Mohon tunggu...
Jihan Nabilla
Jihan Nabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

-

Selanjutnya

Tutup

Book

Melintasi Samudra Puitis: Eksplorasi Kehidupan dan Kebatinan dalam "Ikan adalah Pertapa"

20 Juni 2023   16:10 Diperbarui: 20 Juni 2023   18:27 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara gemerlapnya lautan kata-kata, terdapat sebuah karya puitis yang menawarkan perjalanan mendalam ke dalam ruang batin. "Ikan Adalah Pertapa" merupakan buku antologi puisi yang tak biasa, menciptakan dunia baru di antara halaman-halamannya yang penuh makna. Dalam kumpulan puisi yang ditulis oleh Ko Hyeong Ryeol, penulis mampu menghadirkan keindahan dan kebenaran dalam setiap kata yang ditorehkannya. 

Buku ini mengambil inspirasi dari antologi dalam bahasa Korea berjudul "Pada Saat Merenung Hal-hal yang Kuno", yang kemudian diterjemahkan dengan indah oleh Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah. Dalam perjalanan penerjemahannya, magisnya puisi Ko Hyeong Ryeol tetap terpancar dalam keindahan bahasa yang tak ternilai. Saat membaca puisi-puisi Ko Hyeong Ryeol, kita seakan-akan mengintip jendela ke dalam pikiran sang penyair. Melalui diksi yang cermat dan bahasa yang puitis, ia telah menangkap esensi kehidupan dalam objekobjek yang sering kali diabaikan. 

"Ikan Adalah Pertapa" terdiri dari empat bagian yang membawa pembaca melalui perjalanan yang penuh emosi dan makna kehidupan. Dalam bagian pertama, pembaca disuguhkan dengan puisi-puisi yang mengungkapkan realitas bahwa kehidupan tak selamanya berjalan sesuai dengan harapan. Ko Hyeong Ryeol dengan kepiawaiannya mengungkapkan kebenaran dan ketidakpastian di balik setiap langkah yang kita ambil seperti yang ia tuliskan pada puisi Ikan Teri, 

Bersyukur tak ada dunia setelah mati 

Bagiku 

Kehidupan tak ada kompensasi 

Kematian bukan pengecualian dan bukan pintu keluar (Ryeol, 2023, p. 28) 

Bagian kedua menyoroti perjuangan bertahan dalam situasi yang terlihat tidak adil. Dalam puisi Di Kotak Pos Nomor 23 Ko Hyeong Ryeol menggambarkan rasa cemburu dan kegelisahan yang timbul karena perasaan bahwa kehidupan orang lain lebih menyenangkan dan tanpa beban yang sama. Penggunaan diksi pada puisi ini memberikan penggambaran yang kuat tentang perasaan yang terjebak dalam rutinitas dan keterbatasan hidup, serta keinginan untuk merasakan kebebasan dan kelegaan seperti orang lain. 

Waktu terus menumpuk di satu-satunya kotak pos 

Kehidupan orang lain selalu tampak lebih ringan daripada kehidupan diri sendiri. 

Dalam tagihan-tagihan pelayanan air, listrik, dan gas (Ryeol, 2023, p. 50) 

Bagian ketiga membawa pembaca ke refleksi yang lebih dalam mengenai kehidupan yang penuh makna. Lewat puisi Selembar Peta Genome Ayahku Ko Hyeong Ryeol mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah, menyentuh esensi keberadaan manusia dan relasinya dengan alam semesta. Puisi ini dapat menciptakan atmosfer yang penuh kehangatan, kekaguman, dan rasa cinta terhadap seorang ayah. Berikut kutipan puisinya 

Saat mengenang Ayah yang memenangkan ramalan cuaca, termometer, 

angin yang bertiup dari gunung serta ikan pollock 

aku kehilangan kata-kata 

Tebing batu Ulsan' dan laut timur, ombak kesengsaraan itu 

tiba di batas ekstrem yang tak terbayangkan (Ryeol, 2023, p. 111) 

Terakhir, bagian keempat penggambaran dalam puisi Kesewenang-wenangan Kepada Sang Surya menciptakan perasaan prihatin, kegelisahan, dan harapan akan kesadaran dan penghargaan manusia terhadap sumber kehidupan yang tak ternilai. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan alam dan menghormati peran penting yang dimainkan oleh unsur-unsur alam, seperti sang surya, dalam menjaga keseimbangan dan kehidupan di Bumi. 

Kapan umat manusia akan menjunjung tinggi sang surya lagi? 

Kapankah mereka mendongak?

 Minum semangkuk air lalu tidur itu menyenangkan 

Tapi aku masih khawatir dengan orang-orang yang hidup 

Bagaimana bisa mereka selama itu melupakan 

sisi seberang dari kehidupanku (Ryeol, 2023, p. 170) 

"Ikan Adalah Pertapa" bukanlah sekadar kumpulan puisi biasa. Dalam setiap halaman, Ko Hyeong Ryeol melibatkan pembaca dalam perjalanan emosional yang mendalam, mengajak kita untuk merenung, menggali makna kehidupan, dan melihat dunia dengan sudut pandang yang baru. Buku ini mengajarkan kita untuk melihat dunia melalui puisi, mengenali keindahan dan kebenaran di tengah kekacauan, serta menemukan inspirasi dan sudut pandang baru dalam perjalanan sebagai manusia.

Kelebihan lain dari kumpulan puisi ini adalah kemampuan sang penyair dalam menghubungkan puisi-puisinya dengan realitas kehidupan. Puisi-puisi ini menggambarkan kehidupan yang dinamis, realistis, dan penuh kontemplasi. Beliau mampu menangkap esensi dari objek-objek sederhana untuk menyampaikan makna kehidupan yang dalam melalui katakata yang dipilih dengan cermat. 

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa puisi dalam buku ini memiliki kelogisan yang sulit dipahami bagi pembaca awam bahasa puitis. Kata-kata yang diolah dengan begitu indah dan kompleks, mungkin membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam untuk sepenuhnya menikmati keindahannya. Secara keseluruhan, buku "Ikan adalah Pertapa" adalah karya puisi yang menawan dan memikat. Dengan gaya penulisan yang unik dan imajinatif, Ko Hyeong Ryeol mampu membangun dunia puisi yang penuh dengan makna dan keindahan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun