Mohon tunggu...
Jihan Afnan
Jihan Afnan Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa Sastra Prancis di Universitas Padjadjaran

Saya menyukai menulis dan berencana untuk memiliki karir di bidang ini di masa depan. Saya menyukai tantangan, jadi saya akan terus berusaha meng-improve tulisan saya dan tidak akan pernah berhenti belajar.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sebuah Kisah tentang Pembunuh yang Punya Hati Nurani

1 Maret 2023   18:54 Diperbarui: 1 Maret 2023   19:52 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah kerisauan dan kecemasannya yang tak habis-habis itu, Raskolnikov bertemu dengan berbagai karakter menarik seperti Sonya, seorang pelacur yang bekerja untuk menghidupi keluarganya. Seiring berjalanya cerita, Sonya menjadi salah satu tokoh yang mempengaruhi perjalanan hidup Raskolnikov dan membantunya menyadari kesalahan yang telah dilakukannya.

"We sometimes encounter people, even perfect strangers, who begin to interest us at first sight, somehow suddenly, all at once, before a word has been spoken" - Fyodor Dostoyevsky, Crime and Punishment.

Di akhir cerita, akhirnya saya sebagai pembaca bisa memahami maksud tersirat dari penulis. Sepertinya Om Dostoevsky ingin menunjukkan bahwa setiap tindakan kejahatan pasti akan mendapatkan hukuman, baik secara moral maupun hukum. Tentu saja Raskolnikov sudah berusaha mengelak dan menyembunyikan kejahatan yang dia lakukan semaksimal mungkin, tapi apa yang dia dapat? 

Apakah itu semua semata-mata terkubur dan terlupakan? Saya jadi teringat sebuah peribahasa yang bisa mewakilkan pesan moral dalam novel ini: "Sepandai-pandainya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga." Melalui kisah Raskolnikov, kita bisa melihat langsung bagaimana perbuatan jahat yang dilakukan dengan alasan yang baik sekalipun bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.

Selain itu, buku ini juga menjadi pengingat untuk para pembaca, khususnya teruntuk para anak muda yang serba cuek dan cenderung mengadopsi gaya hidup individualis. Saya tidak bisa memungkiri bahwa melihat karakter Raskolnikov, bagian kecil dari saya rasanya seperti melihat cerminan diri saya sendiri. Raskolnikov merasa superior dan rendah diri di saat bersamaan dan hal itu yang membuatnya gengsi untuk menceritakan keluh kesahnya kepada orang lain, bahkan di saat ia membutuhkan bantuan. 

Pelajaran yang bisa saya dapatkan adalah bahwa kita tidak seharusnya menolak atau menentang hakikat kita sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial. Sekuat dan semandiri apapun, kita akan tetap membutuhkan seseorang di sisi kita dan tempat untuk mengungkapkan isi hati. Jika kamu merasa sangat lelah dengan masalah-masalah hidupmu, jangan ragu untuk menumpahkan semuanya kepada keluarga, teman, atau siapa saja yang kamu percayai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun