Arsitek asal kota Medan tampak mendominasi dalam sayembara desain landmark kota Balikpapan yang diselenggarakan Pemerintah Kota Balikpapan bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kota Balikpapan.
Terbukti BDStudio Medan membuntuti Fasade23 sebagai peraih juara kedua. Profil BDStudio Medan berikut desain landmark-nya diunggah oleh akun Instagram @reynazm.
Desain landmark-nya menonjolkan tiga unsur. Pertama, unsur geografis yang disimbolkan dalam bentuk perahu layar. Kedua, unsur budaya dalam bentuk talawang. Ketiga, unsur sejarah kota dalam wujud Mathilda.
Telusur landmark lain yang saya temukan yakni karya Akhdiat Iqbal Maulana, arsitek muda asal Palangka Raya. Portofolio karya-karya asitekturnya terhimpun di laman coroflot.com. Akhdiat mengusung konsep Bhumi Manuntung yang mengintegrasikan budaya, sejarah, dan modernitas kota Balikpapan.
Hanya satu kata yang saya berikan setelah melihat desain-desain landmark kota Balikpapan: Top! Saya menikmati rancangan-rancangan mereka. Seketika pula berimajinasi membayangkan perubahan wajah kota yang semakin cantik di masa depan. Kemudian berharap dari sekadar konsep bisa menjadi kenyataan.
"From concept to reality," begitu kata Pak Erkata Yandri, praktisi solar energy yang juga akademisi.
Meskipun secara desain sudah top, tapi menurut saya masih ada satu elemen yang kurang. Landmark kota rancangan para arsitek yang sudah keren tersebut akan semakin keren apabila ditambahkan elemen green energy: foto voltaik.
Jika integrasi foto voltaik bisa diterapkan pada landmark, kota Balikpapan akan mendapatkan satu predikat lagi: kota yang telah menjalankan konservasi energi.
Arsitektur Foto Voltaik