Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalijodo, LGBT, dan Kita

19 Februari 2016   01:51 Diperbarui: 19 Februari 2016   08:14 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Modal' yang disediakan pemerintah untuk membantu mereka sesungguhnya cukup menggiurkan. Pada warta-warta yang beredar Gubernur Ahok menjanjikan penjaminan sejumlah hal pokok dan penting yang menjamin kelangsungan hidup sehari-hari mereka, seperti penyediaan tempat tinggal, layanan kesehatan, pendidikan anak, dan seterusnya. Menteri Khofifah maupun Gubernur Ganjar menjanjikan penampungan lapangan pekerjaan. Tapi kita tentu sepaham bahwa semua 'bantuan' yang disediakan itu memang tak akan dapat mengganti seutuhnya 'kemewahan' yang dinikmati penghuni Kalijodo sebelumnya. Disanalah masyarakat luas perlu bersama-sama mengulurkan tangan untuk mendampingi dan membantu agar mereka dapat melalui proses sulit dan rumit yang dihadapi.

Rasanya tak berlebihan jika memadankan persoalan yang menimpa saudara-saudara kita yang selama ini menghuni dan hidup di Kalijodo itu seperti kelompok masyarakat yang terjerat penyalah-gunaan narkoba. Penyembuhannya tak cukup hanya dengan program detoksifikasi dan menjauhkan mereka dari barang haram itu. Tapi juga melalui proses pendampingan hingga mampu menggugah kesadaran, membangkitkan semangat, dan membulatkan tekad mereka untuk sepenuhnya meninggalkan prilaku menyimpang dan sangat beresiko sebelumnya.

Percayalah, seandainya pun kita bahu-membahu membantu mereka, tetap saja tak ada jaminan meraih keberhasilan yang sempurna. Setidaknya dalam tempo yang singkat. Sebab begitu banyak permasalahan yang sudah berurat-berakar disana. Berlangsung dalam kurun waktu yang begitu panjang sehingga terlahir sudah generasi yang berterima dengan prilaku dan budaya yang demikian.

Faktanya, ada saja sebagian kalangan yang justru ingin mempertahan keadaan itu. Status quo. Mungkin mereka menikmati atau mungkin juga disebabkan maksud untuk menungganginya demi kepentingan-kepentingan personal dan sempit. Atau bisa pula karena menganggapnya sebagai sebuah keniscayaan.

Memang betul banyak kejanggalan yang berlangsung dan dibiarkan selama ini. Seperti fakta sebagian diantara mereka yang ditagih dan tertib membayar Pajak Bumi Bangunan. Atau kenyataan tersedianya sambungan listrik, telpon, dan air yang menunjang operasional kegiatan mereka sehari-hari sebelumnya. Jika semua itu merupakan kekhilafan - atau bahkan kesalahan - masa lalu, bukankah tetap harus diperbaiki dan tidak diteruskan?

Kita mengisi kehidupan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Bukan untuk surut ke belakang.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun