Mohon tunggu...
Jihad Bagas
Jihad Bagas Mohon Tunggu... Insinyur - inconsistent Writer

Kegiatan baca dan tulis merupakan kegiatan sakral yang nilai spiriualitasnya bergantung pada kandungan apa yang dibaca dan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ekstase dari Istilah Pulang

31 Januari 2020   08:29 Diperbarui: 20 April 2020   23:41 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulang merupakan sebuah kata kerja. Kata kerja yang memiliki makna kembali. Kembali ke sebuah permulaan. Sebuah mula disini bisa diartikan sebagai asal muasal. Sebuah ruang dimana kita pernah eksis disana

Pulang juga bisa diartikan sebagai kembali ke sebuah tempat dimana kita pernah menetap dalam rentang waktu tertentu. Disini kita mencoba untuk mempersatukan kembali sebuah masa dimana dimensi ruang dan dimensi waktu bertemu kembali namun sudah dalam wujud yang berbeda.

Selama perjalanan pulang, kita mengarungi dimensi jarak yang memisahkan dan tak jarang juga kita merasakan ada dimensi waktu yang terjebak dalam ruang - ruang tertentu yang kini sudah dikemas menjadi kenangan yg secara tidak sasar terlintas mengisi ruang memori saat melintasi tempat - tempat tertentu

Kenangan baik atau buruk, suka atau duka, bahagia atau sedih semuanya bercampur aduk dan positifnya ini meremajakan pikiran kita yang secara tidak langsung terasah ketika mengingat itu. Dan respon natural dari kita setiap mengingat kejadian itu adalah senang atau sedih.

Kita tidak bisa mengubah kejadian di masa lalu. Dan kita juga tidak bisa memilih untuk hanya mengingat hal yang positif saja dari setiap kenangan yang melintas dipikiran. Semuanya melintas tanpa bisa kita kendali sadar di pikiran Tetapi, kita bisa mengatur cara diri kita untuk merespon segala hal yang terjadi di masa lalu.

Cara yang bijak untuk merespon segala sesuatu kejadian yang tiba - tiba muncul saat melintasi zona ruang dan waktu selama proses pulang adalah ikhlas. Ikhlas merelakan yang sudah terjadi dan percaya bahwa itu semua adalah proses dan skenario dari Yang Kuasa.

Setelah tiba pada tempat tujuan dari pulang, kita merefleksikan diri mengamati segala bentuk perubahan yang terjadi baik perubahan pada lingkungan, maupun perubahan dari diri sendiri. Kita merasakan sebuah ekstase dalam merespon hal apapun terhadap sekitar. 

Ini menjadi hal yang sangat positif terhadap kesehatan mental kita. Karena hal yang positif yang terjadi pada kita direspon dengan kebahagiaan jiwa. Rasa bahagia ini merupakan emosi terbaik yang bisa manusia rasakan yang kemudian diungkapkan dengan senyum, tertawa, menangis atau pun kepuasan mendalam.

Saat pulang, kita bisa mengkalibrasikan diri. Dalam istilah teknik, proses kalibrasi adalah proses pengenolan yang dilakukan pada alat ukur agar setiap pengukuran yang dilakukan memberikan hasil yang tepat atau valid. 

Jadi, yang dimaksud proses kalibrasi diri ini adalah menjernihkan jiwa dari segala toxic yang mempengaruhi diri kita dalam merespon sesuatu. Dengan kalutnya suasana kehidupan diperkotaan, itu bisa merubah cara kita berperilaku.

Ada kalanya kita begitu amarah dalam menanggapi hal yang tidak kita inginkan. Contoh, kemacetan di jalan sudah menjadi rutinitas yang wajib diperkotaan, namun kita menjadi begitu kesal dengan emosi yang meletup - letup karena terjebak dalam kemacetan. 

Kondisi mental seperti ini diperparah lagi dengan beban pekerjaan yang menuntut untuk selesai tanpa ada kendala seperti macet. Belum lagi saat tiba di kantor bertumpuk masalah sudah menanti. Dan ketika pulang pun harus kembali melalui crowded lalu lintas. Jadi kapan kah kita bisa rileks?

Hal ini menjadikan kita overact dalam menanggapi itu. Dan buruknya lagi overact nya itu kearah yang negatif. Kita emosi kita sedang tidak stabil pikiran kita pun jadi tidak jernih. Pikiran yang tidak jernih akan menyebabkan kesalahan dalam membuat keputusan dan efek berantai buruk lainnya yang sudah menanti.

Hari demi hari hampir tiap kaum urban merasakan ini. Sehingga kebiasaan buruk ini secara tidak sadar terpatri dalam benak dan membuat kita menjadi pribadi yang buruk. Pada ujungnya kondisi mental yang buruk ini akan mempengaruhi terhadap kualitas kesehatan kita.

Maka dari itu, pulang bisa menjadi sebuah treatment positif terhadap diri kita untuk membersihkan segala toxic yang melekat pada diri kita. Kita kembali menyelami karakter sejati kita yang mungkin sudah lama tertutupi oleh debu - debu kehidupan metropolitan.

Setelah merasakan ekstase dari proses perjalanan dan relaksasi dalam zona ruang dari pulang, kita sudah banyak menyerap energi baik dan kita pun kembali menjadi pribadi yang lebih positif. Pikiran dan mental sudah menjadi lebih jernih.

Tak lupa nanti kita harus kembali meneruskan kehidupan kita kembali. Tidak terlena dalam kenikmatan pulang, kita wajib melakukan perjalanan kembali ke kehidupan rutinitas kita. Di situ kita kembali mengisi peran sosial kita dalam skenario kehidupan urban.

Kita kembali memasuki zona ruang dimana kita menjalani karakter peran utama dalam cerita kehidupan kita sendiri. Tempat dimana segala peluhnya yang mengucur akan digantikan dengan sebuah materi yang berbentuk kertas dengan nilai tertentu.

Ada sebuah pepatah bahwa hidup merupakan sebuah perjalanan. Benar, hidup merupakan sebuah proses melintasi dimensi ruang dan waktu yang berjalan linier. Usai melintasi itu akan menyisakan cerita. Sebuah cerita yang memiliki hikmah tertentu disetiap momen yang membekas entah itu baik atau buruk.

Terus lah berjalan, bergulir mengiringi waktu dan ruang. Jika diibaratkan sebuah batu yang bergulir dari sungai di puncak gunung menuju lautan. Ada kalanya batu itu terjebak dalam pusaran air, berbenturan dengan batu besar lainnya, terdampar dalam sisi perairan yang dangkal, mungkin begitu lah proses hidup.

Layaknya seorang petualang terkenal seperti Christoper Colombus, Marcopolo, Ibnu batutah yang mengabdikan dirinya untuk bertualang menggambar sebuah peta. Mari kita nikmati proses perjalanan hidup ini. Dan mari kita buat peta hidup kita sendiri.

Tapi ada sebuah hal yang wajib kita sadari. Dari semua proses perjalanan itu, terdapat sebuah perjalanan paling indah dan perjalanan paling baik yang kita lalui. Perjalanan yang selalu kita sambut dengan suka ria. Bukan perjalanan terjauh yang bisa kita tempuh, tapi perjalanan yang terkhidmat itu adalah perjalanan pulang.

Bukan hanya definisi pulang secara horizontal, tapi juga kelak pun kita akan pulang secara vertikal kembali kepadaNya. Sebegitu luasnya definisi pulang ini baik secara aspek sosial maupun aspek spiritual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun