Di sinilah kota modern harus berperan sebagai penjaga warisan budaya. Dengan demikian, seni dan budaya lokal tidak hanya hidup dalam museum, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Tak kalah penting, diperlukan adanya dukungan finansial yang memadai bagi para pelaku seni. Wujudnya bisa berupa dana hibah, beasiswa seni, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek seni yang didanai pemerintah atau swasta.
Sebagai kota modern, Balikpapan harus menjadi tempat yang inklusif dan mendukung kolaborasi antar seniman dari berbagai latar belakang. Kota yang memberikan kesempatan bagi semua seniman untuk berkolaborasi, berbagi ide, dan menciptakan karya-karya yang mampu menjembatani perbedaan dan memupuk semangat kebersamaan.
Saatnya tantangan global perlu kita respons dengan membuat peta jalan kebudayaan yang jelas dan terarah. Peta jalan kebudayaan Balikpapan ini bukan hanya sebuah rencana, tapi sebuah perjalanan bersama. Sebuah perjalanan yang penuh tantangan, tapi juga penuh harapan.
Peta yang memberi panduan tentang cara-cara mendokumentasikan dan mengarsipkan kebudayaan. Ada gerakan edukasi yang terukur dalam pengenalan kebudayaan kepada generasi muda. Inovasi-inovasi baru agar seni dan kebudayaan tetap hidup dan menarik bagi semua kalangan.
Advokasi dan kebijakan pemerintah memainkan peran penting dalam peta jalan ini. Pemerintah harus memberikan dukungan yang nyata, baik dalam bentuk regulasi, pendanaan, maupun program-program kebudayaan.
Dan kunci dari semua ini adalah  partisipasi aktif masyarakat. Kebudayaan tidak bisa hidup hanya dari atas, tapi harus tumbuh dari bawah. Setiap individu, setiap komunitas, harus merasa memiliki dan bertanggung jawab atas kebudayaan mereka. Melalui kegiatan komunitas, festival lokal, dan berbagai inisiatif masyarakat, seni dan kebudayaan lokal akan tetap hidup dan berkembang. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H