Mohon tunggu...
Jhosef Nanda
Jhosef Nanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata - Pegiat Permakultur di Alam Lejar Bhumi Immaculata - Pendidik di Wisma Remaja Bagimu Negeriku

Menulis itu kemerdekaan!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Spiritualitas dan Ekologi serta Urgensi Keduanya di Dunia Pendidikan

20 Juni 2024   10:04 Diperbarui: 20 Juni 2024   10:20 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Spiritualitas dan Ekologi/Foto dok. pribadi penulis

Jika penulis uraikan lebih lanjut, berikut ini hubungan spiritualitas dan ekologi:

1. Penghormatan terhadap Alam. 

Banyak tradisi spiritualisme yang menjunjung tinggi Alam. Alam sendiri bahkan dianggap memiliki roh dan Kudus/sakral. 

Sebagai contoh di Mentawai. Ketika masyarakat adat disana akan mengalihfungsikan hutan untuk jadi lahan pertanian atau perkebunan,  wajib didahului oleh sebuah ritual adat. Ritual ini pada intinya merupakan permohonan restu kepada Alam itu sendiri. Diyakini, bila ritual ini tidak dilakukan, maka bencana akan segera menerpa. Bisa dalam bentuk bencana alam, serangan hewan buas atau beragam penyakit.

Demikian pula dalam tradisi spiritualitas lain. Praktik penghormatan terhadap alam masih dipertahankan hingga kini.

2. Kesamaan prinsip keseimbangan. 

Ekologi menjelaskan betapa pentingnya prinsip keseimbangan. Pada saat seorang anak SD belajar mengenai rantai makanan, ia sedang belajar prinsip keseimbangan ekologi. Rantai makanan yang rusak misalnya akibat terlalu banyaknya predator atau kelangkaan fauna tertentu, akan merusak keseimbangan ekosistem.

Demikian pula pada spiritualitas. Tradisi spiritualitas juga menjunjung prinsip keseimbangan dalam kehidupan. Ini terwujud dalam beragam olah batin yang bertahan hingga kini. Sebut saja yoga, meditasi dan masih banyak lagi. 

Bahkan sebuah filosofi Tionghoa yang terkenal yakni Yin dan Yang menjelaskan tentang prinsip keseimbangan ini. Yin dan Yang, kedua kekuatan yang berhubungan sekaligus berlawanan, selalu mencari titik keseimbangan.

3. Kesederhanaan. 

Nampaknya tak ada ajaran spiritualitas yang mengagungkan gaya hidup mewah dan boros. Barangkali semua mengajarkan pentingnya hidup sederhana, tak berlebihan dan bijaksana. 

Untuk memahami ini, cara hidup seorang Buddhis tepat untuk menjadi contoh. Seorang Buddhis, untuk mencapai pencerahan harus meninggalkan gaya hidup mewah, ia harus hidup sederhana dan menghormati kehidupan lain (hewan, tumbuhan). Dalam tradisi keagamaan lain juga selalu ditemui prinsip ini.

Demikian juga dalam ekologi. Kesederhanaan tidak akan mewarisi sampah dan limbah. Sebaliknya, gaya hidup boros akan merusak keseimbangan ekologi. Gaya hidup ini akan merusak alam, cepat atau lambat.


Urgensi pemahaman Spiritualitas dan ekologi di dunia pendidikan

1. Pembelajaran Etika Lingkungan. 

Konsep ini kontekstual disisipkan dalam kurikulum pendidikan karakter. Pembelajaran untuk bertanggungjawab terhadap alam sejalan dengan prinsip "amanat agung manusia" dalam spiritualitas untuk bereproduksi, berdampingan dengan alam dan merawat alam. Latihan demi latihan etis terhadap lingkungan akan melatih siswa menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan tidak egois.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun