Pihaknya menjelaskan, Masyarakat Adat ketiga komunitas yang terkena dampak langsung pembangunan waduk Lambo sesungguhnya bukan menolak pembangunan waduk tetapi menolak lokasi pembangunan.
"Sejak awal kami menolak lokasi pembangunan di Lowo Se karena kampung, kebun, tempat ibadah, sekolah, tempat ritual adat dan kuburan leluhur kami akan ikut tenggelam sehingga kami menyediakan lokasi alternatif di dua tempat itu. Kami sesungguhnya bukan menolak pembangunan waduk tetapi menolak lokasinya," jelas Willy.
Hal serupa diungkapkan Antonius Api, salah seorang tokoh Masyarakat Adat Rendu mengatakan aksi tutup jalan yang mereka lakukan merupakan protes keras terhadap BWS Nusra II yang memaksakan diri untuk tetap melakukan survey terhadap tanah ulayat Masyarakat Adat Rendu, Lambo dan Ndora padahal mereka sudah mengetahui jelas kalau Masyarakat Adat ketiga komunitas itu telah lama menolak lokasi dibangunnya waduk Lambo.
Antonius menjelaskan, meskipun BWS Nusra II dan tim survey telah masuk secara illegal ke dalam wilayah adatnya untuk melakukan pendataan namun pihaknya sebagai Masyarakat Adat pemilik tanah ulayat di Rendu Butowe tidak sedikit pun mengizinkan mereka untuk membangun waduk di lokasi Lowo Se.
"Silahkan lakukan survey tetapi untuk bangun waduk di wilayah adat kami, sejengkal tanah pun kami tidak izinkan. Kami sudah siap mati untuk mempertahankan tanah ulayat kami," tuturnya dengan tegas.
Sementara itu Sitti Aisyah, tokoh Masyarakat Adat Ndora mengaku sangat kecewa dengan kehadiran tim survey dan BWS Nusra II yang tetap ngotot melakukan survey secara diam -- diam di wilayah adat Masyarakat Adat padahal sudah sejak awal mereka tidak mengizinkan ada aktivitas survey di wilayah adat mereka. Â
"Jujur kami sangat kecewa dengan sikap tim survey dan BWS Nusra II yang masih nekat melakukan survey di tanah ulayat kami padahal mereka sudah tahu kami menolak keras kehadiran mereka," imbuh Sitti Aisyah.
Sitti Aisyah mengungkapkan dirinya dan Komunitas Adat lainnya telah komitmen untuk menolak pembangunan waduk Lambo di Lowo Se sehingga sampai kapan pun dirinya tetap menolak lokasi tersebut.
"Jika BWS Nusra II tetap nekat bangun waduk, silahkan bangun diatas tanah miliknya. Untuk kami, Masyarakat Adat ketiga komunitas ini tidak butuh waduk. Kami hanya butuh tanah warisan Leluhur kami. Mati pun kami sudah siap untuk membela dan mempertahankan tanah warisan ini," tutupnya.*(JF)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H