Mohon tunggu...
Jihan Nabila Wafa
Jihan Nabila Wafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN WALISONGO SEMARANG

Jihan Nabila Wafa'

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengenalan Hubungan Matematika dengan Islam pada Anak Usia Dini

29 April 2022   18:45 Diperbarui: 10 Mei 2022   16:04 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Matematika memiliki manfaat yang cukup besar bagi kehidupan manusia. Namun, sebagian orang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami. Penguasaan matematika sejak usia dini sangat berpengaruh bagi kemampuan matematika seseorang. Oleh sebab itu, matematika perlu diajarkan serta diperkenalkan kepada anak sejak dini. Pengenalan matematika dapat dilakukan dengan metode-metode yang menarik dan mudah untuk dipahami oleh anak, yaitu dengan bermain atau bernyanyi.

Setelah anak merasa bahwa matematika merupakan hal menarik untuk dipelajari, orang tua dapat mulai menjelaskan keterkaitan matematika dengan aspek tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai yang dapat disampaikan adalah nilai moral dan akhlak. Sama halnya dengan matematika, nilai moral dan akhlak juga merupakan hal utama yang perlu ditanamkan pada anak usia dini. Agar nilai moral, akhlak, dan matematika selaras, maka cara dalam mengajarkan anak sejak dini yaitu dengan memadukan serta menyelaraskan materi matematika dengan nilai-nilai keislaman.

Mengenalkan dan mengajarkan matematika dengan menanamkan nilai-nilai keislaman, sikap terpuji, akhlakul mahmudah. Pembelajaran matematika memiliki beberapa dampak positif, menurut Abdussyakir dalam Fathani (2009) sebagai berikut:

  1. Sikap jujur, cermat, dan sederhana. Jika dalam matematika sudah disepakati bahwa penjumlahan 3+3=6, maka tidak dibenarkan bahwa 3+3=12. Berdasarkan hal tersebut kita dituntut untuk cermat dan jujur dalam mencari hasil dan juga dapat menggunakan metode yang sederhana.
  2. Sikap konsisten dan sistematis terhadap aturan. Dalam matematika jumlah sudut dalam segitiga adalah 180 derajat (geometri euclid). Kita diharuskan untuk konsisten dan mentaatinya guna membuktikan kebenaran selanjutnya.
  3. Sikap adil. Sikap adil dalam matematika terdapat dalam proses penyelesaiaan persamaan. Yaitu ketika operasi ruas kanan harus sama dengan ruas kiri.
  4. Sikap tangggung jawab.

Selain dampak positif tersebut, orang tua juga dapat menciptakan pembelajaran dengan mengaitkan nilai-nilai keislama yang terdapat dalam setiap konsep matematika. Berikut ini cara mengajarkan matematika terintegrasi Islam kepada anak sejak usia dini.

  • Menyebut nama Allah (berdoa) sebelum memulai pembelajaran dengan membaca Basmallah dan kemudian mengakhiri pembelajaran dengan membaca Alhamdulillah. Dalam hal ini hendaknya orang tua selalu mengingatkan anak pentingnya mengatasnakan Allah dalam segala aktivitasnya termasuk ketika sedang menuntut ilmu salah satunya, matematika.
  • Penggunaan kalender Hijriyah dalam mengenalkan konsep angka. Penggunaan kalender merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengenalkan angka pada anak. Anak akan lebih paham konsep angka tersebut dan anak juga bisa mengurutkan, membilang, dan menghubungkan angka dengan benda-benda tertentu. Apabila menggunakan kalender hijriyah, orang tua juga dapat mengenalkan penanggalan dalam Islam dan hari-hari besar dalam Islam.
  • Penggunaan ornamen Islam dalam materi geometri. Dalam materi bangun ruang, orang tua dapat menjadikan ka'bah sebagai contoh. Sedangkan dalan materi bangun datar dapat menjadikan sajadah sebagai elemennya, misalnya dengan menghitung luas sajadah.
  • Penggunaan istilah dan nama-nama Islam dalam himpunan. Misalnya, penggunaan peristiwa umrah atau haji. Yaitu menghitung kecepatan perjalanan ketika melakukan sai'i dari Saffa ke Marwa.
  • Penggunaan metode bermain pada Aljabar
  • Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Ajaklah anak bermain pada tujuh tahun pertama, disiplinkanlah anak pada tujuh tahun kedua, dan bersahabatlah pada anak usia tujuh tahun ketiga". Perkataan Ali bin Abi Thalib tersebut dapat diartikan bahwa usia tujuh tahun merupakan dunia bermain bagi anak. Dalam mempelajari materi aljabar, orang tua dapat membuat permainan yaitu dengan membuat tasbih dari manik-manik dengan tiga warna berbeda sebanyak 33 buah. Kemudian orang tua bisa menanyakan berapa banyak manik-manik setiap warna. Setelah tasbih selesai, orang tua dapat menjelasakan apa kegunaan dari tasbih yang telah ia buat.

Demikian penjelasan serta beberapa cara mengenalkan matematika pada anak usia dini. Dalam mengenalkan dan mengajarkan matematika kepada anak usia dini, sebaiknya orang tua melakukannya dengan sabar dan konsisten. Ikuti suasana hati anak agar ilmu dapat diterima dengan mudah oleh sang anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun