Mohon tunggu...
Jihan Soraya Hermawan
Jihan Soraya Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa FKM

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Kebijakan Social Distancing pada Masa Wabah Covid-19 terhadap Kelompok Rentan

7 April 2022   09:33 Diperbarui: 7 April 2022   09:47 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Jika meninjau kembali ,Coronavirus Disease 19 atau Covid-19 yang menjadi asal mula pandemi ini pertama kali muncul di Wuhan,China,pada Desember 2019.  Dan dalam rentang waktu yang terlalu singkat virus ini menyebar ke berbagai negara -negara lain termasuk Indonesia.

Virus ini menyerang saluran pernapasan yang dapat menyebabkan penyakit infeksi pada saluran pernapasan . Covid-19 dapat menyebar  yaitu dari orang ke orang melalui droplet atau percikan- percikan  dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara satu sama lain dan bahkan bila bersentuhan atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi COVID-19 ini.

Sebagai usaha pengendalian terhadap penyebaran Covid-19,pemerintah melalui satgas pencegahan Covid-19 melakukan kampanye protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 secara individu yaitu masyarakat diminta untuk melakukan 3M seperti memakai masker,mencuci tangan,menjaga jarak ,dan menghindari kerumunan. 

Lalu, pada  pemutusan rantai penularan virus pada kelompok pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan cara social Distancing, Social distancing adalah istilah untuk menggambarkan  upaya menjaga jarak antar manusia untuk menurunkan peluang penularan penyakit ini termasuk kurangi bepergian ke luar rumah,hindari bepergian ke tempat ramai saat tidak ada keperluan mendesak ,melakukan kegiatan belajar/sekolah/kerja/ibadah di rumah dengan menggunakan teknologi seperti video call,zoom meeting,Google meet dan sebagainya untuk mendukung hal ini. Karena pandemi ini  mengharuskan pentingnya memutus rantai transmisi dan melindungi populasi dari risiko.

Efek komplikasi dari COVID-19 lebih tinggi pada beberapa populasi rentan, terutama lanjut usia, individu yang menderita kelemahan, atau yang memiliki beberapa kondisi kronis. 

Risiko kematian juga semakin tinggi dengan bertambahnya usia,dan juga lebih tinggi pada mereka yang memiliki penyakit komorbid atau yang lebih dikenal dengan penyakit bawaan seperti Diabetes melitus,hipertensi,penyakit pernapasan ,penyakit jantung,penyakit ginjal kronis,autoimun,gangguan saraf dan lain-lain. Karena pasien yang terkonfimasi positif covid-19 dengan komorbid atau penyakit bawaan menjadi kelompok yang rentan sakit parah dan meninggal akibat covid 19 dikarenakan seseorang yang memiliki penyakit penyerta/bawaan berisiko mengalami hambatan dalam proses penyembuhan saat terjangkit penyakit lainnya.

Pada tahap pandemi,sangat penting penerapan social distancing atau menjaga jarak sosial bagi masyarakat  karena kelompok rentan yang terdiri dari lansia,ibu hamil,dan anak-anak menjadi salah satu kelompok yang mengalami efek yang mengerikan  dan  berbahaya. 

Pada kelompok lanjut usia paling tidak ada tiga faktor selama proses penuaan  yaitu fisik,psikologis,dan sosial dimana perubahan tersebut akan menyebabkan terjadinya konsekuensi fungsional pada lansia.Konsekuensi fungsional adalah suatu efek yang muncul sebagai akibat dari perubahan fisik,faktor risiko,serta perilaku kesehatan individu yang dapat diobservasi serta mempengaruhi kehidupan sehari-hari lanjut usia. 

Proses penuaan yang dialami lansia membuat kelompok ini menjadi salah satu kelompok paling terdampak  parah akibat covid-19 yang berarti semakin penting bagi lansia untuk melakukan social distancing.mengisolasi lansia mungkin dapat mengurangi penularan,dimana tujuan utamanya adalah untuk menunda memuncaknya kasus yang ada,dan meminimalkan penyebaran ke kelompok berisiko tinggi. Namun,isolasi diri tidak cocok dilakukan lansia yang sangat bergantung pada kontak sosial di luar rumah seperti layanan perawatan dirumah ,komunitas lansia,dan tempat ibadah. 

Orang yang tidak memiliki keluarga atau teman dekat ,dan bergantung pada dukungan layanan sukarelawan dan kepedulian sosial mungkin dapat mengalami rasa kesepian ,terisolasi,atau terpencil. Banyak orang tua atau lansia dalam kondisi mental dan fisik yang menyedihkan dan seringkali tidak memiliki akses ke pelayanan medis sehingga menimbulkan masalah potensial. Lansia yang terisolir dari dunia luar sering kali terpinggirkan dan tidak dilibatkan dalam pelayanan kesehatan yang dapat diakses atau  memilih layanan kesehatan sesuai keinginannya/seleranya.

Selain itu, pada kelompok Ibu hamil dimana keadaan kehamilan menyebabkan penurunan kekebalan parsial (kekebalan tubuh secara menyeluruh) akibat perubahan fisiologi selama kehamilan ,sehingga  ibu hamil juga rentan terhadap infeksi virus covid-19 ini. Oleh karena itu ,pandemi Covid -19 sangat mungkin menyebabkan dampak yang serius bagi ibu hamil. 

Dalam pandemi langkah-langkah social distancing telah terbukti efektif dalam mengurangi penularan penyakit ,termasuk hal ini juga berlaku pada ibu hamil,agar membatasi diri untuk tidak banyak terpapar terhadap lingkungan luar,apalagi melakukan perjalanan ke suatu tempat/daerah pandemi. Risiko ibu hamil bisa tertular covid-19 salah satunya saat melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan di klinik kebidanan atau rumah sakit. 

Sehingga ibu hamil harus lebih ekstra waspada dengan tetap disiplin dalam penggunaan APD( metode alat pelindung diri) .Ibu hamil bisa membatasi kunjungan ke klinik kebidanan atau rumah sakit dengan melakukan konsultasi via daring,aktif melakukan pengecekan sendiri tanda dan bahaya selama kehamilan,dan hanya mengunjungi dokter bila  menemukan hal -hal yang dapat menimbulkan kekhawatiran bagi ibu hamil.

Pada kelompok anak-anak ,dimana anak-anak memiliki risiko lebih rendah dari paparan covid-19 ,namun ketidakjelasan nasib pada keluarga ,akan berdampak signifikan  pada anak. Ketika terisolasi  membuat anak tidak dapat dipahami ,takut dan bingung. Fokus tidak hanya pada cara orang tua memperhatikan anaknya lebih dari biasanya ,namun anak harus berkompromi dengan ketidakjelasan disekitar keluarganya. Adanya social distancing berskala besar (PSBB) dimana salah satu bagiannya adalah tentang penutupan sekolah di Indonesia dan diganti dengan pembelajaran jarak jauh sesuai amanat Menteri Pendidikan di Indonesia . 

Terjalinnya  komunikasi harus tetap berjalan yaitu Komunikasi bagaimana cara orang tua akan berkomunikasi dengan perwakilan yang berwenang di sekolah.Efek negatif dari penutupan sekolah juga perlu dipikirkan,orang tua merasa bahwa anaknya memiliki potensi stress,depresi,merasa terisolasi,sekolah harus mampu mencari cara atau program untuk menjaga emosi anak,terutama anak dengan kebutuhan khusus harus lebih diperhatikan.

Namun, dibalik pengaruh penerapan kebijakan social distancing ini yang terlihat dari kelompok yang rentan seperti pada lansia,ibu hamil dan anak-anak ,kebijakan social distancing yang dilakukan pemerintah Indonesia merupakan kebijakan yang tepat untuk mengurangi dampak penyebaran infeksi virus covid-19 di Indonesia. Update kasus morbiditas (angka kesakitan kasus covid-19 terdapat 6,02 jt orang dan mortalitas(Angka kematian) terdapat 155 rb  orang yang meninggal dunia ,dan semakin hari kasus covid-19 ini pun mengalami penurunan jumlah kasus yang cukup signifikan per tanggal 21-27 maret 2022 jumlah kasus merosot 14% dibandingkan dengan pekan sebelumnya. kebijakan yang dipilih pun telah sesuai dengan himbauan WHO(World Health Organization) terkait social distancing.Tetapi,langkah kesehatan yang dinilai efektif oleh manusia modern ini sesungguhnya bukanlah ide baru,social distancing sudah dicetuskan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW,Amru bin Ash,saat diminta memberikan rekomendasi untuk Khalifah Umar Bin Khattab ketika wabah pandemic Tha'un pada penduduk Amwas melanda negeri Syam.Kisahnya ,waktu itu Khalifah Umar sudah kewalahan karena wabah yang merenggut 30 ribu nyawa ,diantara korbannya adalah para sahabat terbaik,yakni  Abu Ubaidah al Jarrah dan Mu'adz bin jabbal . 

Amru  bin ash ,lalu membuat pengamatan dan memetakan permasalahan. Ia menyimpulkan,penularan terjadi saat orang-orang berkumpul di satu tempat.lalu ia memberikan saran atau merekomendasikan supaya orang-orang tidak berkumpul,tapi juga tidak kemana-mana ,di area yang sudah diisolasi. Akhirnya ,penduduk Amwas ada yang sementara tinggal di gunung ,di gua ,di perkebunan,dan tempat-tempat lainnya, yang penting tidak berkumpul bersama di satu tempat. Qadarullah hasilnya sungguh efektif,hanya dalam hitungan hari wabah itu bisa dikendalikan dan tidak ada lagi penularan pada orang-orang yang masih sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun