B. Tokoh-Tokoh Aliran Pragmatisme
Pencetus dan pendiri filsafat aliran pragmatisme. Lahir pada tahun 1839 yang berkebangsaan Amerika. Beliau menganggap bahwa pragmatisme beridiri pada tahun 1878. Salah satu sumbangan beliau yang cukup penting dalan filsafat pragmatisme adalah teori tentang arti. Beliau membentuk teori-teori modern tentang arti dengan mengusulkan suatu teknik dalam menjelaskan pikiran.Â
Menurutnya hal ini dapat ditemukan dengan baik apabila kita menempatkan pikiran tersebut dalam ujian experimental dan mengamati hasilnya. Menurut biau ide-ide dapat terungkap apabila ide tersebut ditempatkan dalam percobaan experimental dan mengamati hasilnya.Â
Pragmatisme menurut Pierce adalah suatu ajaran yang mengatakan bahwa suatu teori itu benar sejauh teori itu mampu menghasilkan sesuatu. Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan suatu pernyataan apabila pernyataan tersebut mempunyai kegunaan praktis dalam  kehidupan sehari-hari. Kepercayaan ini dapat meningkatkan suatu kesuksesan atau kebenaran. Menurut Pierce kebenaran dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kebenaran Transendental : kebenaran yang menetap pada benda itu sendiri
 b. Kebenaran Kompleks : Kebenaran dari kenyataan-kenyataan. Kebenaran kompleks dibagi menjadi dua, yaitu :
 1) Kebenaran Etis : Keselarasan pernyataan dengan apa yang diimani pembicara atau apa yang dikatakan pembicara.
 2) Kebenaran Logis : Keselarasan pernyataan dengan realitas yang didenifisikan atau orang yang menjelaskan sesuatu harus dijelaskan dengan detail.
Kebenaran pragmatis itu adalah kebenaran manfaat. Untuk mengetahui seberapa manfaat maka harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Bagi kalangan pragmatis, semakin banyak manfaatnya atau kegunaannya maka semakin benar.
Â
2. Wiliam James
Lahir di Amerika pada tahun 1842 dan meninggal ada tahun 1910. Wiliam adalah seorang penulis yang produktif. Salah satu karyanya yaitu buku yang berisi tentang psikologi agama sehingga Wiliam dianggap sebagai bapak psikologi agama di dunia. Judulnya perjumpaan dengan tuhan.Â
Di dalam bukunya menurutnya konsep kebenaran yang diyakini yaitu tidak ada kebenaran yang mutlak yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal tersebut sebab pengalaman manusia itu berlajan terus dan segala yang kuta anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah. Karena apa yang kita nggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman tersebut.
3. John Dewey
Berpendapat bahwa kurikulum pendidikan itu harus dibuat atau dirancang sesuai dengan kenyataan yang ada. Metode pembelajaran yang dipakai John dewey adalah learning by doing yang terfokus pada keaktivan siswa.Â