika simulasi dipertontonkan langsung saat sidang penyelidikan terbuka diselenggarakan, kedua alternatif pendaratan -- baik di bandara Teterboro maupun di LaGuardia yang terletak di kedua sisi sungai Hudson-- terlihat dapat dilakukan dengan mulus. Tapi Sully menentangnyakarena 'keadaan' psikologis yang dihadapi berbeda. Katanya, tak satupun pilot yang pernah mengalami peristiwa nyata yang sama. Termasuk dirinya sendiri. Terutama saat kritis yang harus dilalui ketika kedua mesin yang menggerakkan pesawat tiba-tiba tak berfungsi sementara ada 155 nyawa yang perlu diselamatkan. 

Simulasi yang baru saja mereka tonton bersama dijalankan oleh 'pilot-pilot di penerbangan virtual' yang sudah memahami 'apa yang bakal terjadi' dalam tugas mereka. Bahkan -- setelah Sully meminta aggota Dewan yang memimpin pemeriksaan dirinya menghubungi langsung dan bertanya ke markas Airbus yang berada di Tolouse, Perancis tempat simulasi tersebut dilakukan -- pilot-pilot di penerbangan virtual yang menjalankan 'penerbangan' kasusnya telah mencoba (latihan) sebanyak 17 kali. Sementara dia dan Jeff, tak pernah menyangka -- apalagi mempersiapkan diri-- menghadapinya, sebelum semua itu sungguh-sungguh terjadi.

Menanggapi pernyataan Sully, simulasi komputer penerbangan itu kemudian diulangkembali dengan jeda 35 detik sebelum pilot dan kopilot bertindak mengarahkan pesawat ke masing-masing bandara yang terletak di kedua sisi sungai Hudson itu. Hasilnya, kedua alternatif pendaratan gagaldilakukan.

Sesaat setelah simulasi ulang dilakukan, salah seorang yang mewakili Badan Keselamatan Transportasi Nasional yang memeriksa kesaksian Sully dan Jeff, menyampaikan kabar bahwa mesin pesawat yang tenggelam di dasar sungai telahberhasil diangkat. Secara kesatria diakuinya -- setelah pemeriksaan seksama dilakukan terhadap bangkai mesin tersebut -- telah terjadi kekeliruan kesimpulan oleh lembaga resmi yang sebelumnya menyatakan mesin kedua pesawat yang dikendalikan Sully dan Jeff masih memiliki cadangan daya untuk berfungsi.

+++

Film besutan aktor legendaris Clint Eastwoodini, sangat piawai 'meletakkan' kehebatan manusia DI ATAS teknologi yang diciptakannya. Dalam situasi tertentu dan luar biasa, teknologi tak mampu bersaing dengan daya manusia yang dibangun dari pemahaman, pengalaman, dan kearifannya.

Manusialah yang mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya.

Film yang diangkat dari kisah nyata di penghujung tahun 2009 itu, mengingatkan kedigdayaan yang kita (manusia) miliki untuk menghadapi Revolusi Budaya Digitalyang berlangsung akhir-akhir ini.

Otak manusia bekerja pada logika ternier(0, 1, 2, 3) — terdiri dari unsur-unsur Timin, Adenin, Guanin, dan Sitosin — yang jauh lebih hebat dan kompleks dibanding biner(0, 1) pada komputer. Sistem biner memang menyebabkan ‘otak’ komputer BERPROSES jauh lebih cepatdibanding ‘otak’ manusia. Tapi sebaliknya, KEMAMPUAN otak manusia melakukan perhitungandan transfer informasi, jauh lebih hebatdan kompleksdibanding komputer. Persoalannya, keempat unsur ‘logika’ otak manusia itu terdiri dari proteinyang merupakan zat kimia yang mempengaruhi emosinya.

Pesan itu mudah-mudahan bisa menyentuh 'harga diri' dan 'kecerdasan' Negaradan Pemerintah Indonesia-- khususnya MENTERI PERHUBUNGAN dan para KEPALA DAERAH -- dalam menyikapi fenomena transportasionline yang sedang heboh sekarang. 

Jelas sekali, kita bukan 'robot' dari segala KEBIJAKAN dan ATURAN yang pernah disusun. Kita juga bukan 'kacung' atau 'korban' dari ILMU PENGETAHUAN dan TEKNOLOGI yang sesungguhnya dikembangkan untuk memudahkan dan menyempurnakan kehidupan. Sebab semua itu bisa saja usang, perlu diperbaiki, diperbaharui, atau diganti sesuai dengan tuntutan kearifan untuk menyikapi perkembangan zaman yang terjadi.

Jilal Mardhani, 15-10-2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun