Google mengirim kabar dari langit,
"Rupiah menguat!" seru layar berkilau.
Mata-mata jelata berpendar cahaya,
di warung kopi, di pasar gelap,
mereka tertawa dengan harapan murah
bahwa esok pagi mungkin bisa sarapan daging.
--
Dolar lunglai, katanya,
jatuh tersungkur di angka delapan ribu,
seakan ekonomi bisa direvisi dengan satu refresh.
Pedagang emas menggigit bibir,
para tengkulak mulai menyusun mimpi,
di mana utang bisa lunas dengan satu ketikan.
--
Tapi rupiah hanya bayang-bayang,
seperti janji pemilu yang dibuat untuk lupa.
Google menggeliat, lalu mengoreksi dirinya sendiri,
dan kembali mencambuk dunia nyata---
"Maaf, rupiah masih bernilai seperti kemarin,
dan kalian tetap hanya angka dalam statistik."
--
Di layar ponsel, harapan perlahan meredup.
Kurs berubah, tapi kenyataan tetap,
harga beras masih menyala di etalase,
utang tetap berbaris rapi di buku kredit,
dan sarapan daging?
Ah, kembali jadi dongeng sebelum tidur.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI