Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kuasa Ahok dan Kekuasaan

26 Juni 2016   20:17 Diperbarui: 27 Juni 2016   11:50 3658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah kini Ahok yang digdaya?

Dia yang berkuasa dan menguasai bidak-bidak catur perpolitikan Pilkada Jakarta. Hal yang tersisa, 'apa yang sesungguhnya menguasai nurani dan fikiran' Ahok untuk menentukan sekaligus memilih langkah-langkahnya ke depan!

***

Sangat bisa dipastikan kelompok pertama pendukung Ahok, yaitu mereka yang 'ingin menyampaikan pesan kemarahan kepada partai-partai politik' akan kecewa! Sedih karena aspirasi yang mereka salurkan ternyata ditelantarkan! Lalu marah karena merasa dikhianati! Dan kemudian mungkin saja sakit hati!

Jika Ahok mengabaikan semua itu, mungkin bukan karena nafsunya ingin mempertahankan kekuasaan memimpin dan mengelola Jakarta yang hari ini dipegangnya (pada episode Mata Najwa yang tayang beberapa hari lalu, Ahok berkata bahwa dia bukan ingin menjadi Gubernur, tapi CEO alias Chief Executive Officer Jakarta!), tapi karena ia memang sungguh-sungguh ingin menuntaskan berbagai pembangunan, pembenahan, terobosan, dan perbaikan yang telah dimulainya demi dan untuk semata-mata warga ibukota republik ini!

Seandainya demikian, mudah-mudahan Ahok tak lupa bahwa seberapa penting dan hebatnya pun peran Jakarta bagi Indonesia, kekuasaannya belum berarti banyak bagi 'kepentingan' negara yang lebih luas. Langkahnya kembali ke pangkuan partai akan menepis kembali keraguan kekuatan-kekuatan politik itu terhadap sikap, prilaku, dan kerja mereka yang selama ini selalu menuai cemooh dan kejengkelan konstituen yang memilihnya! Keyakinan mereka pada keistimewaan posisi tawarnya dalam percaturan politik di negeri kita akan kembali menguat. Sebab pada akhirnya rakyat harus memaklumi hal itu! Dan Ahok telah sukarela membuktikannya!

Kita semakin tersudut dengan oligarki kekuasaan partai-partai politik.

Kasus Ahok akhirnya menyisakan preseden yang menciutkan nyali dan mengubur semangat Ahok-Ahok lain yang bersiap bangkit menyelamatkan pertiwi, meniru sepak-terjangnya, mencontoh kesungguhannya bekerja demi kepentingan masyarakat luas, dan seterusnya.

**

Tapi Ahok akan menjadi pahlawan Neo-Indonesia yang ditulis dengan tinta emas - jika dan hanya jika - dia mampu menggunakan dan memanfaatkan kekuasaan kontemporernya untuk menggiring partai-partai politik yang telah resmi mendukung dan mencalonkannya, berdiri sejajar bersama Sejuta Teman Ahok untuk mendaftarkan pencalonannya sebagai Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 TETAP melalui jalur independen! Apapun resiko yang terjadi setelahnya!

Meski langkah terakhir itu menyebabkan pencalonan Ahok menjadi Gubernur DKI terganjal, Ahok lebih dari pantas untuk menjadi pahlawan kita. Sosok dan sepak terjangnya akan menginspirasi dan memotivasi gelombang generasi sekarang dan seterusnya untuk mengikuti tekad, semangat dan langkah-langkahnya menyelamatkan sekaligus membangun kejayaan Republik Indonesia yang sama-sama kita cintai ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun