Mohon tunggu...
ajid kurniawan
ajid kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - peladang multiplatform

laki-laki setengah abad yang berusaha menanam kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pak Bos Farhat

5 Juli 2022   16:43 Diperbarui: 5 Juli 2022   16:53 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Boleh saya mampir ke rumah?". Dalam hitungan menit, pertanyaan itu sudah terbalas. "Siap!" jawabnya. Kabar itu segera saya sampaikan kepada istri.  Sebelum kembali ke Balikpapan, kami akan menginap di rumahnya. Di Jakarta. Sudah cukup lama. Akhir Mei 2022 lalu.

Tentu saya sudah mengenalkan siapa yang telah berbaik hati akan "menampung" kami selama dua hari di Jakarta. Sebelumnya, saya pernah menginap di sana dan telah menceritakannya kepada istri. Dialah Farhat Brachma. Kawan dari Balikpapan yang telah lama menetap di Jakarta. Kepadanya, saya biasa menyapa Mas Farhat.

Rumah dengan dominasi warna merah di Jalan Tarumanegara No. 88 Cirendeu, Tangerang Selatan, Banten itu menjadi surga kecil keluarga Mas Farhat.  Benar, Tangerang Selatan merupakan bagian dari Provinsi Banten. Namun Jakarta hanya selemparan batu.

Mas Farhat yang sekarang tetap seperti Mas Farhat yang saya kenal sejak lama. Lingkungan kehidupannya telah membentuk kesantunan dalam bersikap dan bertutur. Ia selalu merawat dan terus memperluas tali silaturahmi.  

DALAM KESEHARIAN: Farhat Brachma (kanan) di kediaman. (Dokpri)
DALAM KESEHARIAN: Farhat Brachma (kanan) di kediaman. (Dokpri)

Semua itu bisa dilihat dari cara ia memperlakukan orang lain, keluarganya, temannya, tamunya, dan anak buahnya. Sebagai tamu selama dua hari, saya melihat dan merasakan semua itu.

Mas Farhat adalah pribadi yang menyenangkan bagi siapa pun yang mengenalnya. Setiap orang pasti memiliki energi positif dan negatif. Kedua energi ini akan selalu ada dalam kehidupan kita. Dalam takaran dan dinamika yang selalu berubah-ubah.

Saya percaya jalan panjang kesuksesan yang dicapainya saat ini merupakan buah dari energi positif yang melebihi energi negatif. Norman Vincent Peale--pencetus teori berpikir positif berkata: when you wholeheartedly adopt a with all your heart attitude and go out with the positive principle, you can do incredible things.

Dari energi positif kita akan melihat pancaran aura sehat dan terang: positivisme, optimisme, menghargai pendapat orang, politik santun, sikap moderat, sikap inklusif, pluralisme, multi-kulturalisme, humanisme, filantropi, toleransi, harmoni dan lainnya.

Dalam pergaulan sehari-hari, kita biasa melihat kedua energi ini, di kantor, di sekolah, di organisasi,  di masyarakat, di media sosial: ada jenis orang yang selalu menjelek-jelekkan orang, tidak bisa melihat orang lain maju, selalu menggerutu, selalu pesimis. Dan ada jenis orang yang selalu positif, selalu optimis, selalu membantu orang dan selalu ingin berbuat baik.

Kalau bertemu orang jenis pertama, kita lebih baik menjauh karena energi buruk itu bisa menular ke orang lain. Sebaliknya, kalau bertemu dengan orang jenis kedua, jadikanlah ia sahabat atau mentor agar sifat-sifatnya bisa menempel pada kita.

RUMAH KOLEKSI: Saya dengan latar belakang koleksi t-shirt Iron Maiden. (Dokpri)
RUMAH KOLEKSI: Saya dengan latar belakang koleksi t-shirt Iron Maiden. (Dokpri)

Sungguh saya beruntung dikelilingi banyak kawan dan sahabat dari jenis kedua. Satu dari sekian banyak kawan dan sahabat itu adalah Mas Farhat---yang selalu menyebarkan energi positif.

Saat bermalam selama dua hari di rumahnya, kepada beberapa pengurus rumah tangga, saya memancing beberapa pertanyaan kepada mereka. Pertanyaan sederhana: bagaimana penilaian mereka terhadap Pak Bos Farhat.

Bersama Jaka, pengurus rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap koleksi-koleksi milik Pak Bos, saya mendapat kesempatan untuk melihat-lihat koleksi-koleksi itu. Untuk bagian koleksi ini akan saya tulis pada catatan selanjutnya.

Jaka masih muda. Ia calon bapak. Sekira delapan tahun ia telah mengabdi pada Pak Bos---begitu Jaka dan pengurus rumah tangga lainnya menyebut Mas Farhat. Di mata dia, ia mengenal Pak Bos sebagai pribadi yang ramah dan berjiwa sosial.

Bila doa-doa baik selalu ia berikan kepada majikannya, saya dapat memahami itu. Sebuah rumah milik Pak Bos di kawasan Sawangan, Depok, ia tempati dengan cuma-cuma.

"Untuk ukuran cukup atau kurang, semua berpulang pada diri kita sendiri. Alhamdulillah, saya merasa cukup," ujar Jaka menjawab pertanyaan penghasilannya dalam sebulan. Pertanyaan itu saya ajukan ketika Jaka mengajak saya melihat-lihat ruang podcast. Selembar t-shirt Iron Maiden yang telah ditandatangani personilnya terpampang di beranda ruang podcast.

Sebagai penanggung jawab koleksi-koleksi Pak Bos yang tersimpan di beberapa bangunan, Jaka tahu betul tentang riwayat koleksi-koleksi yang tersimpan dalam susunan yang rapi itu.

Saya dapat memaklumi kesibukan Mas Farhat kendati di hari libur. Sebagai Tim Ahli Wakil Presiden RI, kapan pun ia harus ready for call.

HIJAU TAMAN: Area belakang rumah yang hijau dan asri. (Dokpri)
HIJAU TAMAN: Area belakang rumah yang hijau dan asri. (Dokpri)

Sabtu (28/05/2022) pagi, saya mendatangi rumah utama yang berada di bagian belakang. Maklum, pagi hari saat saya masih terlelap, dari aplikasi percakapan Mas Farhat menanyakan apakah saya sudah bangun. Saya bergegas menyambanginya setelah terbangun. Pagi itu, saya melihat Mas Farhat sedang melihat stik-stik golf. Saya mengira stik golf baru. Dugaan saya salah, ternyata itu stik golf tua dengan riwayat panjangnya untuk dikoleksi.

Beberapa bungkus nasi kuning menemani perbincangan ringan pada pagi itu. Banyak hal yang kami perbincangkan. Dari riuh-rendah jagat politik, sampai hal-hal unik menarik yang dialaminya selama berada dalam lingkaran RI-2.

Ketika Mas Farhat harus meninggalkan saya untuk suatu urusan, Irin dan Pak Pardi mendapat tugas untuk menemani saya berkeliling Ciputat dan Depok.

BUKAN DRIVER BIASA:  Pak Pardi dan Irin. (Dokpri)
BUKAN DRIVER BIASA:  Pak Pardi dan Irin. (Dokpri)

Irin berambut keribo. Bisa dikatakan sebagai kepala urusan rumah tangga. Anak Pemalang itu memiliki talenta yang disukai Pak Bos. Selain lihai sebagai driver, ia juga memiliki keahlian sebagai juru gambar bangunan.

"Rumah-rumah yang dibangun, semua yang merancang Irin. Modal pensil dan pulpen saja," cerita Mas Farhat. Pagi itu, saya bersama Mas Farhat dan Irin melihat-lihat bangunan baru yang dibangun di bagian belakang.

Pak Pardi baru sebulan bekerja. Sebagai driver. Pak Pardi bukan driver biasa. Sebelum bekerja kepada Mas Farhat, ia adalah driver Pak Susanto Supardjo---menantu Jusuf Kalla yang lebih akrab disapa Tono itu.

Meski baru kali pertama bertemu, saya langsung akrab dengan Pak Pardi. Itu setelah saya menceritakan jika saya sempat berteman dengan Mbak Muchlisa Jusuf Kalla -- istri Susanto Supardjo saat menetap di Kota Balikpapan.

Catatan saya selama bergaul dengan Mas Farhat, ia tidak pernah membenci orang, selalu optimis, selalu melihat sisi positif dari permasalahan, selalu membangunkan semangat, selalu mendorong harapan, dan selalu mengedepankan logika dalam keluarganya. Kepribadian yang baik itu semakin terpupuk karena dikelilingi orang-orang baik.

Malam tadi, sebelum menulis catatan ini, saya melihat unggahan jika Mas Farhat akan bertolak ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Semoga Allah SWT membekalimu dengan takwa, mengampuni dosamu, dan memudahkanmu dalam jalan kebaikan di mana pun berada. Aamiin YRA. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun