Mendarat pertama kalinya di Beijing 6 Tahun silam, menyisakan kenangan tak terlupakan akan negeri Tiongkok.
Waktu itu sedang pertengahan musim dingin dengan suhu minus 11 derajat, sebagai orang baru di tempat baru tentulah keliling kota mengenal daerah baru adalah menu utama putar putar kota.
Aku berhentikan sebuah taksi yang sedang melaju di jalanan Gongyuen Dadao, sang sopir taksi member isyarat untuk aku segera masuk mobilnya. Tidak ku sia-siakan tawaran itu, karena memang sulit memperoleh taksi di bawah cuaca dingin seperti itu. Salju baru saja turun dan menutupi sebagian besar jalanan kota sehingga pengemudi taksi menjalankan mobilnya pelan pelan.
Sopir taksi setengah berteriak menanyakan arah tujuanku, kujawab dengan tegas mau ke Haisheng Mingyuen.
Hanya dengan sekali anggukan sopir taksi maka berangkatlah mobil yang kutumpangi menyusuri jalanan kota yang tertutup salju.
Perjalanan terasa lama, karena taksi berjalan merayap takut tergelincir salju yang menutupi jalanan. Ku buka dialog dengan sopir taksi dengan basa basi menanyakan namanya dan menyumpahi jalanan yang Nampak berwarna putih.
Sopir taksi menyebutkan namanya Wang, nama itu sangat popular karena banyak orang menggunakan nama tersebut, entah berapa puluh juta orang Tiongkok yang bernama Wang.
Aku mulai bertanya dengan hal yang sedikit sensitif, yaitu apakah dia percaya terhadap suatu agama tertentu? Jawabannya adalah: ”Tidak, Saya tidak percaya agama apapun, saya hanya bangun di pagi hari pergi bekerja dan mendapatkan uang di malam hari , saya mengumpulkan uang, pergi membeli beberapa makanan dan minuman untuk keluarga saya ... jadi untuk apa agama buat saya?"
Aku terus memburu dengan pertanyaan berikut: “Apakah Wang pernah mendengar tentang ISLAM?” Wang menjawab, dia pernah melihat siaran di TV dan ulasan di radio bahwa agama ini menyebabkan pertumpahan darah dimana-mana seolah kekerasan adalah identik dengan Islam.
Lebih lanjut saya bertanya tentang: “Apa pendapat Wang tentang Komputer”. Sopir ini menjawab: ”Saya pikir komputer merupakan penemuan yang sangat baik. Hal ini sangat berguna dan sangat canggih .." Aku susul dengan pertanyaan lanjutan: “Apakah komputer bisa menciptakan sendiri atau manusia yang menciptakannya?"
Sopir Wang dengan senyum simpul menjawab bahwa pasti computer diciptakan manusia karena tidaklah mungkin menciptakannya sendiri. Aku lanjutkan dialogku dengan pertanyaan: "Mana yang lebih rumit komputer atau manusia?" Sopir Wang menjawab: "Manusia lebih rumit, tentu saja."