SAYA ingin mengajak Anda menelusuri sebuah peta. Bukan peta geografis, tapi peta jalan kebudayaan di Balikpapan. Peta tentang perjalanan, perjuangan, dan harapan kita semua.
Kebetulan, Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Kota Balikpapan sedang merayakan Hari Lahir yang ke-6. Usia yang terbilang masih belia.
Tetapi secara nasional, Lesbumi merupakan organisasi yang cukup tua. Berdiri pada 28 Maret 1962 menurut hitungan kalender masehi. Penggagasnya tiga tokoh besar yakni KH. Abdul Wahid Hasyim, Usmar Ismail dan Cokroaminoto. Harlah ke-64 Lesbumi pada tahun ini didasarkan pada perhitungan tahun hijriah yang jatuh pada tanggal 21 Syawal 1444 H.
Doa bersama dan sarasehan budaya mengawali rangkaian acara menuju puncak harlah. Pun di Balikpapan. Hari ini  sedang berlangsung pagelaran budaya dan dialog kebangsaan bertemakan "Budaya Perekat Bangsa" di rumah jabatan Wali Kota Balikpapan.
Dari Kang Woro, saya mengetahui Lesbumi PCNU kota Balikpapan sedang punya gawe harlah. Kang Woro adalah pelaku seni. Sekarang lebih dikenal sebagai seniman yang pebisnis.
Dengan beliau, ketika duduk satu meja di rumah dinas ketua DPRD Balikpapan pada acara halalbihalal, saya banyak berdiskusi tentang perkembangan seni budaya.
Berbincang tentang bagaimana sebuah kota modern seharusnya memperlakukan para seniman dan budayawan. Berharap  agar gerak modernitas perkotaan bisa menyatu dalam setiap tarikan nafas, dalam setiap sentuhan kuas, dalam setiap lantunan nada, dan dalam setiap jejak tarian.
Saya yakin kita semua sependapat bahwa kota yang modern memerlukan ruang yang cukup untuk berekspresi. Kota modern perlu menyediakan panggung yang layak bagi setiap seniman untuk menampilkan karya mereka. Bukan hanya panggung fisik di taman-taman kota atau gedung-gedung pertunjukan, tetapi juga panggung dalam bentuk dukungan kebijakan dan perhatian dari pemerintah dan masyarakat.
Kota kita perlu memiliki galeri-galeri seni, teater, dan ruang kreatif yang dapat diakses dengan mudah dan terbuka bagi semua kalangan, tanpa memandang status sosial atau ekonomi.
Para pelaku seni juga perlu mendapat perlakuan yang setara terhadap seni dan budaya. Karena mereka memainkan peran sentral dalam merawat identitas budaya lokal.