Mohon tunggu...
Jihan Alifaa
Jihan Alifaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya hobi menelusuri tempat tempat baru di bandung

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Debat Perdana Pilpres 2024 Membahas Angin Tidak Punya KTP?

17 Desember 2023   14:00 Diperbarui: 17 Desember 2023   14:03 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hampir seluruh masyarakat Indonesia melihat tayangan debat perdana Pilpres 2024 yang digelar pada tanggal 12 Desember 2023 kemarin. Debat ini ditayangkan secara live dan ditonton langsung oleh jutaan masyarakat Indonesia. 

Mencari presiden terbaik yang akan dipilih ditahun yang akan datang dengan 5 tahun menjabat. Sungguh tidak mudah dalam menentukan pilihan terbaik karena setiap calon presiden dan wakil presiden memiliki visi misi yang bertujuan membangun bangsa ini menjadi lebih maju dan berkembang. Tapi, apakah benar semua visi misi akan terjalankan dengan sangat baik? Masalah dan hambatan pasti akan selalu mengiringi setiap langkah untuk memajukan negara ini. Mau itu dari faktor internal ataupun eksternal.

Seperti diketahui banyak orang, terdapat 3 kandidat yang mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia tahun 2024. Dengan paslon nomor urut satu yaitu Anies Baswedan dan Cak Imin, kemudian paslon nomor urut dua yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Raka Buming, serta paslon terakhir yaitu Ganjar dan Mahfud MD.

Persaingan ini sangatlah ketat dimana setiap paslon adalah orang -- orang yang memang sudah menggeluti dunia politik, jadi tidak perlu diragukan lagi. Namun, banyak sekali kontroversi -- kontroversi yang sering terjadi di masa -- masa sekarang ini. Dimana bisa dilihat dari debat perdana Pilpres 2024 kemarin banyak sekali pernyataan -- pernayataan yang saling menjatuhkan sesama paslon. Namun inilah dunia politik, inilah dunia persaingan, semua orang ingin terlihat hebat dan terpandang.

Dalam debat kemarin terdapat sesi saling tanya sesame calon presiden. Terdapat sedikit kata -- kata yang bersifat humor dalam pernyataan -- pernyataan yang diberikan oleh calon presiden. Salah satunya yang adalah salah satu pertanyaan yang diberikan Probowo kepada Anies. Pertanyaan ini menyangkut tentang polusi udara di DKI Jakarta, karena yang kita ketahui Anies Baswedan adalah mantan gubernur DKI Jakarta yang telah menjabat hampir 5 tahun. Namun polusi di Jakarta masih tetap sama seperti tidak ada perubahan.

Prabowo menjelaskan "Anggaran DKI setahun sekitar 80T (triliun), jumlah penduduk DKI 10 juta kurang lebih, APBD Jawa Barat 35T jumlah penduduknya 50 juta, lima kali DKI. Tetapi selama mas Anies memimpin, sering sekali DKI menerima indeks polusi tertinggi di dunia. Bagaimana dengan anggaran 80T, pak Anies sebagai gubernur tidak dapat berbuat sesuatu yang berarti untuk mengurangi polisi. Terima kasih"

Anies pun diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan Prabowo yang dinilainya bagus tetapi kurang akurat. Dengan sangat tenang Anies menjawab pertanyaan tersebut dengan mengibaratkan terhadap kasus covid-19. Belum selesai Anies menjawab namun sudah dipotong terlebih dahulu oleh Prabowo karena menurutnya jawaban itu melenceng. Dari polusi lari ke masalah covid-19. Namun Anies menahan bantahan Prabowo dan menjelaskan bahwa dia belum selesai berbicara. Maksudnya jangan dipotong terlebih dahulu.

"Di Jakarta kami memasang alat pemantau polusi udara, bila masalah udara itu bersumber dari dalam kota Jakarta, maka hari ini besok, minggu depan konsisten selalu akan kotor. Tapi apa yang terjadi, ada hari dimana kita bersih, ada hari dimana kita kotor. Ada masa minggu pagi Jagakarsa sangat kotor, apa yang terjadi? Polusi udara tak punya KTP, angin tak ada KTP-nya" tutur Anies menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Prabowo. Anies juga memaparkan contoh lainnya seperti pengedalia emisi dari kendaraan bermotor, elektrifikasi kendaraan umum dan konfersi kendaraan umum serta terdapat pengakuang yang menyebutkan jika dulu masyarakay yang menggunakan kendaraan umum berjumlah 350 ribu per hari, namun kini 1 juta perhari.

Namun jawaban ini sepertinya tidak membuat Probowo puas akan pertanyaannya mengenai polusi di Jakarta. Mengingat Anies mengatakan bahwa udara dan angin tidak mempunyai KTP. Secara tidak langsung Anies tidak mau tahu tentang cuaca dan iklim alam. Apa benar anggaran yang disediakan untuk DKI Jakarta senilai 80T hanya bisa dijadikan untuk memasang alat pemantau saja? Apa sebenarnya penyebab dari polusi udara di DKI Jakarta ini?

