Kurasa insting manusia harus terus diasah. Terutama bagian membaca tanda-tanda dari Tuhan. Untuk konteks ini karena aku beragama islam, maka Tuhanku adalah Allah SWT.
Dari perjalanan hidup yang sudah dilalui, pernahkah kita melalui kesulitan tanpa adanya kemudahan?
Dari berjuta kejadian dalam hidup, sesulit apapun ternyata bisa kita lalui walau harus menangis, berdarah, tersungkur, jungkir balik, lalu perlahan kita bisa bangkit lagi. Perlahan kita membaik, bahkan lebih baik dari sebelumnya.
Kita merangkak menuju kehidupan yang tidak pernah kita bayangkan bisa sebaik ini. Dengan catatan, kita masih percaya akan rencana dan takdir Allah SWT.
Tapi kita manusia yang di dunia ini akan selalu diuji oleh kesulitan, dikompori oleh bisikan setan untuk tersungkur ke dalam kesulitan. Mungkin kita butuh waktu untuk kembali bangkit. Mungkin kita malah terseret lebih dalam pada kesedihan. Mungkin juga kita cepat sadar bahwa setelah kesulitan selalu didatangkan kemudahan. Sehingga sholat, sabar dan ikhlas menjadi kunci untuk menghadapi semuanya.
Dalam Al-Quran surat Al-Insyirah, ayat 5-6 bahkan jelas diulang sebanyak 2 kali kalau sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.
You'll be fine and you will never walk alone.
Dua minggu terakhir aku mengalami 2 kali kehilangan. Pertama, aku kehilangan tempat tws-ku. Awalnya aku pikir ketinggalan di kantor. Mirisnya, hari aku kehilangan adalah hari Jumat yang berarti Sabtu dan Minggu gak akan ke kantor untuk cek tws itu. Tapi hati aku tenang, ga mau buat gaduh dengan gembar gembor bewara di grup kantor.
Ah udah lah, udah waktunya ganti tws mungkin. Tapi saat itu aku ga ada budget untuk beli tws soalnya baru aja beli sepatu. Sialan emang. Dua hari rasanya di jalan hampa banget ga dengerin lagu. Lari juga tanpa dengerin lagu. Awalnya ga terbiasa tanpa dengerin lagu, ternyata aku dapet experience lain. Oh gini rasanya lari tanpa dengerin lagu. Bisa mengamati keadaan sekitar dan bisa berdialog sama diri sendiri.
Setelah mulai terbiasa dengan hari-hari tanpa tws, kamu tau apa? Ternyata tempat tws-nya ketemu di saku samping tas. Heran, kok aku bisa lupa nyimpen di sana ya? Tapi alhamdulillah ketemu lagi karena ternyata, aku butuh tws untuk dengerin podcast, lagu, juga meeting online.
Barangkali Allah SWT mau kasih telingaku jeda dari mendengarkan bunyi-bunyian lewat tws. Tapi atas izin Allah SWT juga tws itu dikembalikan lagi. Terima kasih Ya Allah.
Cerita lainya, aku kehilangan kacamata hitam beberapa hari setelah aku kehilangan tws. Biasanya kacamata hitam itu aku pake di perjalanan menuju kantor dan selama lari. Bukan sekadar untuk gaya pemakaian kacamata hitam itu. Tapi karena aku pakai softlense, kacamata hitam itu bantu menghalangi angin serta debu untuk kontak langsung dengan mata aku.
Kali ini aku bener-bener cari kacamata hitam dimana-mana. Mulai dari tas, meja rias, meja baca, tempat sajadah dan mukena, sampai ke dalam lemari, gak ketemu. Yang ini agak berat, padahal aku bisa beli lagi, tapi banyak cerita yang udah aku alami bareng kacamata itu. Sedih sumpah.
Tapi di sisi lain aku ngerasa, suatu saat bakal ketemu lagi itu kacamata. Lalu 3 hari berikutnya ternyata ketemu! Di tempat kunci-kunci dalam lemari di ruang keluargaku. Biasanya emang kalau ada benda-benda yang disimpan sekitaran ruang tamu, langsung ditaro ke tempat kunci-kunci. Karena panik, aku lupa ngecek tempat itu. Now it's back to me again, I'm happy.
Agak menguras emosi setelah banyak kehilangan walau akhirnya tetep balik lagi. Lalu aku coba mikir makna dari semuanya. Barangkali Allah SWT mau aku lebih percaya, bahwa sesuatu yang emang udah ditetapkan untukku pasti akan kembali padaku. Bisa jadi sesuatu itu hilang dulu. Tapi aku harus belajar menanggapi kehilangan itu dengan lebih taat kepadaNya dan ikhlas.
Ini bukan hanya kehilangan benda seperti tws atau kacamata hitam. Ada banyak kehilangan yang aku alami selama perjalanan hidup. Macam-macam tingkat kesulitan yang dihadapi selama prosesnya. Intinya tetap sama, percaya bahwa Allah SWT punya rencana yang baik untuk kita. Percaya bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
Meskipun tetap, iman aku belum sekuat itu juga dalam menghadapi kehilangan. Tapi aku coba untuk terus percaya pada Allah SWT. Still, it's ok to be sad. Nangis terus tiap malam sampai ke kantor harus pakai concealer biar ga keliatan abis nangisnya. Yet it's a process to create the better version of me. Insyaallah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H