Dalam rangka memperingati Hari Blogger Nasional 2024. Komunitas Kreatoria berkolaborasi dengan Click Kompasiana, mengadakan kegiatan bertajuk 'Walking Tour dan Heritage Depok'.
Pada kegiatan walking tour kali ini menyusuri tempat beberapa tempat selama seharian, dari pagi sampai sore hari. Dimulai dari pukul 09.00 -- 17.00 WIB.
Titik kumpul berada di Stasiun Depok, saya berkumpul di sana sambil menunggu teman yang lainnya. Sambil menunggu, saya berkenalan dengan temanteman yang lainnya.
Karena ini merupakan event pertama saya bersama kompasiana. Ada wajah-wajah asing tapi ada juga yang sudah saya kenal.
Setelah semua berkumpul kami melanjutkan agenda menyusuri beberapa tempat, yaitu Depo KRL Depok dan Heritage Depok. Berikut ulasannya:
- Depo KRL DEPOK
Kegiatan walking tour ini ini diawali berkunjung ke depo terbesar kedua se-Asia Tenggara yaitu Depo KRL Depok. Di sana saya mendapat banyak penjelasan mengenai tempat parkir commuteline tersebut.
Bapak Asep Permana selaku Kepala Depo KRL di Depok menjelaskan, bagaimana Depo ini menampung merawat KRL agar dapat terus beroperasi.
Depo ini memiliki luas sekitar 26 hektar, meliputi  gedung pemeliharaan dan gedung perkantoran yang diperlukan untuk administrasi pemeliharaan KRL.
Berdiri sejak tahun 2008, Depo ini mampu menampung 446 kereta dan dirawat oleh 20 orang secara bergantian.
Selama berada di depo, KRL ini melalui tiga tahapan perawatan, di antaranya: Daily Check, Monthly Check, dan Overhaul. Berikut penjelasannya:
- Daily check meliputi perawatan KRL yang sifatnya harian, perawatannya pun bersifat ringan.
- Monthly check meliputi perawatan KRL yang sifatnya berkala, seperti per 1 Â bulan, per 3 bulan, per 6 bulan, dan per 12 bulan. Perawatan berkala ini juga termasuk perawatan yang bersifat ringan atau sedang.
- Overhaul meliputi perawatan yang sifatnya berat dan membutuhkan waktu yang lama. Perawatan ini dilakukan setiap 2 tahun 4 tahun sekali. Waktu yang dibutuhkan untuk perawatan overhaul sekitar 1 bulan.
Selain tempat perawatan KRL, depo ini juga sudah terhubung dengan pembuangan limbah KRL yang berasal dari pelumas kompresor dan gearbox.
Sebagai pengguna KRL sehari-hari, saya begitu takjub dengan depo ini dan jadi tahu bagaimana KRL ini dirawat.
- Heritage Depok
Setelah jalan-jalan mengitari Depo KRL Depok, perjalanan kami dilanjutkan dengan menyusuri tempat bersejarah di Depok.
Siapa yang baru tahu jika dulu Depok punya presiden lho! Saya juga baru tahu, hehe. Kami bertemu dengan sejarawan Depok yang bernama Boy Loen, beliau merupakan keturunan Belanda Depok.
Perjalanan Heritage Depok dimulai dengan mengunjungi Cafe Cornelis, Rumah Sejarah Presiden Depok, RS Harapan Depok, Gereja Immanuel, dan SMP Kasih. Beriku tulasannya:
- Cornelis Koffie
Ketima memasuki cafe ini tampa terlihat jika cafe ini merupakan bangunan pada zaman Belanda yang berdiri sekitar tahun 1930.Dahulu cafe ini tempat tinggal seorang keturunan Belanda Depok yang bernama R.Moh Singer. Â
Sebagian bangunan di cafe ini nampak Instagramable namun masih tersisa bangunan aslinya pada zaman Belanda.
- Rumah Cornelis Chastelin
Dari Cornelis Koffie, perjalanan kami dilanjutkan dengan mampir sebentar ke rumah sejarah yang dahulu merupakan rumah Cornelis Chastelin.
Cornelis Chastelin dahulu merupakan presiden Depok. Ceritanya pada Zaman Belanda, Cornelis merupakan tuan tanah yang kaya raya.
Faktanya tuan tanah tersebut yang pertama kali membeli Het Lan Depok (tanah Depok) sekitar tahun 1695.
Meski begitu Cornelis memperlakukan masyarakat pribumi dengan baik dengan mengajari mereka baca dan tulis.
Di rumah Cornelis, kami bertemu langsung dengan k eturunan ketiga beliau yang tampak sudah sepuh namun antusias menyambut kedatangan kami.
Ketika memasuki rumah tersebut tampak foto-foto beliau pada zaman Belanda dan terdapat kursi sofa yang nampak masih layak untuk digunakan.
- RS Harapan Depok
RS Harapan Depok dahulu merupakan istana presiden Depok. Ketika masuk ke halaman depan kami disambut oleh patung monumen putih dengn tinggi sekita 3 meter,
Ternyata bangunan tersebut merupakan monumen peringatan 200 tahun mangkatnya Cornelis Chastelin.
RS Harapan Depok sendiri sudah tidak beroperasi sejak tahun 2022. Setalah itu RS ini sudah tidak terurus dan nampak seperti bangunan horor.
- Gereja Immanuel
Dari rumah sejarh Cornelis, perjalanan kami dilanjutkan ke Gereja Immanuel. Gereja ini dahulu merupakan tempat Cornelis mengajar baca dan tulis kepada masyarakat pribumi.
Pada zaman Belanda gereja ini bernama Hervormde Kerk yang menjadi tempat pembebasan perbudakan.
- SMP Kasih
SMP Kasih merupakan tempat terakhir yang kami kunjungi. Di sini kami memasuki ruang rapat dengan meja yang besar. Di dinding tampak foto-foto presiden Depok pada masa zaman Belanda.
Bapak Boy menceritakan dahulu  SMP KasiH brnama Eben Haezer yang menjadi titik kumpul Kaoem Depok dan mengadakan rapat.
Pada tanggal 28 Juni 1714 merupakan perpindahan tanah milik Kaoem Depok juga pengumuman kematian Cornelis.
Bapak Boy Loen menceritakan sejarah Depok dari masa zaman Belanda melalui slide di layar proyektor.
Penutup
Banyak sekali pengetahun dan pengalaman baru yang saya dapatkan selama mengikuti  Walking Tour ini. Seru kan! Pesannya adalah Jasmerah, jangan lupakan sejarah!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H