Penelitian tentang sumber polusi udara di Jakarta melibatkan analisis terperinci terhadap emisi dari sektor transportasi, industri dan kegiatan domestik. Kendaraan bermotor, termasuk kendaraan pribadi menjadi penyumbang utama emisi gas buang. Selain itu, pabrik dan fasilitas industry juga dapat berkontribusi secara signifikan. Identifikasi pola konsumsi energi dan tata guna lahan juga penting untuk memahami sumber polusi udara di wilayah DKI Jakarta ini. Apakah jawaban yang diberikan oleh Anies ini menjawab? Yaa lumayan menjawab namun tidak terlalu memuaskan dengan anggaran 80T.

Prabowo diberikan kesempatan untuk menanggapi jawaban yang diberikan oleh Anies. Dengan nada yang sedikit kurang mengerti Prabowo mengatakan "Yaa susah kalau kita menyalahkan angin dari mana saja". Sontak semua penonton tertawa dengan pernyataan yang diberikan oleh Prabowo. Inti dari pertanyaan Prabowo adalah digunakan apasaja uang anggaran 80T selama Anies menjabat 5 tahun sebagai Gubernur DKI Jakarta. Jika Anies menyalahkan angin ataupun iklim lainnya , lebih baik tidak usah ada pemerintahan ujar Prabowo lebih jelas.

Banyak masalah -- masalah yang timbul dalam negara ini, bahkan masalah kecil pun kadang belum tertuntaskan atau terlihat oleh pemerintah. Dari debat perdana Pilpres 2024 yang salah satu pertanyaannya membahas tentang polusi udara, terlihat DKI Jakarta sekarang. Tidak jauh berbeda dari DKI Jakarta sebelumnya, semua itu disebabkan oleh masyarakat yang tidak mau mentaati peraturan pemerintah. Kadang pemerintah sudah semaksimal mungkin memberikan aturan namun dipandang tidak terlalu penting dan dianggap sebagai penghambat. Dari hal kecil inilah bisa kita lihat mengapa perkembangan itu tidak ada sedangkan aturan sudah tertera dimana -- mana.

Bagian debat perdana Pilpres 2024 yang memabahas tentang polusi ini banyak sekali dikerundungi oleh Gen-Z. Dimana hal ini dianggap humor setelah melihat respond Prabowo. Menjadi banyaknya opini -- opini keluar, mau itu pendukung pihak Anies ataupu Prabowo. Semua saling membela pilihannya masing -- masing.

Sebagai Gen-Z yang memiliki sifat dan karakteristik cukup berbeda dengan generasi sebelumnya. Memiliki karakter yang bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat kebanyakan. Satu hal yang menonjol, Gen-Z mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan mereka layaknya ketika mereka bernafas.

Seperti menentukan pilihan yang terbaik untuk memimpin negara ini. Pilihan tidak boleh sembarang, entah mungkin dengan alasan yang tidak masuk diakal. Melihat Anies yang tenang dan tertata dalam berbisa seakan -- akan menjatuhkan pilihan kepada Anies tanpa memikirkan kembali apakah yang dikatakan oleh Anies ini fakta atau hanya sekedar omong kosong saja. Ataukah Prabowo yang memiliki banyak jejak digital yang menjatuhkan dirinya, apakah harus langsung diblacklist dari dunia politik? Tentu tidak. Banyak fakta -- fakta yang mengusung bahwa Prabowo memiliki sifat yang bisa terbilang baik walaupun tidak dipungkiri jika Prabowo memiliki cerita kelam semasa dia menggeluti dunia politik ini.

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, cenderung memiliki preferensi politik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka seringkali sangat terhubung dengan dunia digital, menggunakan media sosial sebagai sumber utama informasi politik. Keterlibatan mereka dalam isu-isu sosial seperti keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lingkungan sangat mencolok. 

Generasi Z juga menunjukkan kecenderungan untuk mendukung pemimpin yang transparan dan terbuka, serta kandidat yang memahami kekhawatiran mereka terkait pekerjaan, pendidikan, dan perubahan iklim, bukan hanya sebatas visi misi yang tidak mengeluarkan aksi. Adopsi teknologi dan akses mudah terhadap informasi memungkinkan mereka untuk membentuk opini yang beragam dan kritis.

Dunia politik bisa terbilang kejam, apalagi hampir semua Gen-Z sudah menggunakan media sosial. Isu -- isu yang sedangkan hangat sering digoreng langsung sehingga menimbulkan informasi palsu. Semakin kita sering membaca dan mencari informasi terkait dunia politik yang sedang hangat membahas Pemilihan Presiden maka dari itu sebagai Gen- Z kita tidak boleh buta akan informasi.

Penting untuk memilih pemimpin negara yang bertanggungjawab dengan segala visi misi yang direncanakan. Bukan hanya duduk diam tanpa pergerakan dan selama 5 tahun menjabat taka da satupun perubahan. Memang benar perubahan bisa teralisasikan jika dijalankan bersama -- sama antara pemimpin dan rakyatnya namun perlu digaris bawahi jika pemimpin tidak ada pergerakan maka semua itu hanyalah sebuah cerita fiksi belakang.
Dari debat perdana Pilpres 2024 ini dapat kita simpulkan tentang bagaimana seorang pemimpin bertutur kata, bagaimana kisah dahulu seorang pemimpin, bagaimana karakter dan gerak gerik seorang pemimpin. Semua harus dipikirkan karena satu suara dalam memilih itu sangatlah berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun