Mohon tunggu...
Chaerun Anwar
Chaerun Anwar Mohon Tunggu... profesional -

Mendidik dengan hati, mengajar dengan bahagia, dan melatih tanpa pamrih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bandung Darurat Macet, Bagaimana Mengatasinya?

30 Juli 2015   14:27 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:41 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi bila kami tidak melalui portal dan tidak menempelkan stiker di kaca depan mobil? Polisi akan menghentikan mobil kami dan memberikan denda tilang yang jumlahnya bisa menguras kantong, yaitu sekitar 1000 yuan.

Kebijakan tersebut dirasa sangat efektif karena mengurangi jumlah kendaraan asupan dari luar kota. Selain itu, polisi bisa mengontrol orang asing yang masuk ke kota dan dapat meramalkan tingkat kemacetan serta titik titik berkumpulnya massa di dalam kota.

Dinas Perhubungan setempat menetapkan rasio orang per mobil di dalam kota, mereka menghitung 4,5 orang untuk 1 mobil. Bila jumlah populasi kota 9 juta orang, maka kendaraan yang diizinkan beroperasi dalam kota berjumlah 2 juta kendaraan yang sudah termasuk motor atau bus kota/ taksi/angkutan umum lainnya, juga kendaraan luar kota yang masuk ke kota. Untuk mengontrol bahwa jumlah kendaraan selalu pada batas di bawah 2 juta tersebut, Pemkot Kota Zhengzhou menentapkan sistem kontrol kendaraan luar kota melalui xianduche (pembatasan jumlah kendaraan).

Setelah pembatasan kendaraan tersebut dilaksanakan, Kota Zhengzhou menjadi kota yang nyaman ditempati dan dikunjungi. Dulu sebagian besar turis hanya melintasi kota ini karena tujuan akhirnya adalah Dengfeng tempat di mana kuil Shaolin berada, kini Zhengzhou menjadi persinggahan turis berikutnya setelah Dengfeng.

Semoga Bandung PARIS VAN JAVA, dan sekarang sudah menyandang gelar baru sebagai Capital of ASIA AFRICA, terbebas dari macet-macet ria.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun