Mohon tunggu...
Jihan Ashilah
Jihan Ashilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Andalas

Hobi ngetik, nulis, baca, nonton.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Perkembangan Teknologi Terhadap Ternak Kerbau

8 Oktober 2024   00:56 Diperbarui: 8 Oktober 2024   00:56 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup dizaman yang penuh perkembangan teknologi ini membawa banyak dampak dalam kehidupan, baik bagi manusia maupun hewan ternak. Tidak dapat pula dipungkiri perkembangan teknologi bisa berdampak positif dan juga negatif bagi kehidupan. Seperti halnya pada hewan ternak, karena perkembangan teknologi ini hewan ternak mulai kehilangan fungsinya bagi kehidupan petani dan atau masyarakat pedesaan. Peran mereka digantikan oleh mesin, petani lebih memilih menggunakan mesin dibandingkan hewan ternak.

Para petani menggunakan tenaga dari hewan ternak untuk membantu dalam bertani, contohnya kerbau. Untuk mengolah lahan pertanian, petani menggunakan tenaga kerbau untuk menarik bajak. Memelihara kerbau merupakan hal umum bagi petani yang memiliki kebun dan sawah luas. Selain dipergunakan untuk membantu dalam mengolah lahan pertaniannya, ternak digunakan sebagai investasi yang paling menguntungkan karna hasil dari jual ternak misalnya ternak kerbau sangat besar. Satu kerbau jantan dewasa saja dapat berkisar belasan hingga puluhan juta. Dengan menggunakan tenaga dari kerbau, petani dapat mengolah sawah atau kebun hingga beberapa hektar dalam waktu singkat.

Namun sekarang, setelah adanya traktor yaitu mesin pengolah lahan pertanian, petani lebih memilih menggunakan traktor dibandingkan tenaga kerbau untuk mengolah sawah dan kebunnya. Para petani tidak lagi menggunakan jasa kerbau untuk membajak karena dinilai lebih efektif.  Dan juga para petani tidak perlu menyediakan rumput sehari-harinya untuk pakan kerbau, faktor lainnya rumput semakin sulit ketersediaannya. Hal tersebut diakibatkan lahan pertanian lebih diintensifkan dan jika membeli rumput harganya juga mahal. Penggunaan traktor dinilai lebih menguntungkan bagi para petani untuk mengolah lahan. Biaya yang dikeluarkan lebih murah, hanya beberapa liter bahan bakar mampu mengolah lahan hingga beberapa hektar.

Akibat dari perkembangan teknologi tersebut, akhirnya ternak kerbau bukan lagi dimanfaatkan tenaganya namun hanya sebagai investasi saja, atau dijual ketika butuh uang. Bahkan populasi ternak kerbau semakin menurun setiap tahunnya disebagian besar provinsi di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di provinsi Sumatera Barat, pada tahun 2021 jumlah kerbau yaitu 83.398 ekor dan pada tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 79.711 ekor.  Selain itu, bagi orang tertentu memelihara kerbau hanya untuk menyalurkan hobinya. Mereka memelihara kerbau bukan maksud untuk diambil daging, tenaga atau bahkan susunya, tetapi untuk dinikmati nilai keindahan. Jenis kerbau yang dipelihara pun merupakan jenis pilihan, yaitu berukuran besar, gagah, dan menyandang keistimewaan lainnya. Harga yang dapat ditaksir pun lebih mahal.

Padahal beternak kerbau sangat menjanjikan. Banyak yang dapat dimanfaatkan dari ternak kerbau selain tenaganya serta harga jual yang tinggi, contohnya daging, kulit dan susunya. Pada saat hari raya besarseperti idul adha, permintaan ternak kerbau dipasaran meningkat dibeberapa daerah untuk disembelih ataupun dijual dipasar. Pada kulit kerbau biasanya dimanfaatkan untuk kurupuk kulit, bahkan untuk bahan kerajinan, seperti tas, sepatu dan jaket. Sedangkan susu kerbau dapat dimanfaatkan untuk dibuat menjadi olahan dadiah. Dadiah merupakan makanan tradisional khas minangkabau yang terbuat dari susu kerbau yang difermentasi secara alami.

Maka dari itu, zaman yang serba berkembang oleh teknologi ini perlu penyesuaian diri atau mengikuti laju perubahan yang semakin cepat. Perkembangan teknologi ini juga mengharuskan kepada siapa saja untuk mengimbangi dengan kemampuan berpikir dan bekerja cepat. Seperti para petani tadi yang lebih memilih menggunakan traktor dibandingkan dengan tenaga kerbau. Karena mempertimbangkan keefektifan menggunakan mesin jadi para petani mulai beralih ke traktor. Bila tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri, maka nasibnya akan sama seperti kerbau tersebut, dan ini berlaku bagi seluruh makhluk hidup.

Penulis : Jihan Ashilah (Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Andalas)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun