Mohon tunggu...
Dedeh Septiyani
Dedeh Septiyani Mohon Tunggu... Administrasi - suka traveling, kuliune, dan mencoba hal yang baru asal itu positif

suka traveling, kuliune, dan mencoba hal yang baru asal itu positif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Memimpin dengan Cinta

6 November 2022   18:26 Diperbarui: 6 November 2022   18:45 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Memimpin dengan Cinta

Setiap orang pasti merasakan menjadi pemimpin, suami memimpin anggota keluarganya, istri memimpin anak-anaknya. Kepala sekolah memimpin para guru dan staf disekolah, dan  bahkan seorang diri sendiri pun memimpin akal dan tingkah lakunya untuk menjadi pribadi yang baik dan positif. Oleh karena itulah, seorang pemimpin yang baik dan sukses harus memiliki karakteristik yang baik pula agar target atau visi yang di canangkan dapat terlaksana dengan baik.

Dalam memimpin, seseorang tidak hanya mengarahkan dengan segenap ilmu yang ia miliki. Memimpin juga memerlukan sebuah seni dan cinta. Seni memberikan rasa indah, rasa bangga, rasa hormat dari para bawahannya yang ia pimpin. 

Seni dalam memimpin juga memberikan kesan mendalam bagi setiap orang karena setiap orang pasti memiliki ciri khas/seni tersendiri dalam memimpin.  Sehingga membekas / berkesan di hati para bawahan yang pernah ia pimpin. Banyak kita dengar kisah, para guru / pemimpin yang terus diingat oleh muridn nya walau murid atau bawah lebih sukses dari gurunya.

Adapun dalam memimpin dengan cinta menjadi pelengkap sebuah karekteristik pemipin agar seni memimpin yang ia lakukan sampai ke hati, membekas di hati para bawahan. Terciptalah para bawahan yang tidak sekeder mengerjakan apa yang telah di perintahkan akan tetapi dengan senang hati melakukan segala perintah yang memang sesuai dengan visi dan misi yang ada. Para bawahan paham akan yang ia perintahkan, dan memang hal ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Cinta tidak hanya kita dapati untuk hubungan ikatan batin antara lawan jenis, akan tetapi cinta juga sangat diperlukan dalam setiap aktivitas memimpin yang kita lakukan. Cinta memang tidak berbentuk namun ia senantiasa merasuk kedalam dada, tak dapat diungkapkan dengan kata-kata namun dapat dirasakan di keseharian kita. 

Cinta seorang ibu kepada ankanya, akan memberikan efek hormat dan sayang kepada orang tua, cinta guru ke murid ,  memberikan motivasi semangat agar ia giat belajar dan mengajar cita ciita yang ia impikan, cinta ataskan kepada bawahan, akan meningkatkan etos kerja, ia akan bersemangat menjalankan tugas pekerjaan.

Memimpin dengan cinta tentunya ada komponen yang saling melengkapi agar betul-betul memberikan efek berkesan yaitu Hasrat, kehadiran, komitmen, akal budi, berkembang, paradoks (dual saling bertentangan. Mari kita diskusikan komponen komponen ini.

Hasrat

Sekitar 50 tahun yang lalu, Jacques Lacan, seorang pemikir asal Prancis, pernah menulis, bahwa manusia adalah mahluk yang berlubang. Hah, berlubang? Bukan berlubang secara fisik, tetapi ia memiliki lubang 39 dalam jiwanya yang terus menuntut untuk diisi. Isinya bisa macam-macam, mulai diisi dengan barang-barang mewah, teman, keluarga, cinta, dan sebagainya. Apakah Anda punya lubang semacam itu di hati Anda?

Lubang dalam jiwa adalah ruang kosong yang harus diisi, keingainan untuk mengisi lubang jiwa itulah yang di namakan Hasrat. Hasrat memberikan dorongan untuk memenuhi kebutuhan jiwa untuk berbuat baik. Hasrat harus diarahakan ke tempat yang positif dan baik agar timbul sikap pemipin yang baik juga.

Kehadiran

Dalam cinta, kehadiran sangat penting, dengan kehadiran memberikan rasa yakin bahwa pasangan yang ktia cintai itu betul betul ada dan tidak hanya perkataan belaka. Kehadiran fisik akan menimbulak rasa tanggungjawab terhadap apa yang kita pimpin, para bawahan memberikan sosok pemimpin yang mau terjun langsung dan turun kelapngan agar tidak timbul rasa iri, curiga atau tidak percaya. Dengan hadir artinya ia sanggup untuk bertanggungjawab atas konsekwensi pilihan yang ia lakukan.

Komitmen

Komitmen ada sebuat makna singkat dari penjabaran sebuah buat janji, ditepati, dijalankan,  hingga setiap detil, dan tidak ada tawar menawar. Komitmen bermakna sangat luas dan mencakup dari setiap kegiatan kepemipinan yang kita lakukan. Dengan komitmen, artinya jaminan untuk sukses sudah ada dan tinggal menjalankan prosesnya saja sesuai dari rencana yang telah dibuat, dan dengan terus menerus berkonitmen pasti kesuksesan itu tidak akan menghianati proses yang baik.

