Indonesia memiliki berbagai keindahan alam dan Sejarah yang masih kental dan masih dilestarikan, Oleh karena itu, dalam Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Salah satu desa yang sedang berkembang dalam melestarikan situs dan Sejarah yang memiliki banyak potensi untuk dijadikan pariwisata Sejarah. Aset yang dimiliki Kabupaten Mojokerto antara lain candi, artefak, dan bangunan bersejarah. Warisan budaya sangat penting dalam sejarah, pendidikan, agama dan budaya. Oleh karena itu, untuk menjamin kelestarian warisan budaya, perlu adanya perhatian khusus terhadap warisan budaya, terutama ketika pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap kekayaan budaya. Proses pelestarian dan perlindungan warisan budaya juga diatur pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010. Seperti halnya Sejarah atau situs yang dilestarikan salah satunya Situs Tribhuwana Tunggadewi merupakan salah satu peninggalan sejarah yang paling berharga dari Kerajaan Majapahit, terletak di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Situs ini telah menarik perhatian para arkeolog dan sejarawan karena merupakan tempat pendharmaan Ratu Tribhuwana Tunggadewi, raja ketiga Majapahit, yang memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia.Â
Ratu Tribhuwana Tunggadewi adalah putri Raden Wijaya, pendiri dan raja pertama Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan ekspansi yang luas ke berbagai wilayah, termasuk Bali, Kerajaan Malayu, dan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya. Gajah Mada, patih yang diangkatnya, mengikrarkan Sumpah Palapa, yang menjadi simbol kekuatan dan kejayaan Majapahit. Situs Tribhuwana Tunggadewi telah lama dikenal sebagai petilasan Ratu Majapahit, tetapi baru-baru ini, setelah dilakukan ekskavasi, situs ini terungkap sebagai bangunan kuno yang lebih luas dan kompleks. Ekskavasi yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim pada tahun 2019 menemukan bangunan kuno seluas 24 x 24 meter persegi, termasuk pagar luar dari bata merah, lantai dari batu andesit, tangga dari bata merah dengan topangan batu andesit, serta yoni berukuran besar dengan pondasi dari batu andesit. Tribuana Tunggadewi adalah salah satu raja di kerajaan Majapahit. Tribuana Tunggadewi atau nama aslinya adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan raja ketiga kerajaan Majapahit yang memerintah dari tahun 1328 sampai tahun 1351. Tunggadewi merupakan langkah awal dalam membawa perubahan tatanan kelembagaan di kerajaan Majapahit. Tribuana Tunggadewi merupakan salah satu tokoh perempuan kerajaan Majapahit yang memberikan wawasan kepemimpinan sejak abad ke-14 Masehi. Tribuana Tunggadewi muncul sebagai pemimpin yang tidak kalah dengan kerajaan Majapahit. Buktinya, Tribuana Tunggadewi mampu menguasai kerajaan Majapahit dari kerusuhan dan pemberontakan. Salah satunya pada tahun 1331 Masehi. Petilasan Tribuana Tunggadewi terletak di Desa Klinterejo Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokero. Situs purbakala yang selama ini terpendam dibawah petilasan Tribuana Tunggadewi, di eksvakasi selama 12 hari penggalian,selama eksvakasi para arkeolog menemukan structural campuran batu-bata merah dan batu andesit. Untuk mengungkapkan struktur tersebut melibatkan 4 arkeolog, 6 juru gambar, 3 tenaga dokumentasi, serta 27 tenaga penggali, Struktur ini menunjukkan ada bangunan asli yang masih terpendam di kedalaman 1,5 -- 1,8 meter dari permukaan tanah.Â
Pertama eksvakasi dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2019 untuk mengungkap struktur purbakala yang masih belum ditemukan. Pihak BPCB sendiri telah menemukan banyak struktur di sebelah utara dan barat yoni. Struktur pertama berupa pagar dari bata merah kuno. Menurut pihak BPCB bangunan tersebut merupakan pagar luar dari situs Tribuana Tunggadewi. Sementara struktur ke dua berupa batur atau lantai sepanjang 13,6 meter. Bangunan tersebut berupa susunan batu andesit berukuran besar yang terletak diantara pagar dan yoni. Sementara struktur yang ditemukan sebelah barat yoni berbentuk undukan seperti tangga. Bagian atas tersusun dari bata kuno, sedangkan bawahnya tersusun dari 7 lapisan batu andesit. Dari perkiraan yang ada situs Tribuana Tunggadewi merupakan tempat pemujaan tunggal karena tempat ini tidak mempunyai candi-candi pendukung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H