Wahai debaran jantung yang kadang hadir tiba-tiba,
Wahai derai air hujan yang dengan cepat mengguyur,
Membasahi tanah-tanah kering yang merekah.
Wahai denting malam yang menggugah,
Kelalawar terbang melayang mencari jalan,
Dari celah-celah gelap.
Tidur, terlena sesaat,
Lelah, mengingat kesudahan yang membara,
Bisu, menelan bisikan rindu.
Terbangun, siap-siap menjelajah rasa,
Wahai rindu, terkadang sangat samar.
Kadang datang tiba-tiba,
Kadang sirna tanpa terasa.
Wahai rindu, bisakah kompromi sebentar saja?
Melihat dengan ramah,
Wahai rindu, terkadang membara,
Kadang juga tanpa gairah.
Jika kubilang ingin melupakan,
Tentu semakin terikat.
Jika kubilang ingin memiliki,
Tentu semakin menjauh.
Jadi, apa yang kamu inginkan?
Sungguh seperti pasir yang semakin erat dalam genggaman.
Satu persatu semakin menghilang.
Jalan satu-satunya,
Adalah merelakan, melepaskan,
Dan aku yakin, jika kamu ingin memelukku,
Kamu akan datang tanpa mengagetkan.
Bandung, 6 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H