Akal budi

Setiap manusia sudah terinstal secara lahiriah memiliki hati nurani yang baik, akal budi yang baik, kecondongan ke arah kanan / berbuat kebaikan. Setiap manusia sudah ada hal itu sejak lahir, artinya setiap orang pasti bisa berbuat, hanya seiring perjalanan hidupnya, akal budi ini akan terdominasi oleh masukan-masukan yang ia temui di setiap episode kehidupan yang ia alami. Lingkungan yang baik, teman yang baik, Pendidikan yang baik, akan senantiasa memupuk akal budii itu untuk tumbuh subur dan menjadi sebuah sikap yang akan di bawa olehnya hingga ia mati kelak.

Berkembang

Setiap hubungan pasti ingin meraksaan perubahan, perubahan memberikan motivasi agar terus berkarya lebih baik lagi, bekerja lebih keras lagi, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Berkembang adalah target utama namun tetap fokus pada proses yang dijalani, terus bergerak, terus berubah, jangan berhenti di tengah jalan. Putus asa adalah benalu yang harus di hindari agar perkembangan itu dapat dinikmati di akhirnya kelak, akhir finish yang membanggakan dan tentunya bukan hanya diri sendiri tapi rekan kerja, bawahan juga pastinya merasakan itu juga.

Paradoks (Dua hal yang saling bertentangan namun berjalan beriringan)

Paradoks itu artinya dua hal yang bertentangan, namun bisa menyatu, dan menciptakan sesuatu harmoni kehidupan. Misalnya, anak itu sekaligus benci dan cinta pada ayahnya, atau orang itu sekaligus lembut dan keras pada saat bersamaan. Intinya, dua hal yang bertentangan justru bisa menyatu secara harmonis. Di dalamnya, orang bisa merasakan benci dan Sayang pada waktu yang sama. Cinta juga bisa bertahan, jika orang tidak terlalu mengikat pasangannya. Justru dengan melepas orang yang diSayangi, maka cinta akan bertumbuh.

----------------------------------------------

Kesimpulan

Seorang pemimpin harus punya Hasrat, jika  tidak ada hasrat, tidak ada keinginan, tidak ada api, bagaimana ia bisa memberikan inspirasi pada orang-orang yang dipimpinnya? Bagaimana ia bisa berkomunikasi secara tegas dan jelas tentang visi pribadinya untuk organisasi? Tanpa hasrat, pemimpin adalah orang yang lemas dan membosankan.

Seorang pemimpin juga harus hadir untuk organisasinya. Ia harus hadir beserta seluruh pikiran, hati, dan tenagannya. Hanya dengan begitu, organisasinya bisa berkembang. Pemimpin yang selalu menghilang akan membuat organisasi tak ubahnya seperti anak ayam kehilangan induk.

Pemimpin yang baik juga memberikan ruang bagi orang-orang yang dipimpinnya untuk mengembangkan diri. Pekerja yang bahagia adalah pekerja yang ideal, dan bahagia berarti ia memiliki kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia punya. Kalau Anda memiliki bos yang amat peduli dengan pengembangan diri Anda, bagaimana perasaan Anda? Senang bukan? Kalau sudah senang, Anda mau kerja lebih rajin kan?

Pemimpin yang baik harus memiliki komitmen. Ia harus punya komitmen pada visi organisasinya, komitmen pada orang-orang yang ia pimpin, dan komitmen pada hati nuraninya sendiri. Segala hal di muka bumi ini, apalagi kepemimpinan, butuh komitmen. Jika cuma bicara-bicara saja, tidak ada komitmen untuk menjalankan, semuanya jadi sia-sia saja.

Kepemimpinan, jelas, butuh akal budi. Memimpin terkait erat dengan membuat keputusan, dan membuat keputusan perlu mempertimbangkan data-data dan situasi yang ada. 

Semua proses itu perlu berfikir dari bahan bahan pengambilan keputusan tersebut. Konkretnya, keputusan yang ia ambil hanya mempertimbangkan kepentingan jangka pendek semata. Pada jangka panjang, organisasi yang ia pimpin bisa hancur. Kalau dalam bahasa kerennya, kepemimpinannya tidak berkelanjutan. Semangat di awal, tetapi lemas di tengah, dan hancur di akhir.

Pemimpin juga harus memiliki kesadaran tentang paradoks hidup. Paradoks itu, secara singkat, adalah dua hal yang bertentangan, namun bisa ada berbarengan, dan justru saling membutuhkan. Misalnya, kita perlu mengeluarkan uang, guna mendapatkan uang. Tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakatnya bukanlah beban, melainkan investasi yang amat menguntungkan untuk keberlanjutan perusahaan tersebut sebagai bagian integral dari masyarakat.

-----------------------

Author : Dedeh Septiyani

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun