Dua tahun lamanya kira-kira pandemi covid-19 berada di Indonesia, hampir semua sektor kehidupan mulai dari ekonomi, sosial, budaya, politik terkena dampak, tak terkecuali bidang pendidikan. Pendidikan harus dilakukan dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dalam pelaksanaannya tidaklah mudah ada berbagai macam hambatan/kendala mulai dari kendala yang berkaitan dengan aktivitas belajar, kendala yang berkaitan dengan teknologi, serta kendala pribadi dan lingkungan siswa.
Kendala pertama yang berkaitan dengan aktivitas belajar melibatkan kurangnya pemahaman materi, pembelajaran tidak efektif dan kurang interaktif, waktu pelaksanaan belajar tidak sesuai jadwal, dan kesulitan mengakses sumber belajar. Kedua, kendala yang berkaitan dengan teknologi ini meliputi jaringan internet, kuota internet, dan perangkat belajar.
Tanpa sarana dan prasarana TIK, pelaksanaan PJJ akan banyak mengalami kendala.Jaringan internet juga menjadi kendala dalam PJJ karena belum meratanya jaringan internet di seluruh Indonesia. Ketiga, kendala pribadi dan lingkungan.
Kendala yang berkenaan dengan pribadi siswa dan lingkungan yang digunakan untuk melaksanakan PJJ meliputi lingkungan belajar tidak kondusif, kurang motivasi, tidak fokus, gangguan kesehatan, dan besaran biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini berdampak pada penurunan motivasi belajar karena kelas daring membutuhkan kemandirian yang tinggi dan kemampuan belajar sendiri. Motivasi dari diri mahasiswa menjadi faktor penentu kesuksesan proses belajar (Cerelia et al., 2021).
Pada tahun ajaran baru ini kondisi sudah mulai membaik, pemerintah telah melonggarkan beberapa aturan, seperti pelaksanaan pembelajaran yang sudah bisa dilaksanakan secara tatap muka terbatas. Namun dampak yang diakibatkan adanya PJJ masih terasa,yaitu adanya learning loss. Learning loss merupakan suatu kondisi yang dialami oleh siswa yang kehilangan pengetahuan dan keterampilan serta menyebabkan siswa mengalami kemunduran secara akademis.
Hal tersebut dikarenakan terjadinya kesenjangan yang berkepanjangan atau keberlangsungan proses pembelajaran yang tidak berjalan secara maksimal. Tidak maksimalnya proses pembelajaran ini juga berakibat pada hasil informasi yang didapatkan siswa dan hasil belajar siswa yang juga tidak maksimal. Sehingga, fenomena learning loss akan dapat berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia yang akan lahir di tahun-tahun selama pandemi Covid-19 (Maulyda et al., 2021 dikutip dari Meilia, A.T; Erlangga, 2022).
Untuk membantu mengatasi permasalahan yang dialami para guru di sekolah, Mentri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim kembali membuka program Kampus Mengajar Angkatan 3 yang termasuk dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) merupakan program lanjutan dari konsep Merdeka-Belajar yang memberikan kemerdekaan dan keleluasaan lembaga pendidikan dalam mengeksplorasi secara maksimal kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa (Mustaghfiroh, 2020). Dan Program Kampus Mengajar sendiri merupakan bagian dari Kampus Merdeka yang melibatkan mahasiswa di setiap kampus dari berbagai latar belakang pendidikan untuk membantu kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya pada jenjang Sekolah Dasar.
Dengan kata lain, program Kampus Mengajar merupakan representasi dari tujuan Kampus Merdeka dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan. (Kemendikbud, 2021). Dalam Kampus Mengajar Angkatan 3 ini mahasiswa berfokus dalam membantu meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa, membantu administrasi sekolah baik guru dan kepala sekolah, serta membantu dalam adaptasi teknologi.
Salah satu sekolah sasaran program Kampus Mengajar 3 ini adalah SDN 2 Padasuka yang berlokasi di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Adapun mahasiswa yang ditugaskan di SDN 2 Padasuka ada 4 orang mahasiswa, yaitu Jihan Fauziah Az-Zahra dari Universitas Pendidika Indonesia Kampus Cibiru denga latar belakang prodi PGSD, Triyana Dewi Elwinda dari Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut prodi PPKN, Siti Hajar Maesaroh dari Uniuversitas Garut prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), dan Neng Pipih Lutpiah dari International Women University (IWU) prodi Administrasi Bisnis.
Dalam masa penugasan kami memiliki beberapa program, yaitu : 1) peningkatan literasi dan numerasi siswa yang dilakukan dengan membantu guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, 2) membuat pojok baca untuk meningkatkna literasi siswa, 3) mengadakan seminar mini bertajuk “ Peningkatan Kompetensi Profesional Calon Guru Merdeka”, 4) membantu administrasi guru dan kepala sekolah, 5) membantu adaptasi teknologi