Mohon tunggu...
Jihan DzakiyahNurmajid
Jihan DzakiyahNurmajid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 2020

.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Blended Learning Experience Pada Pendidikan Pasca Pandemi: Perspektif John Dewey

20 Desember 2022   13:37 Diperbarui: 20 Desember 2022   13:48 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Jihan Dzakiyah Nurmajid

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS 2020

Pendidikan merupakan unsur dasar yang sangat penting agar generasi bangsa siap menghadapi era globalisasi yang sangat cepat dan tentunya akan menjadi sebuah tantangan yang cukup berat jika sumber daya manusia tidak siap dan seimbang serta memiliki daya saing yang tinggi secara global. Karena itu perlu disiapkan generasi dan sumber daya yang berkualitas agar pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik menjadi bekal guna mencapai pendidikan dan pembelajaran yang bermakna. Bangsa Indonesia telah dihadapi oleh pandemic virus yang begitu besar menghantam manusia dan tentunya generasi bangsa juga merasakan dampaknya. 

Semua bidang terutama pada bidang Pendidikan di sekolah maupun di kampus dihentikan pelaksanaan pendidikan karena adanya pandemic covid-19. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Surat Edaran No. 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada satuan Pendidikan, mengarahkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online, pembelajaran dilakukan melalui konverensi video, diskusi kelompok melalui media sosial atau platform digital lainnya (Mahmud, 2021).  Seiring berjalannya waktu dari penerapan Pendidikan jarak jauh (pjj) bahwa sekolah dilakukan secara daring (online) hingga akhirnya  pemerintah membuat kebijakan Blended Learning.

Menurut Ariawan & Malang (2020) Blended learning merupakan pengintegrasian dari pengalaman belajar tatap muka di kelas dengan pengalaman belajar dalam jaringan (online) dengan menggunakan teknologi yang dipadukan menjadi satu. Blended Learning menjadi salah satu solusi untuk menjawab berbagai kebutuhan Lembaga Pendidikan di berbagai belahan dunia bahkan di Indonesia dalam pembelajaran campuran tidak hanya memanfaatkan teknologi saja tetapi juga pengalaman pembelajaran peserta didik yang otentik (Ceylan & Elitok Kesici, 2017).

Blended Learning memadukan ruang kelas tradisional dan pembelajaran online. Perpanduan ini dapat memberikan hasil pembelajaran yang lebih bermutu diantaranya:

(1) Menggabungkan teknologi internet dan interaksi tatap muka dapat meningkatkan pedagogi dan akses informasi yang lebih mudah. (2) Blended Learning dapat mewadahi pengalaman belajar yang mandiri dan kolaboratif. (3) Blended Learning dapat membangun komunitas platform dialog yang interaktif. (4) Peserta didik yang melek teknologi meningkatkan kemungkinan memperluas pembelajaran dan percakapan mereka di luar kelas (Rafiola rt al., 2020). Adapun menurut Cetinkaya (2016) Blended Learning dengan menggunakan teknologi secara efektif dapat membantu siswa untuk berpengalaman membentuk konsep teoritis, pemecahan masalah dan diskusi kelompok. dalam hal ini penerapan Blended Learning berpengaruh positif pada pengalaman dan kemampuan yang signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik. Peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran jarak jauh pasca pandemi dengan diterapkannya blended learning. 

John Dewey dilahirkan dekat Burlington, negara bagian Vermont, Amerika Serikat, pada tanggal 20 Oktober 1859. Dewey tumbuh menjadi seorang pemuda pemalu dari New England. Pada tahun 1875, beliau masuk ke Universitas Vermont (Brickman 1892:45). Setelah menamatkan studinya di Universitas Vermont, Dewey menggunakan waktu selama tiga tahun untuk mengajar pada sekolah-sekolah lanjutan atas di Vermont dan Pennsylvania. Selama periode ini, beliau menerbitkan artikel-artikel filosofisnya yang pertama dalam "Journal of Speculative Philosophy" (Edward 1967:380).

Profesor Dewey mengajar pada tiga Universitas besar. John Dewey mengajar jurusan filsafat di Universitas Michigan sejak tahun 1889 sampai tahun 1894. Selama periode tersebut, John Dewey menerbitkan buku-buku yang berhubungan dengan filsafat, psikologi, dan juga pendidikan (pedagogik). Pada tahun 1896 Dewey menangani sekolah laboratorium di Universitas Chicago yang dijalankan bersama isterinya Alice Chipman yaitu seorang ahli ilmu pendidikan. Pada sekolah laboratorium itu, Dewey menggalakkan percobaan-percobaan ilmiah untuk membuktikan validitas atau keabsahan suatu teori. Karyanya itu sangat memikat para muridnya dan dengan demikian ide-idenya dapat dikembangkan secara intensif (Benton 1973:147-149).

Sebagai seorang pedagogi, John Dewey memiliki kemampuan untuk menggerakkan dunia secara lebih berkehidupan, di mana letak kehidupan itu sendiri bersumber dari Pendidikan. Dalam Pendidikan, manusia secara sadar mengenal kehidupannya, mengolah diri hingga menentukan diri dan kehidupannya kepada nilai hidup yang kesadaran radikal. Pengalaman dan pengetahuan manusia dititik tumpukan oleh John Dewey yang mutlak ada dan dapat menggerakkan manusia kepada kehidupan sejati. John Dewey dan Pendidikan di Amerika begitu menyita perhatian masyarakatnya, John Dewey melaksanakan Pendidikan dengan memaksimalkan visi dan misi sebagai pembelajaran progresif pada titik kemanusiaan yaitu menghormati pengalaman, pengetahuan, adanya kebebasan dan bernilainya manusia dalam kehidupan dunianya (Mario 2017).

Salah satu kata kunci dalam filsafat John Dewey secara menyeluruh bukan hanya dalam filsafat Pendidikan yaitu "pengalaman" (experience). Menurut Dewey, pengalaman merupakan basic Pendidikan, atau dalam pandangan Dewey "pengalaman" sebagai "sarana dan tujuan Pendidikan" (John dewey, 2004). Oleh karena itu, bagi John Dewey, Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus menerus. John Dewey merumuskan dalam bukunya, bahwa perumusan teknis tentang Pendidikan yaitu "Menyusun kembali dan menata ulang pengalaman yang menambahkan arti pada pengalaman tersebut, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan jalan bagi pengalaman berikutnya".

Bagi Dewey, pertumbuhan peserta didik melalui penyusunan kembali dan penataan ulang pengalaman menjadi hakikat serta tujuan Pendidikan. Pendidikan yang sejati dalam pandangan Dewey selalu diperoleh dari pengalaman.  Bagi Dewey, keseimbangan pengalaman yang menumbuhkan tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara moral dan intelektual. Dalam hal ini, pengalaman di tingkat Pendidikan pasca pandemic menggunakan blended learning experience membuat peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan pengalaman yang menyenangkan karena dengan memanfaatkan teknologi peserta didik mendapatkan sesuatu yang bernilai dan bersifat mendidik, sehinnga membuat kegiatan pembelajaran dijalankan dengan sepenuh hati. Demikian juga, pengalaman yang membuat rasa ingin tahu peserta didik menjadi inisiatif melek terhadap perkembangan teknologi dalam proses pembelajaran.

Untuk itu dalam penerapan Blended Learning Experience, Pendidikan harus berpusat pada kondisi konkrit peserta didik dengan peka terhadap perubahan yang terus terjadi dalam masyarakat dalam hal ini perubahan yang terjadi pada pandemic covid-19 yaitu pada era pasca pandemic. Meskipun penerapan blended learning ini membuat perubahan kegiatan pembelajaran pasca pandemic menjadi lebih baik, namun pendidik pun mengalami kesulitan saat penerapan blended learning di sekolah, misalnya seperti kemampuan guru dalam mengoperasikan teknologi, pengkondisian peserta didik, dan lain sebagainya. Evaluasi penerapan blended learning diperlukan demi terbentuknya pembelajaran yang lebih efektif di masa yang akan dating. Pendidik juga harus senantiasa siap sedia untuk mengubah metode dan kebijakan perencanaan pembelajarannya, seiring perubahan dan perkembangan zaman yang erat terkait dengan kemajuan teknologi serta perubahan lingkungan hidup tempat pembelajaran dilaksanakan.

Daftar Pustaka :

  • Mahmud, R. (2021). Blended Learning Model Implementation  In The Normal, Pandemic, And New Normal Era. Proceedings  Of  The  5th  Progressive  And  Fun  Education  International  Conference  (Pfeic  2020),Hal 130--139.
  • Ariawan, S., & Malang, S. (2020). Building Critical Thinking In Covid-19 Pandemic Era: Impossible Or I Am Possible?.International research Journal On Advanced Science Hub, 2 (6). Hal 127-130
  • Ceylan, V. K., & Elitok kesici, A. 2017. Effect Of Blended Learning To Academic Achievement. Journal Of Human Science. Hal 308.
  • Rafiola, R. H., Setyosari, p., Radjah, c L., & Ramli, M. 2020. The effect Of Learning Motivation, Self- Efficacy, And Blended Learning On Students' Achievement In The Industrial Revolution 4.0. International Journal Of Emerging Technologies In Learning. Hal 71-82.
  • Brickman ,William W. John Dewey: Master Educator. Encyclopedia Americana, Vol. 9, (Grolier Incoporates, 1892). Hal 45.
  • Edwards, Paul. The Encyclopediae of philosophy. New York: The Macmillan Compani and The Free Press, 1967. Hal 380.
  • Benton H. Herming Way. Dewey John The Encyclopediae Britanica, Vol. 6.  Chicago: Encyclopediae Britanica inc.,1973. Hal 417.
  • MARIO, Yunus Evaristus. 2017. Pendidikan Perspektif John Dewey Dalam Komporasinya Dengan Kurikulum 2013 (K13). Diploma thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.
  • Dewey, John. 2004. Experience and Education. Bandung:Teraju (terjemahan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun