Hari ini merupakan suatu hari kebanggaan bagiku, setelah lima tahun mengenyam pendidikan di kampung Getas, sebuah pondok pesantren di daerah Wonosobo, akhirnya giliranku untuk menjadi seorang pendidik meskipun hanya menjadi pengurus departemen.
Ini merupakan sebuah impianku yang telah lama ada diangan-anganku yang tak kusangka waktu singkat membawaku pada titik ini. Bukan dengan tanpa alasan aku mengidamkan menjadi seorang pengurus, aku terinspirasi dari para pengurusku ketika aku masih menjadi santri baru di kampung Getas. Â Bagiku mereka adalah orang yang selalu berjasa dalam membimbing dan mendidikku. Sekarang, tibalah giliranku menjadi seperti mereka dulu, menjadi pengurus yang mampu mendidik adik kelasnya dengan baik.
Kehidupan dipondok memang sangatlah dinamis, semua kegiatanpun sudah diatur sedemikian rupa. Penegakan kedisiplinan ditegakkan agar tercipta suasana  yang  kondusif  bagi semua santri. Bagi santri yang patuh, mereka akan merasakan tenang dan aman dari kejaran pengurus keamanan, sedangkan bagi santri yang suka melanggar, berbagai macam hukuman pun sudah siap menanti mulai dari dijemur, dibotak, membaca al-qur'an di lapangan dan bahkan hingga orang tuanya dipanggil dan dikeluarkan dari pesantren. Maka dari itu, banyak santri yang tidak betah dengan kedisiplinan yang sangat ketat ini. Ada satu pesan ibu nyai yang terngiang di benakku.
"Pondok bagaikan lautan, setiap sampah yang ada dilautan pasti akan menepi dibawa oleh ombak. Begitu pula dipondok, setiap orang yang mempunyai niatan tidak baik, pasti akan menepi dan tersingkirkan."
Menjalankan kedisiplinan ataupun dihukum karena pelanggaran merupakan hal biasa bagiku. Namun, hal ini berbeda ketika aku berstatus pengurus seperti sekarang ini. Sudah bukan rahasia lagi kalau bagian keamanan adalah rival bagi seluruh pengurus, terutama pengurus santri baru. Kesalahan kecil yang dilakukan santri baru dihadapan mereka merupakan bentuk pelanggaran yang tidak dapat diremehkan. Namun, hal ini sudah kami sadari sejak awal, bahwa kami adalah pendidik benih-benih orang sukses. Kami yakin, diantara mereka, ada tangan yang akan menolong kami kelak di akhirat.
"Menjadi pengurus itu, bukanlah hal yang gampang. Ada banyak hal yang harus kita pertimbangkan matang-matang, hingga kita korbankan demi anggota kita. Apalagi bagi pengurus santri baru. Masih banyak halangan dan rintangan lainnya yang juga di alami. Akan tetapi semua itu hanyalah untuk kita, Â melatih kita untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab akan amanah kita. Terlebih, sebelum menjadi pengurus bukannya kita sudah disumpah atas nam Allah untuk mengemban amanah ini?" jelasku
Seketika itu, mereka pun ingat, bagaimana aku dan teman-teman pengurus lainnya disumpah untuk mengemban tanggung jawab ini didepan para pimpinan pondok dan santri kelas lima dan lainnya.
"Apabila kamu menolong Allah, maka Allah akan menolongmu dan menetapkan kedudukanmu" begitulah yang disampaikan oleh pembina.
Malam itu terasa begitu panjang, mendengar nasehat dan petuah dari pengurus keamananibarat menemukan oase ditengah padang pasir yang tandus menyejukkan sekali. Pribadi yang awalnya aku anggap sangat tegas menegakkan disiplin dan sangat diktaktor dalam memutuskan hukuman, ternyata merupakan sosok yang sangat bertanggung jawab dalam segala hal. Semua petuahnya aku kenang hingga aku mampu lulus dari kelas lima dan naik ke kelas enam. Semua petuah yang  telah pembina sampaikan, akan aku teruskan dan lanjutkan kepada mereka pejuang yang akan mengemban amanah dan tanggung jawabyang suci ini.
Setelah lulus dari kelas enam, aku pun kembali ke kota asalku yang berada di Purwokerto. Kedua orang tuaku, lebih tepatnya ibu menyuruhku untuk keluar dari pondok dan mendaftar kuliah saja. Akan tetapi ibu nyai melarangku keluar dari pondok dan menawarkan untuk mendaftar kuliah di Wonosobo saja di UNSIQ. Tapi ibu tetap saja menyuruhku untuk keluar dari pondok dan kuliah dikota asalku, karena biar ada yang bisa bantuin ibu dirumah.   Awal mulanya aku masih bingung untuk kembali lagi ke pesantren atau mendaftar kuliah   di Purwokerto, sebenarnya aku belum ada niatan untuk keluar dari pondok, tapi disisi lain aku juga merindukan kebersamaan keluarga dan memutuskan untuk kuliah di Purwokerto.
Setelah ada niatan untuk kuliah pun akhirnya aku mendaftar di UIN SAIZU Purwokerto dan alhamdulillah diterima, dan ternyata diwajibkan mondok. Awalnya si berat banget untuk masuk ke penjara suci lagi, tapi mau gimana lagi karena dari pihak kampus mewajibkan untuk mondok. Setelah ada niatan untuk kembali mondok akhirnya, aku mencari pondok pesantren yang ngajinya mempeng dan jaraknya juga dekat dengan kampus. Setelah mencari dari daftar-daftar pesantren, aku memilih untuk mendaftar di Pondok Pesantren Al-quran Al-Amin Purwanegara. Pada hari Rabu tanggal 22 September 2021 aku dan temanku yang bernama leli mendaftar di PPQ Al-Amin Purwanegara dan menetap pada hari Minggu tanggal 26 September 2021. Â Awal dipondok aku hanya berdua dengan leli, karena kita berdua belum akrab dengan anak satu kamar maupun satu angkatan, tetapi setelah satu minggu kemudian kita berdua mulai akrab dengan yang lain. Dua bulan kemudian aku harus pisah dengan leli karena leli harus keluar dari pondok, disitulah aku harus beradaptasi dengan teman-teman karena belum saling mengenal watak satu sama lain. Dan ternyata dipondok kita tidak hanya mengaji, akan tetapi kita belajar sabar, mengerti satu sama lain, tolong menolong dan guyub rukun.