Mohon tunggu...
Jihan Nada Aulia
Jihan Nada Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya

Senantiasa belajar dari hal apapun dan siapapun untuk berproses secara terus-menerus, tanpa akhir.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengukuhkan Roh Bulan Bahasa dan Sastra Era Pandemi

27 Oktober 2021   20:49 Diperbarui: 28 Oktober 2021   05:44 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oktober sangat identik dengan peringatan hari Sumpah Pemuda. Peringatan tersebut juga menjadi alasan ditetapkannya bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa dan Sastra yakni sejak dikumandangkan ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Jika mengacu pada butir ketiga yang berbunyi "Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia". Dapat dimaknai bahwa bahasa menunjukkan identitas suatu bangsa. Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia, menggambarkan bentuk tanggung jawab sebagai warga negara untuk menempatkan kedudukan bahasa Indonesia lebih tinggi dibandingkan bahasa lain. 

Pentingnya mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara, adalah untuk mempersatukan bangsa. Sebab, mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki keberagaman suku bangsa dan bahasa dari Sabang sampai Merauke. 

Berdasarkan data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 2021 mencatat sejumlah 718 bahasa di Indonesia. Sehingga, penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara menjadi mediator bagi keragaman suku dan bahasa di Indonesia.

Perkembangan Pelaksanaan Bulan Bahasa dan Sastra 

Pelaksanaan Bulan Bahasa dan Sastra sudah berlangsung lama sejak 1980 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, namun pada awalnya dikenal dengan nama Bulan Bahasa. Setelah sembilan tahun kemudian, namanya berganti menjadi Bulan Bahasa dan Sastra. Artinya, Bulan Bahasa dan Sastra tersebut telah berjalan selama 32 tahun. 

Akan tetapi, penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra yang tinggal menghitung hari, kini harus kembali datang menemui kita di tengah carut-marutnya pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Dengan begitu, Bulan Bahasa dan Sastra akan diselenggarakan secara daring. 

Lantas, bagaimanakah agar Bulan Bahasa dan Sastra dalam implementasi maknanya tetap kukuh meskipun di era pandemi saat ini? Terlebih lagi, bukan hal yang mudah untuk memupuk rasa cinta dan bangga terhadap bahasa Indonesia bagi generasi muda yang hidup di era digital ini. Padahal, Bulan Bahasa dan Sastra seharusnya menjadi momen yang tepat untuk mengembangkan keterampilan bahasa dan memperkaya pengetahuan terkait bahasa dan sastra. 

Mengukuhkan Bulan Bahasa dan Sastra 

Meskipun di tengah keterbatasan akibat pandemi, sepatutnya kita tetap menaruh perhatian begitu besar pada Bulan Bahasa dan Sastra, agar kekhasan dan keunikan tetap tampak di Tanah Air. Setiap instansi, dapat turut aktif menyelenggarakan berbagai perlombaan untuk meramaikan Bulan Bahasa dan Sastra. Rangkaian kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai ajang berapresiasi, berekspresi, sekaligus berkarya secara bebas. Dengan adanya kegiatan tersebut, juga dapat dijadikan sebagai ajang peningkatan kualitas berbahasa Indonesia.

Untuk terlibat aktif dalam peringatan Bulan Bahasa dan Sastra, tidak hanya dengan mengikuti berbagai perlombaan. Misalnya, dapat memanfaatkan kegiatan lain terkait bahasa dan sastra yakni melatih keterampilan berbahasa pada kehidupan sehari-hari. Beberapa kegiatan yang dapat kita lakukan guna mengukuhkan Bulan Bahasa dan Sastra di masa pandemi yaitu sebagai berikut. 

1. Membaca

Kita dapat memulainya dengan hal mendasar yaitu meluangkan waktu untuk membaca seperti puisi, novel, pantun dan sebagainya. Jika kita mulai menulis suatu karya sastra tanpa membiasakan diri dahulu dengan membaca karya orang lain, maka akan sulit untuk melakukannya. Sebaliknya, jika rajin membaca karya sastra apapun itu, dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman yang bisa diambil dari karya tersebut.

2. Menulis

Cobalah untuk menantang diri sendiri dengan menulis. Ketika kita menulis, dapat  membuat kreativitas semakin mengalir. Pada zaman teknologi serba canggih ini, generasi muda lebih sering menggunakan media sosial untuk mengakses dan menyebarkan segala informasi. Maka, peluang penggunaan media sosial pun dapat dimanfaatkan termasuk di era pandemi saat ini untuk menulis. Misalnya, membuat puisi kemudian diunggah di Instagram, pentigraf di Facebook, hingga menjadikan tempat berbagi cerita hidup di aplikasi Wattpad. Meskipun kesannya terlihat sederhana, namun hal itu dapat mengasah keterampilan untuk menyuguhkan suatu topik.

3. Menyimak

Berlatih menyimak informasi dari orang lain. Keterampilan menyimak sangatlah penting dikuasai oleh setiap orang. Terutama bagi peserta didik, karena banyak kegiatan yang mengharuskan keterlibatan menyimak baik saat proses pembelajaran maupun kegiatan di luar kelas.

4. Berbicara

Lebih berani terampil dalam berbicara. Nah, bagaimana kondisi keterampilan berbicara Anda, khususnya saat pandemi ini? Keterampilan berbicara di era pandemi dapat dikatakan menurun, sebab bagaimana mungkin keterampilan ini meningkat jika seseorang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Padahal, keterampilan berbicara dapat terlatih dengan sering berbicara di hadapan umum. Dalam beberapa kesempatan saya sendiri, sering menjumpai fenomena lemahnya keterampilan berbicara, seperti kurang mampu mengungkapkan bahasa secara tepat, pilihan kata yang tidak baku, bahkan topik pembicaraan yang tidak logis.

Salah satu cara untuk menyuguhkan kegiatan menarik dalam melatih keterampilan berbicara yaitu dengan "DILAN" (Dialog Interaktif Lintas Kebahasaan) yang dapat disajikan dalam bentuk webinar melalui virtual zoom. Forum "dilan" tersebut, harus mengedepankan adanya umpan balik antara narasumber dengan peserta, agar keterampilan berbicara dapat terasah melalui penyampaian pertanyaan atau pendapat dalam bidang kebahasaan. Selain itu, kegiatan yang digelar harus dibangun secara kekeluargaan dan keakraban agar tercipta suasana asik dan menyenangkan.

Dengan demikian, meskipun Bulan Bahasa dan Sastra akan diselenggarakan kembali secara daring di tengah keterbatasan akibat pandemi, namun kita semua tidak boleh menganggap Bulan Bahasa dan Sastra seperti istana pasir di lautan. Bangunan pasir itu tidak akan bertahan lama jika diabaikan. Disapu ombak sedikit pun akan runtuh dan tidak terbentuk lagi. Begitu pula, kita semua harus turut aktif dalam memperingati Bulan Bahasa dan Sastra melalui berbagai macam cara, agar kita sebagai putra dan putri Indonesia lebih menghargai dan bangga terhadap bahasa Indonesia, serta roh Bulan Bahasa dan Sastra tetap terjaga kukuh di era pandemi saat ini.

Penulis: Jihan Nada Aulia

Editor: Nitafakur Milenia Magfiroh

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun