A. Pengertian Filsafat Pendidikan Realisme
Kata Realisme berasal dari bahasa "Realis" yang artinya ada,nyata, atau benar. Kata Realisme ini juga berasal dari bahasa inggris "Reality" yang artinya fakta atau kenyataan.Â
Realisme menggambarkan peristiwa atau kejadian yang dialami oleh manusia secara nyata tidak mengada-ada tidak khayalan atau hanya berada dalam pikiran manusia saja tetapi peristiwa yang benar-benar ada yang dialami manusia berupa objek fisik yaitu hal/pokok pembicaraan/benda yang dijadikan untuk diteliti dan diperhatikan melalui lingkungan atau alam sekitar.Â
Realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang bersifat dualistis yaitu hal fisik dan rohani. Disinilah realisme memadukan materialisme dengan idealisme.
Pengetahuan dalam dunia pendidikan bukan hanya terletak pada obyek tetapi juga subyek. Pendidikan akan mengalami keberhasilan, jika pendidik dan anak didik memiliki persepsi dan keinginan pengetahuan yg sama.
Pada prinsipnya realisme memandang hakikat wujud/realitas/ontologi secara dualitas, terdiri atas dunia fisik dan rohani. Realisme dalam dunia pendidikan memiliki prinsip, 1) memberi perhatian pada peserta didik seperti apa adanya. 2) insiatif dalam pendidikan berada pendidik bukan pada anak.Â
Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan hidup dan tanggung jawab social, dan menciptakan anak didik untuk menguasai pengetahuan yang handal dan dapat dipercaya melalui kedisiplinan mental maupun moral.Â
Realisme tidak hanya mementingkan ide atau pikiran manusia saja tetapi pikiran di luar manusia itu sendiri. Karena isi pikiran manusia itu asalnya kosong dan menurut aliran realisme ini disebut dengan tabularasa. Dimana kekosongan pikiran manusia itu dapat diiisi dari luar pikiran manusia atau peristiwa yang dialami dalam lingkungan sekitarnya.Â
Tabularasa itu menganggap bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci dalam agama), laksana keeta kosong yang tidak memiliki pangetahuan apapun. Yang memberi pengetahuan afalah hasil pengalaman yang di dapat selama menjalani kehidupannya.
Contoh: suka dan dukanya orang pacaran hanya dirasakan oleh orang yang mengalami. Orang yng mengalami tidak akan pernah tahu itu atau Pahit dan manisnya perkuliahan hanya dirasakan oleh mahasiswa. Selain mahasiswa tidak akan tahu itu semua.
Pendidikan menurut aliran filsafat realisme menekankan pada pembentukan peserta didik agar mampu melaksanakan tanggung jawab sosial dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapainya diperlukan pendidikan yang ketat dan sistematis dengan dukungan kurikulum yang komprehensif dan kegiatan belajar yang teratur di bawah arahan oleh tenaga pendidik.
B. Pemikiran Tokoh-Tokoh Filsafat Pendidikan
1. Aristoteles
Berpendapat bahwa pengalaman itu bukanlah pengetahuan yang berupa bayangan belaka. Segala sesuatu tidak terletak pada keadaan bendanya tetapi pengertian keberadaan bendanya, yaitu ide yang tidak terlepas pada kenyataan yang ada. Maksudnya ketika benda tersebut tidak ada yang memikirkan tapi benda itu tetaplah ada dan keberadaan itu tidak ditentukan oleh akal pikiran.
2. Johan Amos Comenius
Pemikir yang dapat digolokan pada realisme religious. Brpendapat bahwa semua manusia harus berusaha mencapai suatu tujuan. Beliau juga mengemukakan bahwa pndidikan harus bersifat universal, seragam, dan harus dimulai dari pendidikan yang lebih rendah serta merupakan kewajiban bagi manusia.
3. William Mc Gucken
Berpendapat bahwa tujuan hidup adalah tujuan pendidikan. Maka jika manusia tidak memiliki tujuan hidup maka ia tidak mempunyai tujuan pendidikan. Menurut william tujuan endidikan itu untuk memusatkan diri untuk hidup di dunia yang sekarang dan untuk mencapai akhir tujuan yang abadi.
4. Francis Bacon
Berpendapat bahwa pengetahuan yang diterima oleh manusia melalui inderawi. Jadi ilmu pengetahuan yang sebenarnya adalah ilmu yang telah terakumulasi oleh akal pikiran dan kenyataan yang kemudian yang diperkuat oleh panca indera.
5. Â John Locke
Berpendapat bahwa semua pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Kerena manusia diibaratkan seperti kertas putih karena manusia belum memiliki pengetahuan sama sekali dan pengalaman didapat dari lahir dan batin.
6. Galileo
Berpendapat bahwa apa segala yang diucapkan itu ada buktinya. Ketika galileo berfilsafat maka beliau harus bertanggung jawab atas ucapannya.
7. David Hume
Berpendapat bahwa ilmu tentang manusia adalah satu-satunya dasar yang paling kokoh. Karena setiap pengetahuan didapatkan dari pengalaman. Setiap pengalaman dan pengamatan harus jadi dasar setiap argumen yang logis. Karena pengalaman tersebut menghasilkan kebenaran.
8. John Stuart Mill
Berpendapat bahwa setiap individu makhluk sosial jadi setiap individu bebas untuk mengungkapkan pendapatnya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H