Mohon tunggu...
Jidan Nanda Lesmana
Jidan Nanda Lesmana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan prodi Jurnalistik.Saya pribadi yang sangat hobi dengan membaca, adapun saya seorang Introvert yang selalu mengikuti isu-isu terbaru baik dengan skala nasional ataupun internasional, adapun topik yang sangat saya sukai adalah politik, hukum, olahraga, dan isu lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Akhlak Muslim sebagai Solusi dari Krisis Moral dan Etika

11 Desember 2023   17:19 Diperbarui: 28 Desember 2023   20:55 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini kasus perundungan menjadi problematika yang mencuri perhatian banyak orang. Terakhir seorang siswa kelas tiga di Sukabumi mengalami patah lengan kanan akibat didorong oleh temannya hingga akhirnya korban terjatuh dan mengalami patah tulang. Adapun KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) mencatat di tahun 2023 ada sebanyak 87 kasus perundungan pada anak.

Kasus perundungan yang terjadi belakangan ini menjadi salah satu bukti bahwa anak-anak di Indonesia mengalami krisis moral dan juga etika. Kurangnya pemahaman moral dan etika menyebabkan seorang anak memiliki akhlak yang negatif dan juga cenderung melakukan hal-hal yang menyimpang. Untuk itu pendidikan akhlak muslim dapat menjadi solusi terhadap masalah tersebut.

Pendidikan akhlak muslim merupakan proses pembelajaran  menanamkan nilai-nilai islami yang terkandung di dalam agama serta penghayatan yang mendalam terhadap nilai-nilai etika dan moral yang diajarkan oleh Islam. Pendidikan akhlak muslim juga menekankan pada pembentukan karakter yang kuat dan unggul, serta menumbuhkan kepekaan emosi agar anak dapat berempati terhadap sesama. Dengan demikian krisis moral dan etika dapat terkikis jika pendidikan akhlak muslim dapat diajarkan secara masif terhadap anak-anak. 

Dalam menggapai akhlak islami yang baik, seorang anak harus melewati berbagai tahap proses pendidikan akhlak. Tahap pendidikan akhlak muslimnya pun harus dimulai dari skala yang paling kecil, yaitu pendidikan akhlak dalam keluarga, hingga skala yang paling besar yaitu pendidikan akhlak di masyarakat. Lantas, bagaimana pemahaman terkait skala pendidikan tersebut?


1. Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga
Dalam tahap ini, terdapat tiga teori terkait pembentukan akhlak seorang anak, teori yang pertama adalah naturalisme, teori ini menyatakan bahwa pribadi seorang anak bersifat lahiriah, yang artinya tidak terikat dan tidak ditentukan oleh lingkungan ataupun pola asuh. Lalu yang kedua adalah empirisme, teori ini menyebut bahwa baik buruknya suatu pribadi anak disebabkan oleh faktor lingkungan keluarga. Dan yang ketiga adalah teori konvergensi, teori ini menyatakan bahwa seorang anak memiliki potensi untuk menjadi pribadi yang bermasalah berdasarkan faktor genetika, hereditas atau keturunan, dan pendidikan sebelum ia dilahirkan, namun, perlu digaris bawahi bahwa faktor pembawaan ini bersifat potensial, sehingga pribadi anak belum tentu menjadi pribadi yang bermasalah.

Berdasarkan ketiga teori tentang pembentukan akhlak, berikut penjelasan mengenai metode pendidikan akhlak dalam keluarga:

  • Metode Konfirmasi, metode ini merupakan pendidikan tauhid dari orang tua kepada anaknya. Metode ini memberikan konfirmasi pada seorang anak bahwa anak tersebut merupakan seorang hamba dari Allah SWT, dan hanya meyakini bahwa Allah SWT satu-satunya tuhan yang diimani. Metode ini dapat diajarkan kepada anak dengam cara  menceritakan kisah nabi, pengamatan gambar dan wisata alam, serta membacakan azan dan ikamah ketika seorang anak baru lahir, dengan tujuan mengkonfirmasi kepada anak bahwa Allah lah tuhannya dan hal utu tersimpan di bawah alam sadar bayi sehingga kesadaran tauhid itu teraktualkan dengan baik dan benar.
  • Metode Uswatun Hasanah, metode ini menyatakan bahwa orang tua merupakan figur yang difavoritkan anaknya. Setiap perilaku orang tua merupakan inspirasi bagi anak, baik dalam hal intelek, emosi, spiritual, pribadi, maupun kehidupan sosial. Maka dari itu orang tua diharuskan bersikap baik, bijaksana, dan positif secara konsisten agar anak dapat menyerap segala hal-hal baik yang diperlihatkan orang tuanya.
  • Metode Cerita dan Literasi, metode ini memaparkan bahwa  seorang anak diperkenankan untuk diberikan cerita yang menarik serta diperkenalkan pada aksara. Dengan diberikan cerita akan merangsang daya imajinasi dan membangkitkan rasa ingin tahu yang mendalam. Dan dengan diajarkan tentang aksara dapat menumbuhkan minat baca pada anak di usia yang masih dini.

2. Pendidikan Akhlak di Sekolah

Dalam tahap ini, seorang anak telah berkembang dan telah memasuki dunia sekolah, yang dimana ia akan berinteraksi dengan teman dan guru dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Dalam tahap ini, pendidikan akhlak ditentukan oleh banyak faktor, bebebrapa faktor diantatanya adalah:

  • Kualitas Guru, pemahaman guru tentang ilmu dan keahlian sebagai uswatun hasanah menjadi tolak ukur bahwa guru tersebut bekualitas atau tidak. Seorang guru harus memiliki pengetahuan agar ia dapat menyampaikan ilmu-ilmunya pada murid-muridnya. Lalu seorang guru harus menjadi role model dalam penghayatan nilai-nilai integritas sehingga nilai-nilai sosial yang baik akan terserap dan dapat diimplementasikan oleh muridnya di kehidupan nyata.
  • Penyerapan pendidikan Akhlak dalam bidang studi, muatan pada pendidikan akhlak sifatnya fleksibel, sehingga pendidikan akhlak bukan hanya dapat dipelajati dari pelajaran agama, tapi juga mata pelajaran lainnya.

3. Pendidikan Akhlak dimasyarakat

Tahap ini merupakan proses pendidikan akhlak terakhir bagi seorang anak. Pendidikan akhlak dimasyarakat dapat berlangsung pada pranata sosial di masyarakat, seperti melalui forum pengajian, majelis taklim, remaja masjid, dan sebagainya. Tujuan dari pendidikan akhlak dimasyarakat adalah untuk berakhlak mulia kepada sesama dengan peduli dan berbagi agar kualitas kemanusiaan meningkat.

Sejatinya, Perkembangan zaman yang semakin modern dan dengan lajunya arus perubahan zaman termasuk penyebab krisis moral dan etika, untuk itu Islam menawarkan pendidikan akhlak muslim sebagai metode untuk memperbaiki moral dan etika manusia yang rusak. Konsistensi dan komitmen menjadi kunci agar pendidikan akhlak dapat mengasilkan individu-individu yang berkualitas yang memiliki intelektualitas, baik di kehidupan sosial, dan juga kehidupan pribadinya.

Penulis: Jidan Nanda Lesmana & Asep Usman Ismail

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun