Ditulis Oleh : Jhosef Nanda Putra - Alam Lejar Bhumi Immaculata || instagram.com/jhosefnanda
Dalam beberapa tahun belakangan, dunia menghadapi tantangan besar terkait ketahanan pangan. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah menurunnya jumlah petani.Â
Di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin sedikit orang yang tertarik untuk bekerja di sektor pertanian. Litbang Kompas pernah melakukan riset pada akhir tahun 2023 yang memproyeksikan bahwa di tahun 2030, Indonesia akan kehilangan sejuta petani.Â
Fenomena ini membawa dampak serius pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Di tengah situasi ini, pekerjaan terkait pelestarian lingkungan atau yang dikenal dengan "green jobs" muncul sebagai solusi menjanjikan.Â
Green jobs tidak hanya memberikan peluang bisnis yang besar, tetapi juga membuka jalan bagi mereka yang ingin berkarir di bidang pemberdayaan melalui organisasi non-profit dan inisiatif lainnya.
Jumlah petani menurun, apa dampaknya ?
Bagi Indonesia, pertanian menjadi faktor penting bagi ketahanan pangan. Namun fenomena penurunan jumlah petani ini menjadi masalah yang serius.Â
Berbagai faktor berkontribusi terhadap fenomena penurunan jumlah petani. Diantaranya adalah perpindahan masyarakat desa ke kota (urbanisasi), krisis iklim (kondisi iklim yang tidak menentu), ketidakstabilan harga pupuk (akibat kondisi geopolitik global) serta ketidakstabilan harga hasil pertanian di pasar.Â
Generasi milenial dan generasi z tidak berminat pada bidang pertanian karena dianggap kurang menjanjikan dari sisi ekonomi. Ini terkait stigma terhadap kehidupan petani dan rantai distribusi hasil pertanian yang masih kacau di Indonesia.
Dampak dari penurunan jumlah petani ini sangat kompleks merasuki beragam bidang kehidupan masyarakat. Misalnya, ketahanan pangan jelas sangat terganggu karena produksi ragam pangan lokal tidak memenuhi jumlah populasi masyarakat. Padahal makin hari jumlah penduduk semakin banyak.Â